Bab 14

429 35 3
                                    

"kenapa bengong?" Tanya Nara ia balik lagi karena berkasnya ketinggalan.

"Itu, ...Abang ku hamil. Kok aku gak tahu sih? Kapan dia datang sama pacarnya itu?" Jawab Tania dengan pertanyaan baru.

"Ohh~ itu toh, ...wajar sih lu gak tahu." Nara masuk ke dalam laboratorium, mengambil berkas-berkas yang di butuhkan nya.

"Memangnya kenapa? Kok bisa aku gak tahu?"
Tania duduk di dekat Nara, biar enak dengar ceritanya.

"Waktu Abang mu datang sama pacarnya, kita itu sibuk. Mu urus yang udah lama sekitar 2 hari yang lalu, sedangkan aku urus yang baru datang, untuk di periksa. Nah, Abang mu itu datang, waktu lu lagi sibuk-sibuknya. Pasien kita ada 10 orang, di ruangan yang berbeda-beda. Ingat kan, kita sampai gak bisa saling berkomunikasi karena sibuknya. Untungnya waktu itu kita libur, makanya bisa kita kerjakan sampai selesai."
Jelas Nara panjang lebar.

"Ohh~ gitu toh. Terus_pas masa ku habis, ...kenapa gak lihat Abang?"

"Karena aku yang urus."

Tania mengangguk kepalanya, ia baru teringat kejadian waktu itu. Yang di mana ia membantu Tania tapi dengan pasien yang berbeda.

Tugas ini biasanya, mereka kerjakan berdua saja, jika pasiennya sedikit. Berbeda ketika ramai, Nara akan menambah karyawan dengan bantuan Ayahnya.

Walau begitu mereka tetap sibuk, untuk mendapatkan hasil yang maksimal pasien tidak di perbolehkan untuk sendirian begitu lama.

Maupun bertemu dengan semenya, karena kemungkinan mereka bakal berhubungan intim.

Terlebih jika ingin hasil yang bagus, harus di rawat sekitar seminggu, 3 hari. Baru boleh pulang, jika tidak di ikuti syarat itu, maka pasien akan meninggal dunia.

Pernah ada kejadian dimana sang Seme begitu bertekad untuk bertemu dengan ukenya. Mereka pun berhubungan, yang pada akhirnya dia menyesal melakukan itu. Ukenya meninggal di tempat.

Seme itu meminta pertanggung jawaban kepada Nara selaku pengurus Ukenya, Nara tidak mau menau megenai itu, karena itu di luar Kendalinya.

Seme itu marah hingga Mencelakai Nara. Mengetahui anaknya berada dalam masalah, orang tua Nara membunuhnya.

"Udah ya aku pergi dulu." Pamit Nara, dengan berkas-berkasnya.

"Buat apa tu berkas?"

"Oh~ ini. Biasalah, untuk laporan ke Papa. Bay Tania, kalau mau pulang. Pulang aja, udah gak ada lagi kerjaan."
Nara melambaikan tangan beranjak pergi meninggalkan Tania. Tania membalas lambaian tangan itu lalu pergi dari laboratorium.

Sampai di rumah, Tania di hadang dengan calon suami Abangnya.

"Kenapa ya?" Tanya Tania.

"Abang kamu ngambek, bisa bantu aku gak?" Pria itu yang bernama Edwin memohon kepada Tania.

Edwin adalah salah satu pelanggan VIP, yang kebetulan memberikan hasil USG saat berada di laboratorium.

Edwin sengaja pergi kesana, karena Nara tidak mungkin kerumahnya, ia begitu sibuk.

Edwin saja baru tahu kalau Tania merupakan adek iparnya saat akan disana, sesungguhnya Tania tidak pernah kelihatan Dimata saat itu.

Terlebih di rumah, ketika akan silaturahmi dengan keluarga gebetan.

Karena sekarang sudah tahu, agak malu-maluin gak masalah kali.

"Tolong Abang dong, pliss." lirihnya terus memohon.

"Iya tenang aja, palingan Abang gak bisa lama-lama marah sama Bapak."

"Jangan panggil Bapak dong, kan saya akan jadi Abang ipar kamu."

"Iya deh, Bang Edwin."

Nara menemui Abangnya, berkata sepatah dua kata atau lebih tepatnya nasehat. Abangnya pun mengerti.

Ia turun memberikan jari jempol, pertanda sudah aman.

Edwin berjalan ke arah calon istrinya, tersenyum. Ia terus-menerus mengucapkan maaf, yang di terima maafnya oleh Abang Tania bernama Deon.

Vote woi habis baca

MY Love {Adit × Dimas} (B×B)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang