Canggung.
Itulah situasi yang menggambarkan Ala dan Kaila selama kurang lebih seminggu ini. Gara-gara kejadian satu malam yang tak disengaja, keduanya jadi kikuk kalau berinteraksi satu sama lain, parahnya kedua orang itu kompak menghindar di tiga hari pertama.
Sama-sama tak ingin berhadapan.
"Kayi, pulang jam berapa?" Ala menyahuti tepat sebelum Kaila keluar dari apartemen.
Gadis itu berbalik menoleh ke suaminya, "Siang, mungkin? Ada perlu, La?"
Ala menggaruk ujung kepalanya, "Gak sih, nanya doang. Gua juga ada meeting siang-siang, mungkin balik sore." Kaila tak menanyakan hal itu, tapi Ala ingin saja memberitahu.
"Oke, sampe ketemu nanti," kata Kaila tersenyum canggung, Ala juga balas mengangguk kikuk.
Begitulah situasinya.
Ala menyugar rambutnya, menarik nafas dalam-dalam, "Kayak orang aneh."
Sedangkan Kaila diluar juga menutup wajahnya dengan tangan, "Kaila bodoh, kenapa juga pintunya gak dikunci waktu itu..." kalimat sama yang selalu keluar dari mulut Kaila belakangan ini, menyesali tindakan cerobohnya malam itu.
Kaila menggelengkan kepalanya kuat, ia turun menuju basement dimana mobilnya terparkir. Setelah masuk kesana, Kaila menyampirkan tasnya ke bangku penumpang di sebelah, tangannya segera mencari letak ponselnya dari dalam tas tersebut.
"Halo, kamu udah dimana, Ra?" Kaila mengaktifkan loud speaker ponselnya.
"Saya udah di tempat, Bu."
"Sama Erin?" tanya Kaila lagi.
"Iya, Bu. Erin sama saya."
Kaila mengangguk paham, "Oke, tunggu ya. Setengah jam lagi Ibu sampe kesana, gak jauh dari apart Ibu nih."
"Iya, Bu." pip! Sambungan terputus.
Mobil milik Kaila langsung melaju keluar dari kawasan gedung apartemen. Jalanan Ibukota tak terlalu padat di hari Kamis yang cerah ini, membuat Kaila tak mendapat halangan berarti, dua puluh lima menit—sesuai perkiraan Kaila dirinya sampai di lokasi temu kurang dari waktu setengah jam.
Saat masuk ke dalam resto, Kaila langsung menangkap pergerakan lambaian tangan Zora dari jauh. Buru-buru Kaila melangkah menghampiri meja dimana dua orang gadis itu duduk bersebelahan. Kaila yang baru mendekat perlahan membulatkan matanya melihat siapa yang duduk di sebelah Zora.
"Loh, kamu kan?" Kaila mengernyitkan dahi.
Perempuan yang dikenalkan Zora bernama Erin itu mengerjap beberapa kali, ia sudah sering melihat wajah Kaila dimana-mana, tapi Erin tak yakin Kaila pernah melihat wajahnya. Secara kampus mereka bukan kawasan kecil.
"Ibu udah kenal Erin?" tanya Zora, mempersilahkan dosen muda itu duduk.
Kaila menggeleng pelan, "Belum sih, tapi kalo gak salah inget saya pernah liat kamu keluar dari ruangan dosen—" gadis itu tak melanjutkan kalimatnya, Kaila membeku karena menyadari sesuatu, pandangan kagetnya menatap Zora dan Erin bergantian.
"Be-bentar nih, jangan bilang—"
Zora mengangguk mantap, "Iya, Bu."
Erin menyimpan kedua lengannya di atas meja, menatap Kaila sedikit takut-takut. Perempuan itu memainkan ujung kukunya, gugup berhadapan dengan Kaila.
"Erin." Kaila menyebut namanya, tatapan gadis itu berubah serius, "Bener apa yang diceritain Zora? Kamu—maaf sebelumnya—kamu kena pelecehan seksual oleh dosen pembimbing kamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
After Met You
Romance[end] Akibat terlalu sibuk menitih karir, Kaila berhasil membuahkan perasaan khawatir keluarga karena gadis itu enggak kunjung menemukan hilal jodoh di usia-nya yang sudah melewati garis 25. Lelah terus dicecer pertanyaan semacam itu, Kaila akhirnya...