"Ala bangun," sahut Kaila sambil menggoyang-goyangkan tubuh Ala yang masih terlelap nyaman bergelung selimut ranjang. Kaila tahu ini hari libur, tahu juga semalam Ala pulang hampir larut karena penerbangan malam dari Lombok.
Mereka sempat berpisah tiga hari, Ala punya urusan kerja di Lombok yang mengharuskan pemuda itu dengan berat hati harus meninggalkan Kaila sendirian disini. Lagi berbunga-bunga malah disuruh pisah, Ala sampai tak mood kerja disana kalau sudah memikirkan Kaila.
Kembali lagi ke Kaila yang berdecak kesal, "Ala, udah siang. Kamu gak laper emangnya?" Gadis itu nenarik paksa selimut yang menutupi sekujur tubuh suaminya, "Ala bangun gak?!"
Nyaris dua bulan tinggal bersama, baru ini Kaila frustasi karena Ala tak kunjung mau bangun dari nyamannya ranjang. Biasanya Ala terorganisir bangun pagi mandiri, mungkin karena efek terlalu lelah menyebabkan matanya terlalu berat untuk terbuka hari ini.
"La, gak bangun aku siram pake air keran nih," ancam Kaila menoel bahu pemuda itu, "Ala ih bangun gak?!"
Ala akhirnya mengalah, ia menggeliat seraya menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya, kelopak mata perlahan terbuka disusul senyum manis yang terulas di wajah tampannya. Sosok cantik Kaila yang mengenakan daster batik warna cokelat dengan ramput dicepol asal-asalan itu menjadi pemandangan indah yang menyambut hari Ala.
"Pagi, cantik."
"Mana ada pagi, udah mau jam sebelas siang ini," balas Kaila dengan raut mukanya yang datar bercampur sebal.
Ala terkikik geli, ia merentangkan tangannya membuat Kaila mengernyit heran, "Peluk dong, morning kiss sekalian."
Bukan mendapat morning kiss, Ala malah dihadiahi lemparan bantal dari Kaila, "Otak kamu isinya ciam-cium mulu, cium noh bantal!" Kaila juga merunduk memberi cubitan di perut Ala yang keras, Ala spontan meringis, "Mandi dulu sana, abis itu makan, aku udah masak."
"Abis mandi dikasih cium gak?"
"Ala..." Kaila berdecak geram, habis juga kesabarannya lama-lama.
"Hahahah iya Kakak sayang, aku bercanda," kata Ala menyudahi agenda menggoda istrinya pagi-pagi, pemuda itu beranjak dari ranjang, berlalu dari depan Kaila yang masih ada di dalam kamar mereka. Kaila memperhatikan Ala sampai tubuhnya hilang dari pandangan, gadis itu geleng-geleng kepala.
"Iseng banget anaknya Milani Kira," gumam Kaila lalu mulai membereskan ranjang mereka.
Bermenit-menit kemudian Ala selesai dengan urusan mandinya, ia berdiri di depan lemari memilih pakaian apa yang harus dikenakan. Tak butuh waktu lama pilihannya jatuh pada kaos oblong dan celana pendek selutut, pakaian santai untuk hari libur.
Ala keluar dari kamar, langsung menghampiri dapur dimana ada Kaila tengah duduk di meja makan dengan laptop menyala di hadapannya. Melihat kedatangan Ala, Kaila sontak menunjuk makanan di atas meja, "Makan aja, La."
Sebelum duduk di meja makan, Ala melirik jam yang terpasang di dinding apartemen mereka—benar saja, sudah hampir tengah hari, pantas perut Ala keroncongan sekali.
"Ini hitungannya sarapan sekalian makan siang," celetuk Ala sambil menyendok nasi ke piringnya.
Kaila meliriknya sekilas, "Salah siapa bangun siang?"
"Capek, Kayi. Semalem satu penerbangan sama koleganya Ayah, dia ngajakin aku ngobrol terus sampe aku gak bisa tidur di pesawat, mau didiemin kan gak enak namanya orang tua," ujar Ala, ia ambil posisi duduk di kursi sebelah Kaila.
Ala menoleh pada rangkuman file yang terpampang jelas di layar laptop Kaila, "Kamu ngapain?"
"Masih revisi rps, besok udah harus di upload di sistem akademik, aku lagi ngerangkum materi semester ini buat kelas-kelasku," jawab Kaila sesingkat untuk dimengerti Ala, pemuda yang diajak bicara itu mengangguk-ngangguk paham.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Met You
Romansa[end] Akibat terlalu sibuk menitih karir, Kaila berhasil membuahkan perasaan khawatir keluarga karena gadis itu enggak kunjung menemukan hilal jodoh di usia-nya yang sudah melewati garis 25. Lelah terus dicecer pertanyaan semacam itu, Kaila akhirnya...