(47) End

1.4K 42 2
                                    

Peluru itu tak mengenai kepala Alya, melainkan mengenai bahu nya.

Alya mendesis kesakitan, matanya membuka perlahan-lahan. Lalu pupil matanya melebar seketika

Dibelakang Lunny terdapat Alvin yang mendorong badan Lunny ke samping. Karena itu, peluru yang harusnya mengenai kepala Alya harus meleset, dan mengenai bahu Alya

Lalu di arah timur, Haikal dan Xavier datang seraya membawa 1 tongkat baseball di tangan mereka, dan jangan lupakan muka mereka yang sudah babak belur.

"A-alvin.. Hiks" tangis Alya saat dirinya di peluk oleh Alvin

Tangannya pun beralih untuk menghapus air mata Alya, lalu bergerak untuk melepaskan tali yang mengikat gadisnya

Sementara itu, Lunny kini tengah berusaha menahan sakit yang menjalar di tubuhnya akibat pukulan keras yang di buat oleh Haikal dan Xavier menggunakan tongkat baseball nya.

Mau melawan pun tak bisa, pistol itu sudah terlempar jauh dari dirinya berada. Dan duo lelaki itu pun tak akan membiarkan nya pergi begitu saja

"S-semuanya udah hilang.. I-ibu gaada, Lucas gaada, Regi-na hiks juga gaada... Semuanya gara-gara aku.." Alya memukul dirinya sendiri saat ikatan itu sudah tak berada di tubuhnya

Alvin hanya diam tak menggubris perkataan Alya, dan juga tak melarang tindakan Alya itu. dia sibuk untuk berusaha merobek kaos nya, lalu saat sudah tersobek, dia ikatkan kain itu ke Bahu Alya mencegah darahnya keluar

"HAHAHAHAHA IYA ITU GARA-GARA ELO" teriak Lunny di barengi oleh belasan pukulan di perutnya

"JAMET DIEM!!" Bentak Haikal dan membuat Lunny sendiri tak berkutik

Alvin pun mengangkat badan Alya ala bridal. Lalu mengecup pelan pelipisnya

"Kamu ga salah, kamu itu gatau apa apa. Kamu cuma mau keadilan, keadilan bagi Alya yang asli... Disini yang salah itu cuma dia, jiwa asing yang egois." Ujarnya seraya berjalan keluar dari gedung tua tersebut. Meninggalkan Xavier dan Haikal yang masih sibuk menyiksa Lunny

"Kalian, bawa jalang itu ke markas, lalu makam kan perempuan yang tertembak itu dengan baik" suruh Alvin pada bawahannya. Belasan bawahannya pun mengangguk lalu berlari ke dalam gedung

"T-tapi gara-gara aku, keadilan Alya juga gaada.." Cicit Alya yang mati matian menahan isak tangisnya

Jujur saja luka yang tertembak di bahunya sama sekali tak terasa. Seolah olah Alya sudah mati rasa. Dia hanya merasa sakit dan sesak pada hatinya, entah dengan luka itu. Dia tak peduli.

"Yang penting kamu udah berusaha.. Alya pasti ga marah sama kamu, karena dia tau kamu udah berusaha keras buat dapetin keadilan nya.." Ujar Alvin yang berjalan pelan ke arah mobilnya

"Siapa juga yang bilang kalo ibu Alya udah mati?! Lucas aja lagi di rumah temen aku tuh" lanjut Alvin. ada nada ejekan yang tersemat di perkataan itu.

Mata Ariana melebar di barengi oleh air mata yang berburu buru untuk keluar "k-kata dia begitu!! Huaaa.. Hiks hiks" tangis Alya pecah saat itu juga, dadanya bertambah sesak dan matanya yang entah kenapa selalu mengeluarkan buliran buliran asin

Ada rasa syukur yang tersemat pada lubuk hati Alya terdalam, dan ada rasa duka yang memenuhi hati Alya. Sahabat nya... Sahabat sejatinya.. Telah pergi untuk selamanya...

Alvin tersenyum sampai matanya membentuk bulan sabit "kamu di boongin itu" ejek nya, dia menyentil dahi Alya keras dan membuat sang empu meringis

Alvin pun memasuki mobil dan membiarkan Alya di pangkuannya, dia tak berniat untuk memberhentikan tangis Alya

FIGURAN CERDIK Or Licik? [END]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora