24; the past

2.7K 402 107
                                    

"La, bangun." Kaila menggoyangkan tubuh suaminya yang masih betah terlelap nyaman, "Kamu mau kerja gak? Ini udah mau jam delapan, loh?" sahut Kaila sambil matanya melirik ke jam di layar ponsel.

Ala menggeliat pelan, perlahan membuka kedua kelopak matanya sampai pandangan yang mengabur jadi jelas—menatap Kaila yang sudah rapih dan selalu terlihat cantik, sedang duduk di tepi ranjang mereka.

Senyuman tipis sontak terulas di wajah bantal Ala, ia terkekeh, "Kamu gak berangkat?"

"Hari ini aku baru ada kelas siang nanti, kamu lupa ya?"

Oh iya juga. Ala lupa hari ini hari Rabu, hari yang bisa dibilang langganan bersantai untuk Kaila sebab sang dosen cantik itu hanya mengajar di dua kelas yang mana salah satunya baru dimulai pukul satu siang.

"Hm, lupa." Ala bangkit dari posisi tidurannya, Kaila pikir pemuda itu akan beranjak dari sana dan pergi ke kamar mandi seperti yang biasa ia lakukan setiap pagi. Namun Ala malah menempelkan dirinya ke Kaila, memeluk tubuh perempuan itu dari belakang dan menumpukan dagunya di bahu Kaila.

Kaila membelalak sekilas, "Ala..."

"Masih ngantuk..." bisik Ala dengan suara serak khas orang bangun tidur itu, "Semalem aku kebablasan ngecek laporan di e-mail sampe lewat jam dua belas."

Walau tingkah Ala sedikit membuat tubuhnya meremang, Kaila tak protes lagi, ia membiarkan Ala memeluknya puas dari belakang. Mendekap tubuhnya seraya bersandar nyaman disana memejamkan mata, Kaila pun berinisiatif mengusap-ngusap rambut hitamnya pelan.

"Sarapan dulu, abis sarapan baru mandi." Kaila menoleh, "Mau?"

Ala mengangguk dengan matanya yang masih terpejam nyaman. Menyetujui ajakan Kaila selayaknya seorang anak kecil yang mematuhi ucapan Ibunya. Untuk saat-saat seperti ini Kaila benar-benar merasakan perbedaan umur di antara mereka.

"Yaudah lepas, katanya mau makan?" ujar Kaila karena Ala tak kunjung melepaskan pelukannya. Kaila sampai bergerak risih tapi Ala masih tak berniat melepaskan, "Nihala Bumi Bramasta..."

Lelaki yang nama lengkapnya barusan disebut itu menggeleng, mendusel pelan di bahu Kaila, menghidu aroma manis istrinya, "Gak mau, ke dapurnya sambil gini aja, Kayi."

Kaila memejamkan matanya erat, lalu membukanya bersamaan helaan nafas berat keluar dari belah bibir ranumnya. Wanita itu memasang ekspresi malas, malas berdebat, malas memberikan kalimat untuk menasehati Ala pagi ini, jadinya ia membiarkan Ala tetap menggelendotinya sampai mereka berada di dapur.

"Duduk sini," titah Kaila menyuruh Ala duduk di kursi makan, "Aku ambilin dulu porsi kamu."

Kali ini Ala menurut, ia duduk manis disana sesekali mengucek matanya dan beberapa kali menguap. Tak lama Kaila kembali mendekatinya dengan membawa sepiring nasi goreng di tangannya, meletakkan piring berwarna putih itu di hadapan Ala.

"Maaf, pagi ini aku cuma bisa masak nasi goreng," ringis Kaila, selama berumah tangga dengan Ala, baru ini ia menyajikan nasi goreng untuk sarapan pagi mereka, "Keperluan dapur udah mulai menipis, kita belum belanja bulanan jadi—"

"It's okay. Aman aja," sela Ala memotong kalimat Kaila, tangannya meraih sendok dan garpu untuk mencicipi masakan istrinya, "Aku selalu makan masakan kamu, Kayi." Senyum manis terulas di wajah tampan Ala pagi ini, ia menyuapkan satu sendok ke dalam mulutnya sembari mengacungkan jadi jempol.

Kaila menatap Ala, "Tapi Bunda bilang kamu gak terbiasa makan nasi goreng pagi-pagi, kamu kan gak suka?"

"Sekarang suka." Ala menjawab mantap, menyuapkan satu sendok lagi ke mulutnya, "Karena ini masakan kamu, apa pun yang kamu masak pasti aku makan, masakan kamu gak akan ngecewain aku, udah pasti."

After Met YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang