Ilmu yang telah di berikan oleh Dewi di serap baik-baik oleh Adit bagaikan spon yang di gunakan untuk mencuci piring.
Adit tidak sabar untuk mempraktekkan ilmu tersebut secara langsung. Memikirkannya saja membuat Adit senyum-senyum sendiri, bisa-bisanya dulu ia menyukai Rini, padahal Dimas lebih menggoda.
Perasaan Adit dengan Rini bagikan Daun yang berguguran, awalnya cantik akhirnya menjadi sampah. Eh maksudnya hampa. Bisa bikin puisi nanti aku nih.
Aldo melihat sekitar, ia mencari pujaan hatinya yang tidak datang ke sekolah, padahal bel pembelajaran Pertamina telah berbunyi.
"Dit, tahu kemana Tania gak?"
Lamunan Adit terpaksa harus di hentikan dengan pertanyaan Aldo itu.
"Gak tahu, tanya dia aja. ...Telpon coy."
Aldo senyum-senyum tidak jelas setelah mendengar jawaban Adit. Perasaan Adit mulai tidak enak, pasti ada apa-apa ini.
"Telepon."
Dengan terpaksa, Adit mengeluarkan hpnya lantas mencari nomor kontak Tania, padahal Aldo memiliki nomor ponsel Tania, tapi ia malu untuk bertanya secara langsung kepada Tania, sungguh merepotkan.
"Tania, Lu kenapa gak sekolah?"
Wajah Aldo panik, ia tidak menyangka Adit langsung the poin tanpa ada basa-basi dulu.
"Maaf pi, Tania sibuk urusin Pasien. Ini Abang Tania mau melahirkan, jadi Tania tidak sekolah dulu. Tania udah izin ke guru kok pi."
Entah atas dasar apa, Trio ini memanggil Adit dan Dimas dengan panggilan papi dan Mami. Tapi Adit tidak keberatan sama-sekali, toh ia akan menghalalkan Dimas bagaimana pun caranya.
"Baguslah kalau udah izin, papi cuma nanya itu doang kok."
Telpon di matikan, di sana hari Tni sudah berdebar kencang. Ia tidak menyangka Adit menerima panggilan itu.
Sedangkan Aldo heran, ia mau bahagia karena mendengar suara Tania, tapi juga jijik dengan kawannya yang mau aja di panggil papi oleh Tania.
Memangnya siapa Maminya?"Nah dengarkan." Adit melihat Aldo yang memandang entah kemana, ia keheranan.
"Siapa Maminya?" Sungguh the poin sekali Aldo ini.
"Siapa lagi kalau bukan ketua OSIS itu."
Aldo terdiam, secara tidak langsung Adit memberitahu perasaannya sebenarnya.
Mau di larang juga percuma, karena Tania malah mendukungnya. Jadi yang bisa di lakukan olah Aldo adalah kuat-kuat berhadapan dengan Adit.
Guru masuk ke kelas, memulai pembelajarannya. Bel istirahat berbunyi, seharusnya anak-anak pada umumnya pergi ke kantin bukan?
Ini Adit sengaja tidak pergi ke kantin, melainkan pergi ke kelas Dewi. Yang notabenya merupakan kelas Dimas juga.
Dewi keluar kelas bersama dengan temannya, ketika keluar kelas ia bertemu dengan papinya.
"Eh Papi, mau ketemu dengan Mami ya!! Itu Mami lagi kerjakan tugas." Sambil menunjuk ke arah Dimas, teman Dewi keheranan mengapa laki-laki di panggil Mami?
tapi melihat kelakuan Dewi selama ini ia pun memakluminya."Ke kantin yuk, atau-"
Mulut Adit di tutup oleh Dimas mengunakan tangannya, ia tahu persis apa kelanjutannya.
"Gak aku lagi sibuk."
Adit memelas."Yakin~"
Dengan kejamnya, Dimas langsung mengusir Adit dari kelasnya. Ia kesal dengan tingkah Adit yang menciumnya tanpa henti dan berturut-turut.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY Love {Adit × Dimas} (B×B)
AcakSebuah kisah Cinta yang berawal dari "Menyimpan sebuah Rahasia" Adit yang awalnya mengira dirinya Normal, entah kenapa berbalik arah ketika melihat wajah manis Dimas. Dimas juga sama dari awal bertemu dia sangat menyukai karakter Adit, tetapi gengs...