Bab 7

555 48 6
                                    

Dimas menikmati permen yang di dapat tanpa menyadari dari mana mendapatkannya.

"Mas." Panggil Adit, membuat Dimas tersadar akan tindakannya.

Wajahnya memerah, mulai menatap Adit. Ia menyentuh bibirnya.

"Kenapa aku melakukan itu?" Batin Dimas langsung pergi begitu saja meninggalkan Adit sendirian dalam lautan kebingungan.

Wajah mereka sama-sama memerah terutama Dimas. Bajunya sangat basah, terlebih jarak menuju rumahnya lumayan jauh dari sekolah. Jika berjalan kaki, bisa mencapai 30 menit lamanya.

"Sialan kenapa aku melakukan itu." Dimas mulai mengacak-acak rambutnya Frustasi dengan keadaan.

Sudah berapa banyak kejadian yang terus di lakukannya, sudah di pastikan ini akan membahayakan reputasinya di sekolah.

Hari ini Dimas sengaja tidak masuk sekolah, untuk menghindari bertemu Adit. Dirinya sangat malu mengingat tidak tahu malunya mengambil permen tepat, di mulut Adit.

Walau begitu, Dimas terus menyentuh bibirnya, merasakan hangatnya bibir Adit. memang bibirnya sedikit tipis dari milik Adit, tapi rasanya lumayan manis.

Disisi Adit, dia linglung dengan keadaan dimana dia sangat menyukai Rini layaknya seorang pria. Tetapi melihat segala reaksi malu-malu dari Dimas membuatnya gemes sendiri dengan tingkah itu.

Rasanya sangat aneh, terutama saat tidak sengaja mencium Dimas. Bibirnya begitu manis, seolah itu candu tersendiri untuknya.

Adit ingin bilang dirinya normal, tetapi situasi mengatakan sebaliknya. Saat melihat Dimas menangis, bicara, ataupun malu-malu Adit sangat menyukainya.

Entah apa yang merasukinya saat ini?
Ini sungguh aneh?

Seperti biasa Aldo duduk di kelas dengan kegiatan biasanya, yaitu melamun. Tibalah Tania duduk di sebelah Aldo, bertanya.

"Aldo, kamu tahu Adit ada masalah  apa? dari tadi ku lihat dia melamun terus?"

Aldo tidak sadar dengan keberadaan Tania, dia asik dengan dunianya sendiri.

"Aldo, Aldo. ALDO." Bentak Tania yang menyadarkan  Aldo dari lamunannya.

"Eh iya ada apa Tania?" Wajah Aldo Benar-benar bingung tapi di senang Tania memperhatikannya.

Tania menghela nafasnya pelan, Mulu bertanya hal yang sama.

"Aldo, kamu tahu Adit ada masalah  apa? dari tadi ku lihat dia melamun terus?"

Aldo memperhatikan Adit yang memang melamun.

"Bukannya dia biasanya begitu?" Tanya Aldo balik, di tidak mengerti.

Tania lagi-lagi menghela nafasnya.
"Coba kamu tanya, mungkin di ada masalah?" Tania mendorong Aldo untuk Bertanya ke Adit.

Sebenarnya Aldo malas bergerak, tetapi dia melakukannya atas perintah dari calon pacar, yang entah kapan menjadi pacarnya ini.

"Woi bro, lu napa dah?" Tanya Aldo menepuk pelan Punggung Adit.

Adit mendongakkan kepalanya.
"Gak papa, lu bucin aja noh  ma Tania. Mumpung di lagi perhatian."

Mendengar ucapan Adit Aldo bergegas menuju Tania mulia mencoba menggodanya.

Selebihnya Adit tidak tahu apa yang dilakukan Aldo, ia beranjak dari kursi menuju luar kelas.

Adit berjalan tanpa arah melihat sekeliling, tanpa sadar dia sudah berada di kelas Dewi, teman masa kecilnya.

Keadaan yang sangat bertepatan terjadi. Dewi hendak keluar ingin membuang sampah dia bertemu dengan Adit.

"Ada apa dit? Ada yang bisa uwi bantu?" Tanyanya dengan senyuman manis.

Adit mulai salah tingkah karena baru menyadari dirinya dimana.

"Itu, Dimas mana?" Spontan Adit bertanya begitu, pikirannya di penuhi dengan Dimas yang tidak sengaja menciumnya, tapi Adit merasa tidak jijik dengan ciuman itu.

"Oh Dimas~ katanya sih, Dimas sakit." Dewi membuat sampah yang berada di samping Adit.

"Memangnya sakit apa?" Tanya Adit, mengerutkan keningnya.

"Katanya Dimas demam, gara-gara kehujanan."

Mendengar itu wajah Adit seketika merah dia ingat betul ciuman itu.


MY Love {Adit × Dimas} (B×B)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang