Assalamualaikum
.
.Selamat datang dicerita pertama aku, Moga suka yah.
.
..
.Jangan lupa vote and ramaikan komen.
Cerita ini murni atas pemikiran penulis, imajinasi penulis tidak ada unsur mem-plagiat. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat
Dll mungkin hanya kebetulan.
.
.
.
.
.🚫STOP PLAGI-AT🚫
.
.
.Happy reading
.
.
.
.
.-
Cerita singkat antara siyatim piatu dan pemilik raga yang dianggap mati.
Sesingkat singkatnya cerita. Pasti akan tetap menyisakan luka.
Kedatangannya selalu memaksaku untuk kembali mengingat masalalu yang seharusnya aku lupakan.
- sang pembenci hujan -
-
*****
"Abyan!!.." anak berumur kisaran 6 tahun berlari kesudut ruangan, ia ketakutan. Suara itu amatlah merdu, namun bagaikan pisau yang ingin membunuhnya.
"Jangan pukul Abyan lagi, sakit," lirih bocah dengan wajah yang nampak Babak belur akibat pukulan keras kedua orang tuanya beberapa jam yang lalu.
Masalahnya sangat sepele, ia hanya tak sengaja keluar saat wartawan mewawancarai kedua orang tuanya.
"Enggak, sayang. Bunda gaakan mukul Abyan lagi," entah kenapa Aisya berucap sangat lembut, tak seperti biasanya yang selalu membentak dan berteriak.
Perlahan abyan mendongak "bunda gak marah lagi?"
"Iya enggak, ayo ikut saya!" Ajaknya menarik Abyan untuk bangkit.
"Kemana? Abyan gak mau dikurung dikamar mandi lagi," cicitnya takut.
Cekalan ditangannya semakin mengerat "enggak, cepet ikut!"
"Jangan bikin bunda marah, mau bunda pukul lagi?!" Ancam Aisya mulai terpancing emosi.
Abyan menggeleng pelan, tubuhnya mungilnya sudah tak sanggup jika harus menerima pukulan serta cambukan.
Tak ingin membuat sang bunda marah, anak menggemaskan itu bangkit mengekori Aisya dibelakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
12.12
Teen FictionFOLLOW SEBELUM BACA!! _____ "Setelah hujan akan terbit pelangi, aku bakalan jadi pelangi itu buat kamu," Ucapannya dikala itu terdengar begitu meyakinkan. Suaranya yang lembut membuat abyan tenggelam hanyut sangat dalam. Namun, kenyatanya apa? Pel...