"Kai," panggil sang Mama mendekati anaknya yang sedang menyantap nasi goreng di atas meja makan pagi ini.
Orang yang merasa namanya terpanggil tentu menoleh, "Hm?" ia membalas dengan gumam singkat tanpa menoleh pada Rena, nasi goreng telur dadar ini jelas lebih menarik daripada kalimat yang akan Kaila dengar selanjutnya.
Rena mengambil posisi duduk berhadapan dengan Kaila, menatap lekat putrinya diiringi ekspresi penuh binar, sikapnya lantas membuat Kaila mengerutkan kening kebingungan. Penasaran apa yang membuat Ibunya begini pagi-pagi.
"Hari ini kamu selesai jam berapa?"
Dari kata-katanya Kaila sudah bisa mencium bau-bau ada sesuatu yang akan terjadi, entahlah—setelah malam dimana Rena menginterogasinya karena curiga Kaila sengaja melakukan hal yang kurang sopan untuk menghindari acara 'saling kenal' itu, Kaila jadi agak sangsi.
"Kenapa?" Gadis itu memberi pertanyaan balik, "Mama mau ngapain? Tumben tanya-tanya."
Rena yang duduk di hadapannya sempat diam sejenak, "Berhubung kamu sama Nihala belum kenal baik, Mama sama Tante Mila mau suruh kalian—"
"Enggak," sela Kaila cepat, ia menggeleng, "Ini comblangannya masih jalan?"
"Masih dong," jawab Rena mantap, "Nihala nanti jemput kamu, kamu mau ya?"
"Ma." Kaila menghela nafas, menjauhkan piringnya, "Sebelum Mama berharap lebih jauh, Kaila mau ngomong terus terang aja."
"Kenapa?"
"Kayaknya Kaila sama Nihala gak cocok, kita gak match untuk satu sama lain."
Alis Rena tertaut, "Maksud kamu? Kok udah bisa nyimpulin kayak gitu? Kalian belum kenal satu sama lain, loh?"
"Justru itu, mumpung belum jauh, Kaila udah bisa ngerasa kalo kita berdua gak cocok, makanya jangan diterusin."
"Gak bisa gitu dong, Kai." Rena menatap serius anaknya, "Dimana-mana orang kenalan dulu, kalo udah kenal baru bisa ngomong cocok atau enggak, kamu kan kemarin bilangnya mau-mau aja dicariin jodoh?"
Kaila berdecak pelan, "Iya, Mama. Tapi kalo yang begini, mending Mama cariin Kaila cowok lain, Nihala tuh gak masuk tipe Kaila banget, cari yang lain deh!"
"Cielah, bisa banget pake ngomong bukan tipe segala," kekeh Rena lantas bertopang dagu menatap Kaila, "Gara-gara Nihala lebih muda dari kamu?" Kaila mengangguk pelan membenarkan, "Cuma tiga tahun, Kai. Kalian gak terlalu jauh kok."
"Tetep aja, Ma. Hitungannya dia masih lebih muda, Kaila gak suka sama yang lebih muda, ribet nanti."
"Daripada yang lebih tua tapi selingkuh sama temen kamu sendiri?"
Gadis itu kontan terdiam, perkataan Rena tepat menohoknya.
Rena menaikkan sebelah alisnya, "Mama bener kan?"
"Ma—"
"Kai, dengerin Mama." Rena mengubah posisinya duduk tegap sambil terus menatap Kaila lurus, "Umur cuma angka, Nihala udah dewasa, dia udah punya penghasilan sendiri yang pasti bisa nafkahin kamu nantinya kalo kamu nikah sama dia, Mama bukan jodohin kamu sama anak dibawah umur, Mama tau yang terbaik buat kamu, Kai."
Yang terbaik, katanya. Kaila melengos.
Rena lalu menarik tangan Kaila, "Jangan mikirin Karen lagi, kamu gak boleh terjebak sama masa lalu kamu, kamu harus buktiin sama mereka kalo kamu juga bisa bahagia."
Kaila cepat-cepat menarik tangannya, "Siapa yang mikirin Karen? Siapa yang terjebak di masa lalu? Kaila gak mikirin orang-orang itu lagi, Ma." Nada bicara Kaila sedikit naik seakan emosinya berhasil terpancing oleh kalimat Rena sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Met You
Romance[end] Akibat terlalu sibuk menitih karir, Kaila berhasil membuahkan perasaan khawatir keluarga karena gadis itu enggak kunjung menemukan hilal jodoh di usia-nya yang sudah melewati garis 25. Lelah terus dicecer pertanyaan semacam itu, Kaila akhirnya...