prologue

9.1K 672 97
                                    

Terima atau tidak?

Mulut Kaila masih terkatup rapat meski seluruh pasang mata di ruangan ini menunggu jawabannya, bulir keringat jagung pun mengalir di pelipisnya, rasa sesak perlahan memenuhi dada—Kaila meneguk ludah, tak bisakah orang-orang ini memberinya waktu berpikir setidaknya satu hari lagi?

"Gimana, nak? Kamu mau nikah sama Ala?"

Pemuda yang disebutkan namanya itu masih betah duduk manis di sofa setelah beberapa saat lalu dengan santainya menerima percomblangan ini seperti tanpa pemikiran lebih dulu.

"Sa-saya..." Kaila menggigit bibir bawahnya pelan, tatapan matanya tanpa sengaja bertabrakan dengan Ala lagi, dan secara tepat, Ala memberi senyum manisnya pada Kaila, kali ini membuat jantung Kaila semakin bertalu cepat keluar dari jalur.

"Eum... mungkin Kaila masih perlu waktu lebih untuk—"

"Saya mau," potong Kaila menyela ucapan Ibunya, spontan seluruh pasang mata kembali menaruh atensi padanya, "Saya mau nikah sama Ala," tegasnya berlanjut.

Senyum sumringah seketika menghampiri seluruh wajah yang ada di ruang tamu keluarga Tjakrayasa itu. Begitu juga Ala yang tampak mengulum senyum, langsung berpaling menoleh ke arah lain. Kalimat Kaila sukses membuahkan rasa bahagia di hati semua orang.

Berbeda dengan gadis yang baru mengucapkan lima kata tadi, rasanya mendadak gugup saat Ala mendekatinya—mengajaknya untuk menjauh dari sana, menimbulkan guyonan ricuh yang menggoda keduanya.

"Udah berubah pikiran?"

Ekspresi tengil itu lagi, Kaila mendecih dibuatnya.

"Kalo enggak berubah, mana mungkin gue iyain," dengusnya bersedekap.

Ala tergelak, "Siapa tau ada udang dibalik batu?"

"Harusnya lo tanya sama diri lo sendiri, kenapa langsung main setuju aja, lo yang punya udang di balik batu!"

"Karena gua suka lo lah, apalagi?" Kaila memutar bola mata jengah, mulut pemuda yang lebih muda darinya ini memang cukup berbahaya—berbisa manis, tipikal buaya!

Tangan Ala terulur padanya, Kaila mengernyitkan dahi, tatapannya naik sampai netra mereka bersinggungan lagi.

"What should I call you now?" Sebelah alisnya tertarik ke atas, "Kayi? Bu Dosen? or mine?"






























































©2024, hourlyserena

After Met YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang