"Maaf, Mbak." Suara seorang gadis terdengar mengajaknya bicara, "Di sebelah sini ada orang gak ya?"
Sepasang mata kucing yang sedaritadi fokus membaca sebuah buku novel fiksi di tangannya tersebut mau tak mau jadi menoleh ke asal suara yang mengajaknya berbicara. Tepat di sebelahnya, gadis cantik berperawakan lebih mungil dengan balutan blouse warna merah muda berdiri kikuk.
Mungkin merasa tak enak mengganggu kegiatan perempuan cantik ini.
"Oh, enggak ada. Duduk aja," ucapnya mempersilahkan, ia menggeser posisi duduknya supaya si gadis bertanya bisa mengambil tempat yang dia maksud.
"Makasih..."
Hanya anggukan yang menjadi responnya, gadis semampai ini kembali fokus pada keasikannya membaca novel, mengarahkan netranya membaca kalimat-kalimat yang dipadu indah oleh sang penulis di dalam buku yang ia genggam itu.
Selang beberapa menit berlalu, lama kelamaan ruang kelas yang sepi itu menjadi ramai. Para mahasiswa dan mahasiswi satu persatu masuk, mengambil tempat duduk, lantas berbincang satu sama lain menimbulkan kebisingan disana.
Dengusan pelan keluar dari gadis itu, baru saja ia hendak menutup bukunya, raganya dibuat terkejut karena buku yang ada di tangannya tiba-tiba ditarik paksa oleh orang lain. Kedua matanya mengerjap, berubah tajam melirik ke arah pelaku yang mengambil bukunya.
"Maaf, itu buku saya," ujarnya sopan, dengan cepat berdiri berusaha mengambil miliknya. Namun dengan cepat pula mahasiswa berwajah tengil itu menjauhkan bukunya dari jangkauan.
"Mbak cantik, boleh kenalan?" tukasnya genit diiringi sahutan-sahutan menggelikan dari teman-temannya.
Beruntung aksi jahil itu tak berlangsung lama, si pemuda langsung mengembalikan buku di tangannya ke gadis itu, terkekeh pelan mendapati wajah cantiknya terlihat jengkel.
"Semester berapa, Mbak?" Beraninya dia bertanya lagi.
Gadis itu menghela nafas gusar, "Semester lima," jawabnya asal lalu beranjak dari posisinya.
Teman-teman dari pemuda itu reflek menyahuti genit teman mereka lagi, membuat suasana kelas tersebut jadi makin berisik. Tapi sayang seribu sayang, sahutan dan kebisingan yang timbul itu seketika senyap tak berbekas kala gadis cantik yang mereka jahili tadi berpindah tempat duduk di meja depan—meja yang sudah pasti dtempati oleh dosen-dosen yang mengajar.
"Semuanya sudah lengkap? Udah pada masuk?" tanyanya tak mendapat jawaban.
Satu kelas terdiam shock menatapnya.
"Perkenalkan nama saya Sedayu Kailanya, kalian bisa panggil saya Kaila atau Anya, whatever you want, asal jangan dipanggil sayang, dan yaaaa—" Kaila menarik nafas dalam, tersenyum sambil bersedekap menatap keseluruhan isi kelas, "Saya dosen baru pengganti Ibu Michi untuk mata kuliah penelitian komunikasi."
Bisik-bisik terdengar memenuhi kelas, wajah-wajah dalam ruangan ini masih terkejut luar biasa. Kompak mengerjap tak menyangka gadis cantik yang di awal duduk manis membaca novelnya adalah dosen yang akan mengajar mereka hari ini.
Begitu juga dengan sekumpulan pemuda yang tadi sangat semangat mengeluarkan guyonan, sekarang mendadak pucat pasi tak berani menatap ke arah Kaila.
Kaila tersenyum manis dengan tatapan sinis, sikapnya bersedekap masih belum turun.
"Hari ini kita mulai belajar, tapi sebelum mulai." Kaila berjalan perlahan menghampiri sekelompok pemuda itu, tatapan tajamnya seakan menguliti, "Kalian berlima harus keluar dari kelas saya, saya gak mau ngajar mahasiswa kurang ajar kayak kalian, dan kalo minggu depan kalian mau gabung ke kelas ini—minta surat pernyataan dulu sama kaprodi, paham?"
KAMU SEDANG MEMBACA
After Met You
Romance[end] Akibat terlalu sibuk menitih karir, Kaila berhasil membuahkan perasaan khawatir keluarga karena gadis itu enggak kunjung menemukan hilal jodoh di usia-nya yang sudah melewati garis 25. Lelah terus dicecer pertanyaan semacam itu, Kaila akhirnya...