10 - bertengkar

80 17 2
                                    

Selamat membaca
.
.
.
.
.

Jangan lupa vote and follow
.
.
.
.
.

Happy reading
.
.
.
.
.

Rindu yang paling menyakitkan
Adalah merindukan mereka yang
Sudah berbeda alam.

-

-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-

Abyan segera bangkit dari kursinya. Ia harus meminta penjelasan Kanaya tentang apa alasan gadis itu memblok nomornya. Apa ia telah melakukan kesalahan?

Ia tiba didepan rumah kara sekitar pukul 21 : 34 semoga saja mereka belum tidur.

tok...tok...tok...

Ia mengetuk pintu rumah itu. Karna kebetulan gerbang rumah kara yang belum terkunci. Ia juga sudah sering berkunjung kesini bersama anak anak edelsteen biasanya. Jadi tak masalah, jika orang tua kara mendapati kahdirannya disana.

"Nay lo- ehh assalamualaikum
Tante," Abyan mencengir canggung sembari menyalimi tangan wanita itu.

"Waalaikumsalam, nyariin Kanaya yah? Ciee kangen nih Yee sama keponakan Tante," ledek Nita.

Abyan cengengesan. Bingung ingin menjawab apa.

"KANAYA INI ABYAN NYARIIN!!" teriak Nita menengok kedalam rumah.

"APA!!" sahut gadis itu menggelegar. Namun bukan dari dalam rumah. Melainkan dari balkon kamar lantai dua. Suaranya yang tak kalah cempreng dengan kara mengudara dengan angin malam.

"Lo nge blok nomor gue? Kenapa?" Tanya Abyan lebih rendah lagi mengingat malam yang sudah larut. Takutnya para tetangga akan mengejarnya karna kesal.

"Ah, masa? Perasaan enggak deh!" Abyan mengamati gadis diatas sana yang terlihat sedang memeriksa ponselnya.

"OH!! SORRY KEPENCET!" teriak kanaya lagi dengan raut tanpa dosanya. Akhirnya Abyan dapat bernapas lega. Ia pikir, ia telah melakukan kesalahan.

"bagus deh! Jangan begadang!! Gue mau pulang nih!!" Balas Abyan.

"Iya!! GITU DOANG?! CUMAN ITU ALASAN LO KESINI??" Kanaya geleng geleng kepala keheranan. bisa bisanya hanya Karna perkara nomor Abyan sampai segitunya.

"Iya, cuman itu." Cengirnya.

*****

Abyan berduduk diatas rooftop dengan kaki yang menjuntai bebas, sedari tadi ia menunggu anak anak edelsteen yang berjanji ingin menyusulnya.

12.12Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang