25; explained

2.7K 438 85
                                    

Ala tersenyum manis memperhatian Kaila yang tampak sangat cantik dengan balutan kebaya warna biru itu. Make up yang dipoleskan juga membuat wajahnya tambah cantik, jangan lupakan tatanan rambut Kaila yang di-styling ikat rendah, berkesan ayu dan lemah lembut sekali.

"Cantiknyaaa," puji Ala tanpa aba-aba memeluk Kaila dari belakang, melabuhkan kecup ringan di pipi kanan istrinya.

Kaila terperanjat kaget, reflek menyikut Ala di belakangnya, "Kamu ngagetin aja!" protesnya menatap galak Ala dari pantulan cermin, suaminya itu sudah rapih mengenakan batik bermotif serupa rok ikat yang ia pakai. Mereka berdua hendak mendatangi acara pernikahan teman Kaila.

"Kamu yang fokus banget dandan, aku daritadi di belakang merhatiin kamu loh," kata Ala kembali mencium sekilas Kaila, "Jangan cantik-cantik banget, nanti ada yang naksir sama kamu disana gimana? Cemburu dong aku."

Terkadang Kaila merasa harus mengapresiasi tingkat blak-blakan Ala dalam mengungkapkan sesuatu. Kenapa suaminya ini terlalu santai mengungkapkan segala hal yang menurut Kaila sendiri ia sulit ungkapkan.

Enak ya jadi lelaki, batin Kaila.

"Udah ih gak usah cium-cium nanti make up aku geser lagi," ujar Kaila mendorong jauh Ala, ia bergerak melangkah mengambil tas tangannya yang tergeletak di atas ranjang, "Ayok berangkat, nanti telat sampe sana."

"Iyaaa." Ala menyusul Kaila yang lebih dulu keluar kamar, tak lupa Ala mematikan AC kamar, memastikan tak ada sesuatu yang fatal sebelum mereka meninggalkan apartemen.

Mereka berdua berjalan beriringan menuju mobil yang diparkirkan di basement. Ala seperti biasa membukakan pintu mobil, melakukan princess treatment untuk wanita kesayangannya itu, Kaila terkekeh pelan—tak lupa untuk mengucapkan terima kasih.

"Makasih, La."

Ala memutari mobilnya untuk masuk ke bangku pengemudi. Kaila kira Ala akan langsung menjalankan mobilnya ketika sudah masuk, namun lelaki-nya ini malah sibuk mencari sesuatu ke seluruh penjuru mobilnya.

Kaila kontan mengernyit, "Nyari apa sih, La?"

Tak lama sesuatu yang dicari Ala ketemu, sebuah kotak beludru berwarna merah. Ala menyodorkan kotak itu ke hadapan Kaila yang tampaknya kaget, ia terkekeh seraya membukakan kotak itu—memberitahu Kaila apa yang ada di dalamnya.

Sepasang gelang dan cincin.

"Buat kamu," ucap Ala.

Kaila mengerjap, "Huh? Buat aku?"

"Iya, hadiah dari aku." Ala membalas dengan senyuman manis, ia menarik pergelangan tangan kiri Kaila, memakaikan gelang emas itu kesana, lalu memakaikan cincin pemberiannya juga ke jari tengah Kaila, jari tengah yang dipakaikan karena jari manis Kaila sudah diisi oleh cincin pernikahan mereka.

"La, ngasih hadiah terus, aku enggak ulang tahun kali," gurau Kaila mencoba jenaka menutupi degup jantungnya, "Kemarin udah ngasih kalung, kok ngasih barang lagi? Gak takut istrinya dirampok nih dipakein aksesoris begini?"

"Hush! Mulutnya ngomong yang baik-baik," ujar Ala menasehati, "Enggak apa-apa, aku mau sering ngasih istriku hadiah, emangnya salah?"

Salah! Salah untuk kesehatan jantung Kaila!

Kaila menggeleng pelan, mengulum senyum menatap cantiknya hadiah baru dari Ala. Ala lantas mengusap pucuk kepala Kaila pelan.

"Gimana, suka?" tanya Ala.

"Suka banget, makasih ya." Kaila menjawab dengan pelukan eratnya, "Hadiahnya cantik, aku suka."

"Sama-sama, cantik." Ala terkekeh renyah balas memeluk Kaila sama eratnya.

After Met YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang