Bab 13

476 35 3
                                    

"Terima kasih Nara, Tania. Berkat kalian aku dan pacarku bisa memiliki anak, dengan begini kami bisa menikah karena mendapat keturunan." Pelanggan VIP  memberikan sebuah gambar di hadapan mereka.

"Selamat pak, jika ada apa-apa lagi kesini aja. Tenang, selagi bapak mau mengikuti arahan kami semua akan selamat." Nara menerima gambar tersebut, tersenyum dengan kabar gembira ini.

Sedangkan Tania mengambil gambar itu dari tangan Nara, menyimpan gambarnya di ponselnya, lalu mengembalikan lagi ke Nara.

"Iya, kalau kalian ingin melihatnya kabarin aja ya. Saya selalu membukakan pintu untuk kalian." Pelanggan VIP tersenyum manis.

Nara dan Tania membalas senyuman bapak itu. Nara yang memegang gambar itu, mengembalikan lagi ke pemiliknya.

Setelah kepergian pelanggan VIP, Nara melihat hasil gambar yang ada di ponsel Tania.

"Kalau Dewi melihat ini, apa gak kejang-kejang dia." Nara duduk di salah satu kursi yang ada di sekitarnya.

"Eh, Dewi siapa?" Tanya Tania ikut duduk di sebelah Nara.

"Itu, kawan sekelas ku. dia juga sama kayak kita, bedanya dia gak bereksperimen aja." Nara mengangkat bahunya.

"Ohh kirain dia mau ikutan kayak kita." Tania menatap Nara.

"Kenapa menatap gitu?" Nara mengerutkan keningnya, bingung.

Tania menghela nafasnya pelan.
"Gak ada, aku cuman kepikiran aja. Gimana kalau kita menculiknya, biar nanti pas dah bagian mantap-mantap langsung punya anak." Ucap Tania tanpa beban.

"Gak ada beban ye!! ngomongnya, entar kita yang di marahi semenya baru tahu rasa." Nara kesel sendiri dengan tingkah temannya ini.

"Ya habis, kelamaan tahu nunggu bucinnya. Keburu tua aku nih." Tania membalikkan badannya ngambek.

"Lah iya juga sih, kelamaan. Tapi manis kan?" Nara menaik turunkan alisnya.

"Manis sih, manis. Tapi aku butuh ponakan darinya juga." Celetuk Tania, membalikkan badannya ke arah Nara.

"Ya sabar aja." Nara menaikkan bahunya, beranjak pergi meninggalkan Tania.

"Cih, nyebelin." Gumam Tania.

Pintu terbuka, Tania yang berada di dalam melihat saja pintu itu perlahan terbuka, ia mengira itu adalah Nara.

Tapi dugaan itu salah, bukan Nara melainkan Abangnya.

"Oh Tania, mana nona Nara?" Tanya kakaknya.

"Barusan pergi." Jawab Tania

"Kok Abang gak lihat sih?"

"Ye elah, bilang aja mau ngapain ketemu adik ha?" Nyolot Tania.

Tania tahu Abangnya ini gak suka  basa-basi, jika dia basa-basi berarti ada yang ingin di bicarakan.

"Eh tahu aja, jadi gini Tania. Abang hamil, kata  pacar Abang mau nikahi Abang seminggu lagi, Adek datang ya!!" Abang Tania tersenyum manis.

Tania terdiam. Walau dia sudah biasa melakukan hal ini, baginya ini berita yang mengagetkan.

"Kak serius!! Hamil!! Kok bisa?" Tanya Tania dengan wajah Shock.

"Kenapa shock gitu? biasa aja kali. Kan Abang datang kesini sama pacar Abang waktu itu, buat bisa punya rahim kan?"

"Iya sih, tapi Bang ...Apa gak masalah? ...Gimana dengan orang tua kita saat mendengar fakta ini?" Tania tidak menduga hal ini.

"Tenang aja, gak masalah Kok, mereka malah nyuruh pacar Abang tanggung jawab."
Balas Abangnya santai.

"Memangnya siapa pacar Abang?"

"Itu-"

Belum selesai Abangnya bicara, terdengar suara pria diluar sana.

"Sayang~ Kamu dimana?" Pekiknya.

Mendengar suara pria itu Abang Tania menjawab.

"Disini, ruang laboratorium."

Pria itu berlari ke sumber suara, menemukan Abang Tania, langsung memeluknya, serta mengusap lembut perutnya.

"Di tinggal bentar, malah ngilang. Kalau bayinya kenapa-kenapa gimana?" Tanya Pria itu dengan lembut.

"Jadi kamu peduli sama bayinya, ketimbang aku."

Pria ini sudah salah langkah, dengan seseorang yang sedang mengandung.

"Bu-bukan begitu sayang~ aku khawatir kamu juga kok." Pria itu panik, dirinya malah masuk ke lubang buatannya sendiri.

"Auk ah." Abang Tania melepaskan pelukan, serta elusan di perutnya, meninggalkan Pria itu.

"Eh, sayang~ aku minta maaf." Pekiknya mengejar Abang Tania.

Sedangkan Tania kebingungan, ia benar-benar tidak ingat kapan, dan sejak kapan, Abangnya belok.

MY Love {Adit × Dimas} (B×B)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang