Bab 18

458 40 10
                                    

"keluar gak?" Pekik Dimas, berusaha mendorong Adit keluar dari kamarnya.

Tapi entah kenapa, tenaga Adit lebih kuat ketimbang dirinya.

"Capek tahu, datang kesini. Minimal kasih minuman kek, malah di usir."

Dimas memanyunkan bibirnya kesal, tapi ia menuruti perkataan Adit.

Segera Dimas menuju dapur menyiapkan minuman yang hendak diberikan kepada Adit.

"Ini."

Minuman buatan Dimas langsung di minum Adit hingga habis, lantas meletakkannya di atas meja di sebelah kasur Dimas.

"Gak keracunan kan? Tadi bisa loh, buatkan Teh."

Dimas heran dengan perkataan Adit. Keracunan apa yang dimaksud.

"Aku gak keracunan kok?"

Mereka berdua terdiam. Dimas baru menyadari, bahwa inilah cara ketiga
Perempuan tadi membohongi Adit, agar mau kerumahnya.

"Aaa, itu-"

"Kalau gak keracunan berarti gua pulang dulu ya, udah gak ada lagi urusan kita."

Perkataan Dimas terpotong dengan ucapan Adit, ia segera meninggalkan kamar untuk dapat pulang kerumahnya.

Secara reflek, Dimas menahan Adit yang hendak pergi, dengan memegang kerah lengan bajunya.
Adit menoleh, melihat Dimas dengan wajah yang sangat gugup.

"Eh, itu." Dimas bingung, ia benar-benar payah dalam hal ini. Dengan sabar, Adit menunggu lanjutan dari perkataan Dimas, ia tidak ingin ada kenapa-kenapa dengan Dimas. Kerena ada kemungkinan dia yang akan disalahkan.

"Nginap dirumah gua aja. Gua sendiri di rumah, ...kawanin." Wajah Dimas sudah full merah, dari ujung rambut hingga ke kaki. Rasanya begitu menegangkan seperti ketahuan, maling rambutan tetangga.

Dimas terus-terusan saja menunduk, ia tidak berani bertatap muka, dengan Adit.

"Maksudnya gua nginap gitu?" Adit bertanya lagi kerena suara Dimas yang begitu kecil ketika hendak bilang 'kawanin'.

Dimas mengangguk. Adit meraih dagu Dimas mengangkatnya. Dapat terlihat seluruh wajah Dimas memerah hingga ke kupingnya.

Adit tidak tahu kenapa Dimas memerah.
Apa karena sedang Marah?
Atau sedang salting?
Tetapi ekspresi wajahnya lumayan juga, rasanya ingin segera dilahap.

"Apa sekarang aku gak normal?" batinnya. Sungguh di sayangkan jika wajah ini di perlihatkan sama yang lain, tetapi akan sangat di sayangkan lagi jika tidak di goda.

"Kenapa harus Aku? ...kenapa gak Dewi, Tania dan Nara aja? Mereka kan kawan mu juga."

Niat hati Adit berkata begitu hanya sekedar menggoda Dimas, tetapi respon Dimas sungguh di luar ekspektasinya.

"Lu gila ya!! Mereka perempuan!! Laki-laki sama perempuan gak boleh berduaan!!" Dimas marah, ia menatap Adit dengan wajah yang kesal sehabis memerah.

Adit sungguh tidak menyangka ternyata Dimas bisa seimut ini?

"Maaf Mas, lu lucu sih. Gak tahan gua."

Setelah berkata begitu, Dimas heran. Ketika ingin Bertanya lebih lanjut, Adit meraih dagu Dimas lalu menyatukan bibirnya dengan bibir Dimas.

Hanya sebuah kecupan ringan, karena Dimas yang begitu imut. Tapi itu sangat membuat Dimas shock berat, wajahnya kembali memerah.

Adit yang melihatnya sangat puas, ia terkekeh melihat setiap ekspresi yang di keluarkan oleh Dimas.

Sedangkan Dimas yang memerah mukanya, Makin double 3× merah dengan melihat wajah bahagia Adit.

Sangat romantis bukan?
Dibalik keromantisan pasangan ini, ada Trio yang menjodohkan mereka sedang kebingungan.

"Ini serius? Kita di diginiin." Tanya Dewi, kepada kedua temannya.

"Sudahlah yang penting mereka bahagia." Ucap Nara, ia duduk di sofa ruangan tamu.

"Yang penting Mami dan Papi kita bahagia" kata Tania yang langsung di di anggukkin oleh mereka berdua, sebagai jawaban iya.

"Jadi rencana kita seminggu itu, gunanya apa?" Kali ini Dewi bertanya, karena sesungguhnya mereka sudah membuat rencana selama seminggu.

"Oh itu."

"Biasalah biar ada kata penghias aja oleh autornya. Padahal kita aja mikir kagak."

Ucapan Nara terpotong, oleh ucapan Tania yang nyerocos bagaikan rel kereta api. Lancar jaya~

Vote woi, selesai baca

MY Love {Adit × Dimas} (B×B)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang