Libur semester anak-anak kuliah sudah berlangsung, namun itu tidak berarti Kaila juga ikut merasakan berleha-leha santai di rumah. Sebagai seorang pendidik, ia masih punya segudang kewajiban yang harus ia lakukan selama liburan semester.
Cukup dengan libur lima hari pasca menikah, Kaila hari ini kembali datang ke kampus untuk menghadiri rapat prodi. Ikut membahas rancangan kegiatan untuk semester berikutnya, sekaligus menginput nilai ujian akhir mahasiswa ke sistem akademiknya.
Rapat berlangsung lumayan tenang walau beberapa kali ada perbedaan pendapat di antara dosen-dosen senior. Bagi Kaila yang terhitung masih dosen muda biasanya tak terlalu ikut andil bersuara, Kaila hanya bersuara ketika diperlukan, sisanya ia membiarkan dosen-dosen senior yang menentukan.
Kaila beranjak lebih dulu, berpamitan sopan saat rapat selesai. Meski diberi konsumsi snack dan minum di waktu rapat, rasanya Kaila ingin meneguk air es yang dingin itu di kerongkongannya sekarang. Alhasil gadis itu berjalan menghampiri kantin yang terletak di belakang gedung fakultas.
Disana ada beberapa mahasiswa yang duduk-duduk, Kaila tebak mereka adalah tipikal mahasiswa aktif berorganisasi yang kiranya bisa seharian berada di kampus. Kaila lantas melangkah menghampiri kedai yang menjual aneka minuman.
"Bude, saya pesen es jeruknya satu ya. Tolong banyakin es batu-nya," pinta Kaila sambil menyodorkan uang sepuluh ribuan ke ibu penjual.
"Oke, Ibu cantik. Bude buatin dulu." Bude Titin akrabnya, Kaila bukan pertama kali beli minuman disini jadi ibu penjual sudah lumayan mengenalinya.
Kaila tak mau jumawa, tapi sebuah kenyataan kalau dirinya dikenal baik di kalangan universitas tempat kakeknya menjabat sebagai rektor ini. Desas-desus cucu rektor seorang dosen cantik juga beberapa kali bisa Kaila dengar sendiri dari gosip mahasiswi disini.
Gadis itu tak mau peduli, bahkan Kaila tak punya teman sesama dosen karena kebanyakan dosen disini sudah tua semua. Tak apa, yang terpenting tak ada yang berani mengusik ketenangan Kaila dalam urusannya sendiri.
"Aduh panas banget!" sahut suara seorang perempuan mengagetkan Kaila, kursi panjang yang ia duduki reflek bergetar ketika gadis itu juga menduduki space kosong di sebelahnya, "Ah si Adit mah plin-plan kebangetan gue kesel banget!" gerutu gadis itu berlanjut, sepertinya belum menyadari keberadaan Kaila di sebelahnya.
"Lo mau pesen apa, Ra?" tanya laki-laki yang duduk berhadapan dengan gadis di sebelahnya.
"Es jeruk Bude Titin aja, Ri."
Laki-laki yang disebut namanya itu mengacungkan jari jempol ke temannya sebelum beranjak, meninggalkan si gadis dengan Kaila bersebelahan. Kaila melirik sekilas dari ekor mata, membaca nama yang tertera di id card yang dipakai gadis itu.
Zora Mozzaika
Badan Eksekutif Mahasiswa
Fakultas Ekonomi dan Bisnis"Oh anak BEM," gumam Kaila lalu cuek pada urusannya. Lagipula Zora ini bukan anak fakultasnya.
Detik selanjutnya Kaila yang asik bertukar pesan dengan Stella terkejut ketika tiba-tiba sebuah gelas berisi es jeruk pesanannya ditaruh di depan meja. Kaila mengangkat pandangannya yang sedari tadi menunduk, melihat laki-laki yang merupakan temannya si Zora meletakkan gelas itu.
"Punya Bu Kaila nih," katanya lalu mengangguk sopan.
Kaila tersenyum, "Makasih."
Suara Kaila mengucap terima kasih nampaknya mengagetkan gadis bernama Zora itu, buru-buru Zora beringsut mundur sambil menunduk, "Bu, maaf saya gak sadar daritadi Ibu Kaila duduk di sebelah saya."
KAMU SEDANG MEMBACA
After Met You
Romantizm[end] Akibat terlalu sibuk menitih karir, Kaila berhasil membuahkan perasaan khawatir keluarga karena gadis itu enggak kunjung menemukan hilal jodoh di usia-nya yang sudah melewati garis 25. Lelah terus dicecer pertanyaan semacam itu, Kaila akhirnya...