22; tjakrayasa's house

2.8K 444 52
                                    

"La, masih di apart?"

Ala menjepit ponselnya diantara telinga dan bahu seraya kedua tangan sedang mengenakan tali pinggang, ia tengah bersiap-siap berangkat ke kantor saat Kaila tiba-tiba menelfonnya barusan.

"Masih dirumah, bentar lagi berangkat, kenapa?"

"Boleh minta tolong gak?" di seberang sana Kaila menggigit bibir bawahnya sekilas, "Ada map ijo ketinggalan di atas meja makan, kamu bisa anterin ke kampus? Ala lagi buru-buru gak?"

Ala sejenak keluar dari kamar untuk melihat rupa benda yang dikatakan Kaila, dan ternyata benar, ada sebuah map berwarna hijau teronggok di atas meja makan. Kaila mungkin lupa karena terburu-buru tadi, wanita cantik itu bangun sedikit kesiangan.

"Bisa, nanti aku anterin kesana," jawab Ala lantas kembali masuk ke kamar.

"Oke, kampus A ya bukan tempat Kakek." Kaila memberitahu lokasinya, sedang Ala yang mendengar langsung mengangguk-angguk paham.

"Iya, ditunggu." Sambungan ponsel mereka pun terputus, Ala menyimpan ponsel miliknya ke dalam saku. Lanjut siap-siap untuk berangkat ke kantor.

Perjalanan honeymoon mereka telah berakhir dua minggu lalu. Rutinitas mereka setiap hari kembali berjalan seperti biasa, yang membedakan hanya hubungan Kaila dan Ala saja yang semakin membaik dari hari ke hari.

Kaila terkadang masih gengsi menunjukkan kepeduliannya, kadang-kadang juga masih kesal dengan tingkah menyebalkan Ala, namun wanita itu tak pernah menolak afeksi yang diberikan suaminya. Baik itu perhatian, cara Ala memperlakukannya, atau pun sentuhan lelaki itu.

Ala tidak mempermasalahkan, melihat Kaila tak menolaknya lagi sudah lebih dari cukup. Setidaknya hubungan mereka mengalami perkembangan pesat yang semakin mengarah ke hal baik. Hanya perlu bersabar, dan semua akan indah pada waktunya.

Setelah membereskan barang yang perlu dibawa seperti dompet dan charger ponsel, Ala keluar dari kamar lalu meraih map hijau milik Kaila. Ia memakai sepatunya juga menenteng jaket, sudah sangat siap berangkat ke kantor.

Ala keluar dari apartemen, tak lupa menguncinya. Pemuda itu berbalik badan, reflek menunduk ke bawah saat melihat ada sebuah amplop berukuran sedang berwarna putih polos tergeletak di lantai. Ala mengambilnya, membolak-balik amplop tersebut lalu menemukan sebuah tulisan kecil di bagian pojok.

To: Ms. Sedayu Kailanya.

Sudah jelas amplop ini kalau bukan ditujukan untuk dirinya, pasti ditujukan ke Kaila. Hal ini karena apartemen yang ditempati Ala dan Kaila merupakan unit yang tergolong pribadi tanpa bercampur dengan tetangga lain. Apartemen mahal. Akses mereka untuk masuk kesini hanya bisa melalui private lift, jenis lift yang berbeda dari unit apartemen biasa di gedung sini.

Jadi ketika mereka keluar dari private lift tersebut, otomatis mereka langsung sampai di lantai lorong dimana hanya ada unit apartemen mereka disana. Singkatnya hanya ada satu unit di setiap lantai untuk tipe apartemen yang dimiliki oleh Ala.

Ala membuka amplop yang tidak ditutup perekatnya itu, entah mengapa ia merasa harus membukanya saja. Rasa penasaran juga hinggap dalam benak Ala, tentang siapa yang mengirimi Kaila surat, kenapa orangnya tidak langsung menekan bel apartemen? Atau Ala yang terlalu sibuk sendiri di dalam tadi sampai tidak sadar bel apartemen berbunyi?

Tapi dugaan-dugaan yang coba ditebak Ala seketika lenyap sewaktu Ala membaca apa yang tertulis disana. Isinya adalah selembar kertas putih yang dihiasi tinta spidol berwarna merah bertuliskan;

You don't deserve to feel the happiness after what you did to me.

Kedua alis Ala kontan bertaut, keningnya mengerut bingung. Ala melihat ke sekitarnya, tentu lantai koridor ini kosong, tak ada siapa-siapa. Ala kemudian meremat kertas dan amplop yang dipegangnya itu, langsung melemparnya masuk ke dalam tong sampah.

After Met YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang