"Kaila gapapa kan temenin Ibu kesana?"
Kaila mengangguk dengan senyum kecilnya, "Gapapa kok, Bu."
Berpapasan dengan Nita membuat Kaila menyetujui permintaan tolong wanita paruh baya itu, menemaninya menemui dekan fakultas sebelah karena adanya keperluan penting. Kaila bisa saja menolak, tapi melihat keadaan Nita yang jalan saja sudah susah, gadis itu tak enak hati, maklum—salah satu jajaran dosen senior yang sudah berumur.
Masuk ke dalam gedung fakultas yang dimaksud, Kaila membantu Nita menaiki anak tangga ke lantai dua, memapah tubuhnya supaya tidak tergelincir atau jatuh.
Dalam hati Kaila mengutuk, bisa-bisanya seorang dekan yang keadaan masih sehat sejahtera membuat dosen berumur ini datang kesana. Gerutuan itu tentunya hanya tertanam di dalam batin, mana berani Kaila suarakan langsung.
"Kaila tunggu sini aja ya, Bu. Ibu masuk aja ke dalem."
"Oke, nak. Tunggu sebentar ya, Ibu enggak lama."
Kaila duduk di kursi tunggu yang disediakan di beberapa titik di koridor lantai gedung tersebut. Gadis itu bersandar sambil membuka ponsel, membaca pesan yang dikirimkan Ala lima menit lalu.
Ala mengabari kalau ia sedang makan siang sekarang, tak lupa menyertakan foto makanan yang di makannya siang ini. Tingkah sepele yang membuat Kaila mengulum senyumnya, kelakuan Ala kerap beberapa kali mengulas geli di pikiran Kaila.
Kira-kira dua minggu lagi semester yang baru akan dimulai, kampus masih sepi oleh mahasiswa, rata-rata yang datang kalau bukan budak organisasi kampus ya mahasiswa semester akhir yang mengejar skripsi ke dosen pembimbing.
Kaila mendongakkan kepalanya ke langit-langit, ia menghela nafas seusai menjawab pesan Ala. Selepas pagi itu, Kaila akui hubungannya dengan Ala kian membaik, mereka aktif berkomunikasi dalam segala hal, berusaha membangun interaksi sebaik mungkin meski rasa canggung masih berlabuh jelas di antara keduanya.
Ala penuh dengan kejutan, sering memaksa melakukan apa yang ia mau. Benar-benar tipikal anak muda keras kepala, Kaila kadang menghela nafas mengingatnya. Mengimbangi tingkah Ala membutuhkan energi yang cukup.
Beralih dari pikirannya, suara derit pintu terbuka membuat Kaila memposisikan diri dengan benar kembali. Suara pintunya jauh, yang berarti bukan Ibu Nita yang keluar dari ruangan. Kaila menoleh ke kiri asal suaranya terdengar, gadis itu menyipitkan matanya memperhatikan orang yang keluar dari sana.
Seorang mahasiswi keluar dari sana—bukan, bukan itu yang buat Kaila mengernyitkan dahi—gadis itu keluar sambil merapikan pakaiannya yang terlihat kusut. Kaila mengendurkan kerutan di dahinya, ia mengerjap beberapa kali.
"Bukannya itu ruangan dosen ya?" gumamnya bingung sendiri.
Tiga detik terpaku oleh apa yang dilihatnya, tepukan di bahu kanan Kaila membuatnya tersadar. Buru-buru menoleh, mendapati Nita sudah ada di sebelahnya, wanita paruh baya itu tersenyum manis pada Kaila.
"Ngeliat apa, Kai?"
Kaila langsung menggeleng cepat, "Bu-bukan apa-apa, Bu," jawabnya lalu menoleh kembali ke arah sebelumnya, mahasiswi yang ia lihat sudah berada jauh di ujung koridor, sepertinya memilih lewat jalan yang berbeda.
"Ibu udah selesai, yuk balik," ajak Nita kemudian berjalan duluan.
Keduanya lantas berpisah setelah Kaila mengantarkan Nita ke parkiran dimana anak laki-laki Nita sudah menjemput Ibunya dengan mobil. Berbelok dari parkiran, Kaila beringsut melangkah ke gedung perpustakaan, memilih mengabaikan apa yang ia lihat beberapa saat lalu.
Kaila sejatinya datang ke perpustakaan untuk menumpang tempat membaca saja, ia sedang tak ingin pulang terlalu cepat, tak juga ingin diajak orang ke lain tempat. Kaila hanya ingin punya tempat sunyi yang pas untuknya fokus membaca novel.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Met You
Romance[end] Akibat terlalu sibuk menitih karir, Kaila berhasil membuahkan perasaan khawatir keluarga karena gadis itu enggak kunjung menemukan hilal jodoh di usia-nya yang sudah melewati garis 25. Lelah terus dicecer pertanyaan semacam itu, Kaila akhirnya...