Kaila duduk di ruang keluarga setelah menghabiskan makan malamnya, sambil membuka saluran televisi, gadis itu memeluk bantalan sofa, ia menatap lurus ke depan. Pandangannya seakan menatap televisi padahal isi kepalanya tak berfokus pada itu.
Detik jam dinding terus terdengar seiring waktu berjalan, sesekali membuat Kaila menoleh kesana. Hampir larut malam, tapi belum ada tanda-tanda Ala mengetuk pintu apartemen.
Tak mau dibawa pikiran, Kaila menganggap urusan Ala sekarang sepertinya sangat penting sampai-sampai pemuda itu harus pulang larut malam. Beruntungnya sebelum pikiran negatif mengambil alih isi kepalanya, suara password apartemen terdengar di telinga Kaila.
Kaila langsung beranjak dari tempatnya, menghampiri pintu. Matanya mengerjap melihat Ala masuk sambil menenteng jaket kulit dan topinya—harus Kaila akui, style suaminya itu sangat kekinian, bukan tipikal atasan yang formal selalu memakai setelan jas-kemeja-celana bahan, Ala justru selalu terlihat santai namun tak meninggalkan kesan sopan.
"Hai," sapa Ala tersenyum melihat Kaila di hadapannya, "Tadi Kak Kayi pulang jam berapa?" lanjutnya bertanya sembari meletakkan sepatu ke raknya.
Sekilas Kaila menghindar memberikan jalan untuk Ala lewat, "Gak terlalu sore, abis makan siang langsung pulang."
Ala menoleh padanya, "Bagus deh." Tak ada yang salah dengan respon Ala, hanya saja ketika pemuda itu berjalan melewati Kaila, si gadis reflek mengernyitkan keningnya mencium aroma aneh menyergap inderanya.
"Ala," panggil Kaila menahan lengan Ala, membuatnya berbalik menoleh, "Lo minum alkohol?"
"Kecium ya baunya?"
Mata Kaila membulat mendapat respon itu, tangannya spontan memberi cubitan pada Ala, "Lo nyetir sendiri? Abis minum alkohol nyetir sendiri?!"
"Kak, gua minum dikit doang, cuma nyicip, ini masih sadar seratus persen." Ala merentangkan tangannya sambil mengedikkan bahu menjawab Kaila, "Gak usah takut, udah biasa gua mah."
"Udah gila lo ya? Mau se-sedikit apa pun lo minum, jangan ambil resiko, La."
Ala berbalik badan melanjutkan langkah kakinya ke kamar, Kaila kontan mendelik mendapati Ala berniat mengacuhkannya.
"Ala, gue ngomong sama lo sekarang," ungkap Kaila geram, Kaila menarik lengan kekar itu lagi sampai empunya menoleh, "Lo ada kerja apaan sampe minum alkohol? Lo kerja dimana sih? Di kantor apa club malam?"
Mata Ala menatap tangan Kaila yang memegangi lengannya, ia tak berniat melepasnya, tatapan Ala lantas beralih naik menatap Kaila yang terlihat sedang menatapnya galak, "Tadi sempet mampir bentar, main sama temen," jawabnya disertai senyum manis.
"Hah?" Kaila berusaha menajamkan pendengaran memastikan ia tak salah dengar, "Lo gak langsung pulang tapi main dulu sama temen lo?"
Dan Ala mengangguk lancar tanpa dosa.
"Cewek atau cowok?"
"Campur, kayaknya?" Ala menjawab.
Kaila melepaskan tangannya dari Ala, ia mengambil langkah menjauh, duduk di ruang keluarga. Kepalanya terasa memanas mendengar penuturan jujur Ala, Kaila yakin walau pemuda itu bilang ia masih sadar, tingkat kesadaran Ala tak sepenuhnya sadar.
"Haduh, gak tau lagi gue harus ngomong apa." Gadis itu menepuk jidatnya pelan, ketakutannya akan menikah dengan yang lebih muda benar-benar terjadi. Apalagi Ala yang jelas sekali punya jiwa muda bebas, rasanya Kaila tak paham harus mengambil tindakan apa selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Met You
Romance[end] Akibat terlalu sibuk menitih karir, Kaila berhasil membuahkan perasaan khawatir keluarga karena gadis itu enggak kunjung menemukan hilal jodoh di usia-nya yang sudah melewati garis 25. Lelah terus dicecer pertanyaan semacam itu, Kaila akhirnya...