Bab 30

477 30 4
                                    

Di kediaman rumah Nara.
Ayah dengan wanita lain sudah berada di ruang tamu rumahnya, Nara keheranan siapa orang itu?
Tapi setelah semakin mendekat ternyata......

"Loh Bunda Adit?"
Nara menunjuk wanita yang berada di samping Papanya.

"Nara." Sama seperti Nara, Bunda Adit juga menunjuk Nara. Mereka berdua sama-sama keheranan dengan kehadiran yang tidak terduga.

"Kalian sudah saling mengenal?" Papa bertanya, dengan melirik wanita ini. Sedangkan Mama Nara hanya memantau, dirinya sebenarnya tidak tahu mengenai masalah ini.

"Iya Pa, Nara kenal betul dengan Bunda Adit." Nara duduk di samping Mamanya.

Sebagai persetujuan Bunda Adit mengangguk atas perkataan Nara barusan.

"Memangnya dia kenapa Pa?" Kali ini Mama Nara yang berbicara, dari tadi, ia tidak mengerti akan situasi ini.

"Baiklah, Memang pertemuan ini dilakukan secara mendadak. Tapi Papa ingin mengungkap kebenaran."
Mama dan Nara menyimak,apa yang hendak di bicarakan oleh Papa.

Papa pun mulai menceritakan tentang dirinya yang menyukai Bunda Adit, perjalanan pernikahan mereka, serta perpisahan mereka yang begitu Tragis hanya karena kurangnya komunikasi dan kepercayaan dalam sebuah hubungan.

Mendengar cerita Papa dari awal sampai akhir, sebenarnya Mama Nara mengerti konteks awal mengapa ini di ceritakan.

"Tenang saja Pa, Mama mengerti kok."
Nara menambahkan perkataan Mamanya.

"Tenang aja Pa, gak usah khawatir. Kami Nerima Bunda Adit kok sebagai bagian keluarga kita. Yang berarti Nara memiliki Abang."
Nara tersenyum, Mama juga tersenyum mencoba menyakinkan suaminya bahwa dirinya baik-baik saja.

Bunda Adit yang di perlakukan sebaik ini merasa terharu, ia memeluk Mama Nara dengan mengucapkan terima kasih.

"Gak usah khawatir jeng, kita sama-sama seorang ibu. Cuman kamu lebih kuat dari pada aku. Kalau misalnya aku jadi kamu gak bakal bisa bertahan sih, harus mengurus anak sendirian, berperan sebagai Ibu sekaligus Ayah untuk anak-anak."

Tanpa terasa butiran air bening, membasahi pipi Bunda Adit yang bernama Marni ini.

Ia benar-benar merasa beruntung berada di keluarga ini, Nara juga memeluk Marni dengan sang Mama, Untuk memeriahkan suasana.

Papa melihatnya tersenyum ia berjanji untuk tidak melakukan kesalahan yang sama lagi.

Di sisi Adit dan Dimas.
Seperti biasa selesai pembelajaran waktunya untuk pulang, tetapi ada yang aneh.

Adit yang biasanya berjalan begitu cepat, sehingga selalu Adit yang duluan jalan menuju ke parkiran, sekarang malah berjalan dengan lambat.

Walau begitu Dimas tidak menghiraukannya, ia masih berjalan dengan santai. Karena pemikirannya begini, lagi jadi diri sendiri, yaitu bersikap aneh.

Suasana begitu ramai akan anak-anak yang hendak akan pulang, terutama mereka berdua, karena saat ini tidak ada lagi yang akan di urus oleh ketua OSIS ini.

"Dimas." Panggil Adit. Dimas berdehem dengan menaikkan dagunya tanpa menoleh kebelakang.

"Kalau ada yang bicara itu, di lihat wajahnya."

Dengan pasrah, Dimas menoleh kebelakang. Dan tiba-tiba di hadapan banyak orang, Adit mencium secara paksa Dimas.

Dimas mencoba memberontak karena reputasinya bisa hancur jika ada yang tahu masalah hubungan mereka ini, tetapi seberusaha apapun Dimas memberontak ia tidak bisa mengalahkan kekuatan Adit yang begitu lebih dominan dari pada dirinya.

MY Love {Adit × Dimas} (B×B)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang