Mobil mazda berwarna grey mettalic itu terparkir di basement sebuah gedung apartment. Pengendaranya tak lain dan tak bukan adalah Kaila, ia membuka pintu mobil, keluar dari sana sambil menenteng tas tangannya.
Pandangan gadis itu mendongak lurus menatap gedung yang sangat tinggi di hadapannya ini, seulas senyum tertarik pada bibirnya—sudah lama sekali Kaila tak menginjakkan kakinya ke tempat ini, tempat yang juga menyimpan banyak kenangan antara dirinya dan Karen dulu.
Dengan hela nafas pelan, Kaila mulai melangkahkan kakinya memasuki lobi gedung.
"Iya, gue udah disini," ucapnya membalas sambungan telfon dari Karen di seberang sana.
Kaila mendudukkan dirinya pada sebuah sofa yang ada di lobi gedung tersebut, memutuskan untuk menunggu Karen disana ketimbang mendatangi langsung unit apartemennya di atas sana. Sejujurnya ia tak punya urusan lebih, Kaila hanya ingin mengantarkan satu undangan bertuliskan namanya dan Ala pada sang mantan.
Semua ini akal-akalan Stella yang memaksa Kaila untuk memberi undangan juga pada mantan pacar dan sahabatnya itu, Stella berbicara panjang kali lebar menjelaskan pada Kaila supaya mengundang mereka juga, biar tahu kalau orang yang pernah mereka sakiti itu sudah menemukan kebahagiaannya juga.
Kaila tak banyak protes, dalam hati membenarkan, maka dari itu ia setuju saja untuk mengundang Karen dan Diana. Dua orang itu harus tahu kalau Kaila sudah bangkit dari keadaan terpuruk yang mereka buat di masa lalu.
"Hai, Kai? Lama nggak disini?" suara Karen mengalihkan atensi Kaila dari ponselnya, "Gak mau mampir ke atas?"
"Enggak, enggak usah, bentar doang kok," jawab Kaila sekenanya, tangannya buru-buru merogoh undangan yang ada di dalam tas tangannya.
"Tumben ngajak ketemuan, kamu ada perlu apa—"
"Ini," sela Kaila seraya menyodorkan undangan itu pada Karen, "Gue mau nikah, Ren."
Raut wajah Karen kelihatan terkejut, tangannya perlahan menerima undangan dari Kaila, matanya mematri nama yang tertulis di bagian depan undangan tersebut.
Nihala & Kaila
"Lo mau nikah?" ucapnya menatap Kaila, "Sama cowok yang kemarin?"
Kaila mengangguk tanpa ragu, "Iya, gue kesini ngajak lo ketemuan cuma mau nganterin undangan ini."
Karen terdiam menatapi undangan di tangannya, sedangkan Kaila sudah bersiap merapikan barang bawaannya. Hendak pergi meninggalkan tempat ini dan orang yang ada di hadapannya—kalau Karen tidak tiba-tiba menahan lengannya.
"Serius, Kai? Lo mau nikah?" tanya laki-laki itu seakan tak percaya.
Kaila mengernyitkan keningnya, "Masa bohongan sih? Lo pikir gue gak pantes nikah?"
Karen gelagapan ditanya begitu, "Bu-bukan gitu maksud gue, cuma lo yakin sama cowok kemarin? Lo udah gak ada hard feeling sama—"
"Hard feeling sama siapa?" potong Kaila, "Sama lo? Yang bener aja, Ren. Kita udah selesai bertahun-tahun lalu, anak lo sama Dania udah gede gitu yakali gue masih galauin kebrengsekan lo dulu." Kaila sengaja terkekeh di akhir, membuat Karen merasa bersalah karenanya.
"Maaf, Kai." Perkataan spontan itu mendapat kekehan geli Kaila lagi.
"Maafnya masih sama kayak bertahun-tahun lalu, gak ada gunanya, Ren. Gue pernah bilang kan sama lo kalo maaf lo gak akan merubah apa pun." Kaila menarik nafasnya pelan, menenangkan diri, "Sekarang gue cuma mau kasih liat ke lo, gue juga bisa bahagia tanpa lo. Gue mau buktiin kalimat gue waktu itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
After Met You
Romance[end] Akibat terlalu sibuk menitih karir, Kaila berhasil membuahkan perasaan khawatir keluarga karena gadis itu enggak kunjung menemukan hilal jodoh di usia-nya yang sudah melewati garis 25. Lelah terus dicecer pertanyaan semacam itu, Kaila akhirnya...