Perlahan netra Kaila terbuka, samar-samar penglihatannya semakin jelas seiring matanya mengerjap. Langit-langit kamar jadi objek pertama yang menyapa, Kaila menggeliat pelan lalu terdiam, pandangannya mengarah lurus menatap kosong ke depan.
Lengang.
Kaila memegang erat selimut yang menutupi tubuhnya, ingatannya akan semalam baru berputar—reflek membuat Kaila memegang tubuhnya sendiri. Gadis itu mengintip di balik selimutnya, ia berpakaian, tapi dibalik pakaian ini ia tak mengenakan apa pun.
Sial, Kaila malu sekali.
"Udah bangun?" suara berat Ala menyapa, Kaila kontan menoleh, lelaki itu berdiri di depan pintu, menatap kearahnya dan—Ala tak mengenakan apa-apa di bagian tubuh atasnya. Kaila menelan ludahnya kasar, lalu memalingkan wajahnya ke arah lain begitu melihat tubuh atletis suaminya terpampang jelas.
Ala tersenyum tipis, menghampiri Kaila, "Gimana tidurnya? Nyenyak?"
Kaila betah memalingkan wajahnya, bahkan disaat posisinya sudah duduk bersandar di kepala ranjang, Kaila memposisikan selimut menutupi sedikit permukaan wajahnya. Demi neptunus, Kaila malu sekali untuk menghadapi Ala.
"Kayi—"
"Pake baju dulu, La," sahut Kaila menyela.
Ala mengangkat sebelah alisnya, pemuda itu makin sengaja mengambil posisi dekat Kaila, duduk di pinggiran ranjang, "Kenapa? Semalem kan udah liat?"
Spontan mata Kaila memejam erat, wajahnya terasa menghangat. Reka adegan semalam berputar di kepalanya bak sebuah kaset rusak, bagaimana Ala menolongnya, memberi apa yang Kaila butuh semalam tanpa mengingkari janji.
Kaila menelan ludahnya kasar, harus ia akui pengendalian diri Ala sangat baik. Semalam bisa saja terjadi, lelaki itu punya momentum, tapi Ala memilih menurunkan hasrat-nya untuk menjaga Kaila, tak berani melakukan lebih tanpa konsen dari yang bersangkutan.
"Kayi, mau sampe kapan tutupan selimut gitu?"
Pelan-pelan selimut yang dipegang Kaila turun, Kaila dengan wajahnya yang memerah itu menunduk membiarkan juntaian rambut menutupi wajah cantiknya. Sungguh, sekarang ia bahkan tak punya nyali untuk beradu tatap dengan Ala. Rasanya memalukan.
Sedangkan Ala yang melihat itu mengulum senyumnya, pemuda itu menggertakkan giginya pelan merasa gemas dengan tingkah Kaila.
"Mau sarapan atau bersih-bersih dulu, Kak?"
"Lo masak?" tanya Kaila mengangkat tatapannya pada Ala, hanya sekilas, sebab Kaila yang kikuk langsung melihat ke sisi lain.
Ala tertawa pelan karenanya, "Enggak, tadi gua abis gym di bawah, sekalian deh beli bubur buat sarapan."
Gym? Kaila mengerjap, sebenarnya seberapa lama ia tertidur sampai tak sadar Ala sudah melakukan aktifitas gym paginya. Pantas saja pemuda itu mengenakan celana training longgar sekarang, ternyata habis olahraga.
"Kak Kayi?"
"Hah? Oh i-iya—aku mau cuci muka—maksud gu-gue, gue mau cuci muka bentar, lo tunggu di meja makan."
"Gua temenin sini," sahut Ala membuat Kaila membelalak, "Aku temenin, mau?"
Wajah Kaila memerah sempurna, tapi anehnya Kaila tak menolak sama sekali, dengan kesadaran penuh Kaila mengangguk pelan. Memberi persetujuan ditemani Ala ke kamar mandi sekarang, dan sepertinya Ala akan menyesali keputusannya barusan.
Karena saat Kaila melangkahkan kakinya turun dari ranjang, kemeja Ala yang melekat di tubuhnya kelihatan menjadi oversize. Tubuh Ala yang lebih besar dari Kaila penyebabnya, kemeja putih itu menutupi tubuh Kaila sampai paha mulusnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Met You
Romance[end] Akibat terlalu sibuk menitih karir, Kaila berhasil membuahkan perasaan khawatir keluarga karena gadis itu enggak kunjung menemukan hilal jodoh di usia-nya yang sudah melewati garis 25. Lelah terus dicecer pertanyaan semacam itu, Kaila akhirnya...