Bab 20

468 46 6
                                    

"Setelah ini gua nginap dirumah lu ya?" Dimas dengan antusias bertanya. Wajahnya bersinar seolah meminta Adit untuk menuruti permintaannya.

"Apa bagusnya rumahku, ...bagusan juga rumah lu." Balas Adit dengan sinis, karena rasanya terhina sekali, jika Dimas meminta menginap di rumahnya yang berbanding terbalik dengan rumah Dimas.

"Ya aku tahu rumahku bagus, tapi aku kesepian." Lirih Dimas memasang wajah yang sendu.

Setelah di perhatikan lagi, memang kehidupannya, dengan Dimas berbanding terbalik.
Tetapi beruntungnya Adit mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya, walau itu dari Bundanya. Sedangkan Dimas tidak mendapatkan kasih sayang dari keduanya, itu terlihat dari rumahnya yang tampak sepi.

"Memangnya orang tua Lo mana Mas?" Adit memasuki rumah yang telah di buka gerbangnya oleh Dimas, lantas mereka berjalan bersama menuju kediaman Dimas.

"Kerja." Tuturnya, mengikuti langkah Adit memasuki rumah.

Tanpa basa-basi lagi mereka  memasuk kamar Dimas, terlihat Adit sedang meletakkan kopernya berada di samping kasur tanpa menyusunnya.

"Heran gua sama Bunda, ... padahal cuma nginap, pake koper segala." Racaunya berkali-kali. Waktu di rumahnya, Adit sudah memperingati Bundanya yang tidak di dengarkan. Ia asik dengan tamunya yang lain, yang tiada lain tiada bukan, Trio 3 perempuan itu.

Adit menghela napasnya pelan, mulai tidur di ranjang kasur Dimas.

"Mandi dulu Sono, jangan main di tiduran aja." Perintah Dimas, ia dari tadi sibuk akan kegiatannya yang entah apa itu.

"Tapi lu Mas, ...masak ya." Dengan senyuman, Adit menaik turunkan Alisnya. Setelahnya, ia memasang wajah memelas.

"Soalnya, gua lapar." Sambung Adit, memegangi perutnya.

"Dasar." Sungut Dimas.
"Tapi lu harus mandi, gua gak mau kasur gua kenapa-napa." Sambung Dimas, yang langsung saja pergi melaksanakan perintah Adit.

Adit mengangguk atas perintah Dimas yang menyuruhnya untuk mandi. Ia dengan sigap mengambil handuk masuk ke kamar mandi.

Baru saja masuk, Adit sudah terpesona akan indahnya kamar mandi yang melebihi kamar mandinya di rumah.

"Sekaya ini, tapi sendirian. Sungguh kasihan." Sindir Adit menggelengkan kepalanya, ala orang India.

Saat akan mandi Adit langsung terdiam.

"Ini mana gayungnya?" Tanyanya pada diri sendiri.

Takut akan merepotkan Dimas lagi, terlebih dengan tidak tahu dirinya meminta Dimas untuk memasak. Membuat Adit mau tidak mau mencari sendiri keberadaan gayung itu, ...dan sesuai dugaan Adit. Ia tidak dapat menemukannya.

"Entah kenapa setiap barang, kalau gua nyari. Selalu saja tidak ketemu." Adit sungguh keheranan dengan benda yang akan hendak di carinya. Ini bukan sekali dua kali terjadi, melainkan berkali-kali hingga Adit sendiri saja bosan mencarinya.

"Apes, Apes." Adit memandangi dirinya dengan wajah kasihan.

"Dah lah." Adit sudah menyerah, ia rasanya sudah kehilangan rasa tahu malunya, yang kini dia kembali ke stel awal, yaitu tidak tahu malu.

"Woi Mas, mana gayungnya?" Adit berteriak. 

Sungguh tidak tahu diri bukan!! masih untung di tampung, sekarang malah berteriak-teriak. Rasanya Dimas menyesal telah menampung anak ini.
Seketika lupa ia, yang meminta Adit untuk menginap.

"Apa?" Balas Dimas, ia yang berada di dapur langsung menuju kamarnya lagi, untuk dapat mendengar lebih jelas permintaan Adit yang lainnya.
Bisalah~ latihan sebelum menjadi istrinya. 🤭🤭

"Percuma kaya!! Tapi gayung gak ada." Sindir Adit.

Sebenarnya tinggal bilang, kalau gayungnya gak ada. Tapi bukan Adit namanya kalau tidak ceplas-ceplos orangnya.

Dimas memutar bola matanya malas. Ia mengira ada apa ternyata cuma gayung.

"Norak!! Mana ada gayung!! Itu kan ada Shower di bathtub, berendam aja Sono." Dimas kesal, waktunya serasa di buang sia-sia hanya untuk sekedar masalah gayung. Ia langsung saja melangkah menuju dapur melanjutkan masaknya tadi yang sempat tertunda.

"Dih marah-marah, PMS kali?" Surgut Adit dengan memajukan bibirnya.

"Kan gak tahu." Sambungnya tidak merasa bersalah.

Selesai Mandi, lagi-lagi Adit berteriak untuk di ambilkan baju. Ia tadi lupa mengambilnya, padahal udah di siapkan Bundanya.

Dengan rasa malas, Dimas menyiapkan baju yang hendak Adit gunakan.

Ketika melihat baju Adit, Dimas melihat dari sekian banyaknya baju Adit tidak ada satu pun baju tidur. Ia pun berinisiatif mengambil baju tidur yang kelonggaran untuk di gunakan oleh Adit.

"Mas, mana nih bajunya?" Adit memanggil Dimas lagi, yang padahal Dimas sedang menyiapkannya.

"Iya sabar." Balasnya, ia mencoba dengan sabar menghadapi Adit.

Selesai memilah baju, Dimas masuk ke kamar mandi hendak memberikan baju tersebut kepada Adit, tetapi kejadian yang tidak terduga terjadi.

Dimas secara tidak sengaja melihat milik Adit, wajahnya memerah karena milik Adit yang besar, berbeda dengan miliknya. Sedangkan Adit terkejut melihat Dimas yang sudah masuk ke dalam kamar mandi.

Adit tadi sedang memandang dirinya di cermin full body, memandangi indahnya tubuhnya. Tetapi Kedatangan Dimas membuatnya terkejut sekaligus malu.

Dimas memalingkan wajahnya, memberikan baju yang mau di gunakan Adit.

Adit menerimanya. Tanpa basa-basi lagi Dimas langsung saja pergi dari kamar mandi itu, tanpa menoleh sedikit pun ke belakang.

"Sialan, padahal tadi malu banget gua." Sesal Adit, ia tidak menyangka hal seperti itu akan terjadi.

"Tapi dia imut banget, sialan." Adit mengepalkan tangannya, mengetuk-ngetuk dinding pelan, dengan wajah yang menunduk.

Sengaja aku panjangkan  sedikit chapter kali ini, biar adalah sedikit perkembangan mereka ini.

Walau cuma halu, yang penting gas terus Dit✌️✌️

Vote Woi selesai baca

MY Love {Adit × Dimas} (B×B)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang