"Pulangnya jam berapa?" Ala menerima sepotong roti selai cokelat dari Kaila, "Oh iya, thanks, sayang."
Kaila mengangguk sambil membenahi posisi duduknya dengan baik di bangku penumpang. Terlihat cukup buru-buru sebab Kaila sudah cukup terlambat dari jadwal berangkat seharusnya, wanita itu takut tak sampai di kampus tepat waktu.
"Jam satu udah pulang kok," jawab Kaila lantas menggigit potongan rotinya, ia lalu mengumpulan rambutnya jadi satu untuk dicepol asal. Kaila hendak mengaplikasikan make up di wajah polosnya pagi ini, "La, bisa sampe tepat waktu kan?"
Ala mengangguk, "Bisa kok bisa, kamu serahin aja sama aku." Setelah perdebatan singkat pagi ini, Kaila memutuskan untuk mengikuti saran Ala yang ingin mengantarnya ke kampus, menghemat waktu dengan dalih Ala bisa ngebut kesana.
Orang yang harus disalahkan oleh Kaila atas insiden bangun terlambat pagi ini adalah dirinya sendiri. Menghabiskan bermenit-menit menyelami materi pembelajaran, Kaila tak sadar masih terjaga sampai hampir pagi. Ala yang biasanya mengingatkan pun juga tak menyadari istrinya masih bangun di jam segitu, ia mengantuk dan tidur lebih dulu daripada Kaila.
"Dandannya gak usah cantik-cantik, nanti ada mahasiswa naksir loh, Kayi," komentar Ala membuat Kaila berdecak pelan, ada saja celetukannya di pagi yang buru-buru ini.
"Duh ini aku make up seadanya aja, gak sempet, udah ngejer waktu," kata Kaila menjawab, baru habis mengunyah roti sarapan, Kaila baru mulai mengoleskan primer di wajahnya.
"Oh ya, kamu kan emang udah cantik."
"Jangan mulai, ini masih pagi, Ala." Kaila merotasikan matanya jengah. Ala terkikik geli seraya menjalankan mobilnya membelah jalanan Ibukota di pagi hari.
"Terus kamu mau dijemput gak nanti?"
"Boleh," jawabnya menoleh sekilas ke Ala, "Jam satu ya, kita lunch diluar yuk, hari ini kamu free kan?"
Melihat binar yang penuh semangat itu Ala tentu saja langsung mengiyakan, "Oke, aku jemput nanti."
Kaila diam sejenak, sedang fokus meratakan cushion di wajah cantiknya, tak lama ia kembali buka suara, "By the way, La. Tau gak?"
"Hm?"
"Kemarin aku ikut Buk Lulu ke TK yang baru dibuka yayasan—ada loh, yang aku ceritain waktu itu—" Ala mengangguk, membenarkan kalimat Kaila, "—beneran anak kecil tuh random banget ya? Kamu pikir deh, ada dua anak cowok berantem, aku kira mereka berantem kenapa, pas ditanya jawabnya rebutan ibu cantik—"
"Siapa tuh ibu cantik?"
"Aku." Kaila tertawa pelan, "Mereka berantem gara-gara rebutan pengen ditemenin ke toilet sama aku."
"Waduh, Kayi," sahut Ala menyela, "Masa saingan aku nambah anak kecil sih?"
"Ish gak gitu!" delik Kaila sedikit mendengus, "Aku mau ceritain soal kelakuan anak kecil kok kamu malah fokusnya kesitu???"
Ala memasang ekspresi meringis, tak ada yang salah juga dengan kalimatnya, Kaila itu memang cantik. Wajah kecil dengan hidung mungil yang mancung dipadu mata bulat dan kelopak runcingnya itu jujur membuat Ala merasa terkadang istrinya mirip anak kucing. Belum lagi kulit seputih susu yang menjadi dambaan kaum wanita itu juga dimiliki Kaila, benar-benar cantik yang sempurna!
Keberuntungan Ala seumur hidup telah habis begitu menikah dengan Kaila.
Tak mengherankan banyak yang terpikat dengan Kaila, baik dari kalangan anak kecil sampai yang paling tua, Ala rasa semua kalangan bisa memiliki ketertarikan pada Kaila kalau ia tak menjaga istrinya sebaik mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Met You
Romance[end] Akibat terlalu sibuk menitih karir, Kaila berhasil membuahkan perasaan khawatir keluarga karena gadis itu enggak kunjung menemukan hilal jodoh di usia-nya yang sudah melewati garis 25. Lelah terus dicecer pertanyaan semacam itu, Kaila akhirnya...