Selamat membaca
.
.
.
.
.Jangan lupa vote and
Follow
.
.
.
.
.Happy reading
.
.
.
.
.Kalian semua bintang, dan kalian layak untuk bersinar.
- Abyan Pradipta Narendra -
-
-
Kanaya melirik layar ponselnya. Ia berdecak sebal saat mendapati nama Fathan disana. Kesal, itu yang saat ini Kanaya rasakan.
Fathan
Fathan :
[ Nay, ]
Fathan :
[ Gue minta maaf, gue salah. ]
Fathan :
[ Nay, Lo marah? ]
Fathan :
[ Plies maafin gue, ]
Kanaya memilih untuk tak memperdulikannya. Ia mematikan layar ponselnya untuk menghindari suara mengganggu itu. Ia hanya ingin terlepas dari perasaan itu.
"Siapa?"
"Hantu," sahut Kanaya ngasal. Abyan hanya menanggapinya dengan kekehan kecil, lalu kembali mengusap punggung gadis itu.
"Lo harus temenin gue sampe jadi dokter yah?" Minta Kanaya dengan netra yang fokos kearah jendela yang terbentang didepan meja belajar itu.
Abyan mengembangkan senyum penuh kebahagian. Lalu mengangguk.
"Jadi pasien pertama aja gimana?" Tawar Abyan bergurau.
"Lah emang kenapa harus jadi pasien pertama? Kek orang penyakitan aja pengen jadi pasien." Gelak Kanaya heran.
"Gue emang penyakitan nay,"
tak boleh gagal. Kanaya sudah gagal menyelamatkan kedua orang tuanya. Setidaknya, dimasa depan, ia bisa menyelamatkan nyawa banyak orang.
*****
Pagi yang sangat menyegarkan, Kanaya menghirup dalam dalam udara yang begitu sejuk. Sesekali ia merantangkan kedua tangannya dihalaman rumah itu untuk menikmati terpaan angin.
KAMU SEDANG MEMBACA
12.12
Teen FictionFOLLOW SEBELUM BACA!! _____ "Setelah hujan akan terbit pelangi, aku bakalan jadi pelangi itu buat kamu," Ucapannya dikala itu terdengar begitu meyakinkan. Suaranya yang lembut membuat abyan tenggelam hanyut sangat dalam. Namun, kenyatanya apa? Pel...