Bab 21

457 55 0
                                    

Suasana hening, tidak ada yang memulai percakapan di antara mereka berdua.

Hanya suara kesibukan Dimas yang menyiapkan masakannya di atas meja makan. Entah atas perintah siapa?

Rasanya sudah seperti kewajiban Dimas, ia menyendok nasi di atas piring Adit, lantas membiarkan Adit mengambil hasil masakannya.

Dimas terdiam, ia ingin memastikan bagaimana reaksi Adit saat akan memakannya. Apakah enak, atau tidak?

Sambil menunggu, Dimas menyendok nasi untuk dirinya.

Masakan hari ini ialah. Sayur bayam, telur dadar, dan daging ikan segar yang ada di kulkas.

Adit mulai memakan makanan itu. Dari luarnya terlihat begitu menggugah selera. Dimas sangat pandai memasak, mungkin karena keadaannya yang selalu sendirian, membuatnya melakukan berbagai ekperimen. Contohnya seperti ini.

Adit mengunyah makanannya. Rasanya lezat, sesuai dengan penyajiannya yang begitu menggugah selera.

"Enak." Kata-kata itu terlintas begitu saja, saat akan memakan masakan itu.

Dimas  tersenyum manis, mendengar perkataan itu. Ia dengan semangat melanjutkan makannya sambil melirik Adit yang memuji masakannya.

Menyadari ada yang melihatnya, Adit menoleh.

"Kenapa, lihatnya begitu?" Adit masih canggung atas kejadian di kamar mandi tadi, hingga ia berbicara lembut dengan Dimas.

Dimas yang terus memperhatikan Adit mulai bertingkah seolah tidak terjadi apa-apa. Terlebih ia begitu tidak bisa mengontrol diri sendiri, karena suara Adit yang begitu lembut dengannya.

"Gak ada."

Adit mengerutkan keningnya, ia tidak mendengar apa yang di ucapkan Dimas. Suaranya begitu kecil, seolah ia sedang berbicara dalam hati, padahal Dimas berada di samping Adit.

"Apa tadi? Coba ulangi?"

Dimas mengalihkan pembicaraan dengan memakan hasil masakannya tanpa peduli dengan perkataan Adit.
Ia hanya menggeleng sebagai jawaban.

Walau merasa aneh, Adit mengabaikan kejadian tersebut, melanjutkan memakan makanan hingga habis tak bersisa.

"Mas lu pandai masak ya, aku aja hanya pandai masak mie." Puji Adit kepada Dimas, sedangkan yang di puji merasa senang, pipinya memerah tanda dia salting akan pujian Adit.

Seumur hidupnya, baru kali ini ada yang mau memakan masakannya. Bahkan nginap bareng seperti seorang teman. Dimas tidak tahu teman itu bagaimana?
Tapi ini begitu menyenangkan.

Selesai makan tentunya meja tersebut di bersihkan. Sebagai tamu, Adit ikut membantu Dimas membersihkan meja makan, hingga mencuci piring bekas makan mereka.

Melihat Adit yang membantunya, membuat hati Dimas makin berbunga-bunga, ini adalah pengalaman pertama yang tidak pernah ia rasakan.

Sepertinya Dimas telah terpikat, alias jatuh cinta dengan makhluk yang tidak tahu akan jalan pikirannya ini.

Selalu ada saja hal random yang akan di lakukannya, walau begitu_ Adit terkadang juga terlihat tampan di saat bersamaan.

Dimas tidak tahu dari mana rasa ini berasal, ia mulai menjadi tidak normal ketika bersama dengannya.

"Empuk juga ni kasur." Adit berbaring di kasur tanpa mempedulikan Dimas yang juga ingin baring.

"Dit, geseran dikit ngapa? Gua juga mau baring, lagian besok kan sekolah. Kalau telat gimana?"

Adit menuruti perkataan Dimas, ia mulai memposisikan tubuhnya, agar  Dimas bisa tidur di sampingnya.

"Ini baju lu kan? Pas di badan gua."

Dimas mengangguk.

"Untuk gua ya?" Adit menaik turunkan Alisnya, mencoba menyakinkan Dimas.

"Ih gak lah, harus di balikin._pokoknya di cuci dulu nanti kasih lagi ke gua."

Adit terkekeh atas perkataan Dimas yang begitu mengemaskan. Dimas yang mendengar tawa Adit malah kesal sendiri, ia serasa di permainkan.

"Ya kan minjam, kalau minjam harus di balikin Dit." Dimas geram sendiri dengan Adit yang semakin kencang tertawa, entah apa yang lucu.

"Udah, udah. Tidur, besok sekolah entar telat lagi." Adit menghentikan tawanya, bersiap tidur.

"Ya, tapi kan lu Luan." Dimas masih tidak terima dengan hal tadi.

Merasa perdebatan ini tidak kunjung juga selesai, Adit langsung memeluk badan Dimas.

"Tidur, atau gua cium."

Dimas terdiam, suara Adit berada tepat di telinganya. Entah ia sedang bercanda atau tidak tapi Perkataan itu bisa membuat Dimas memutuskan untuk tidur.

"Jangan terlalu imut banget Mas, nanti lu kenapa-kenapa gua yang di salahkan." Mata Adit perlahan tertutup, ia sudah berada di alam mimpi, dengan keadaan masih memeluk Dimas seperti bantal guling.

Dimas mencoba melepaskan pelukan itu, yang entah bagaimana caranya ia malah semakin dekat dengan Adit, sehingga terdengar jelas suara dengkuran Adit.

Dimas membalikkan badan, pemandangan indah berada di depannya. Wajah tampan Adit bisa dilihat sepuas hati Dimas, seolah dari awal memang miliknya.

"Sepertinya aku menyukainya." Batin Dimas, mulai mengikuti Adit di alam mimpi.

Gak nyangka banget, ada yang baca ini cerita.
Moga betah ya! baca ceritaku.
Walau ceritanya bagaikan sinetron, apalagi adegan ehem🤭 belum terlihat.
Intinya mereka jatuh cinta dulu, baru nanti adegan tercinta terbuat.

Selamat membaca🤗

Vote woi selesai baca

MY Love {Adit × Dimas} (B×B)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang