"Aku masih sangat mencintaimu Freen"
"Cinta apa yang kamu maksud? Kamu pergi dan berpisah dengan dalih pengorbanan? Cinta dalam artian apa yang kamu katakan itu Marissa?" Kataku marah hingga mendorongnya tersungkur ke lantai.
Dia berdiri mendekat dan berkata. "Sekarang aku kembali setelah hampir 10 tahun, akhirnya aku mendapatkan kesempatan ini Freen. Justru aku yang tidak percaya bahwa kamulah yang melupakan aku terlebih dahulu"
"Kamu tahu aku pernah terluka karena sebuah penghianatan dan dengan beraninya kamu memberikan luka yang sama kepadaku Marissa, lalu dengan alasan apa untuk aku tidak melupakanmu"
"Apa kamu lupa dengan bunga kita, apakah kamu lupa dengan janji kita sayang" Katanya melembut dan menunjukan setangkai tulip ungu kepadaku. "Aku tidak lagi mengenalmu Freen, kemana Freen ku yang lembut, kemana Freen ku yang sangat aku cintai? Kembalilah sayang, sungguh aku tidak menyukai Freen yang ini" lanjutnya.
Aku semakin marah karenanya.
"Bagian mana yang tidak kamu sukai, kamu tahu betul itu tidak akan mudah diperbaiki. Penerimaan mu hanya sekedar kata bagiku, menciptakan khayal yang indah" Emosiku memuncak melupakan keberadaan kami yang masih di kamar Awan. "Khayal, itu hanya sekedar khayalan Marissa... Apakah itu salahku kerena memiliki lubang di tengah kelopaknya. Tidakkah kau melihat ulat yang merayap diantara daun dan tangkai" Kataku mendekat dan mencengkram pundaknya dengan kuat dan berkata dengan rahang yang semakin mengeras. "Tidak mudah menjadi bunga yang hampir mati, di terpa angin pun aku siap menjatuhkan diri"
"Itu bukan sekedar khayalan itu kenyataannya, hanya saja kita butuh sedikit tekanan di masa lalu untuk memperkuat ikatan kita saat ini dan seterusnya"
"Hentikan omong kosong mu dan tolong pergilah dari sini"
"Tidak, selamanya aku akan selalu bersamamu"
"Kamu gila Marissa, tidak ada lagi tempat untukmu dan selamanya tidak akan pernah ada" Tegas ku padanya.
"Freen aku hanya meminta sedikit ruang darimu, aku tidak akan mengusir siapapun dari hidupmu, hanya saja aku mohon tambahkan aku dalam ceritamu"
Tidak akan pernah ada tempat untuk siapapun, semua ruang sudah diisi penuh oleh Becky istriku.
Dia gila!
Aku pergi meninggalkannya untuk mencari Becky tanpa menghiraukannya. Apa peduliku biarkan saja dia.
"Freen...."
Teriakan Becky terdengar 1000 kali lebih keras dari biasanya..
"Freennnnn" Teriaknya lagi.
Aku yang khawatir berlari sekuat tenaga, melangkah selebar yang aku bisa dan setelah sampai dihadapan Becky aku melihatnya persis berada di depan pintu keluar dengan Marissa yang tak sadarkan diri dalam pelukan istriku.
"Sayang tolong bawa dia ke kamar tamu, aku tidak tahu apa yang terjadi kepadanya, sebelumnya dia berpamitan untuk pulang katanya ada hal lain yang harus dia selesaikan sekarang juga tapi tiba-tiba dia pingsan dan beruntungnya aku bisa menangkapnya tepat waktu" Jelasnya tanpa aku bertanya terlebih dahulu.
Tidak ada kata yang keluar dariku tidak ada pula raut kepanikan yang aku tunjukan tapi aku melakukan apa yang Becky perintahkan kepadaku.
"Apa yang terjadi padanya sayang?" Kataku setelah menidurkannya di kamar tamu.
"Aku tidak tahu, tapi dia terlihat sangat pucat. Biarkan aku memeriksanya" Katanya penuh dengan kekhawatiran.
Cukup untuk hari ini, aku lelah dengan drama yang dilakukan wanita itu, aku pergi begitu saja meninggalkan Becky dengan segala beban yang menumpuk di pundakku.
"Kamu belum tidur sayang" Kata Becky setelah dia masuk ke kamar kami.
"Belum aku menunggumu. Kamu terlalu sibuk dengan orang lain"
Aku menoleh kepadanya menunjukan ketidaksukaan ku karena dia sudah terlalu lama meninggalkanku.
"Oh maaf cintaku, Marissa pingsan mungkin dia kelelahan dan aku tidak bisa meninggalkan nya, sebelum dia sadarkan diri" Katanya dengan memelukku erat.
"Kamu terlalu baik untuk orang asing sayang"
"Dia bukan orang asing, aku mengenalnya bahkan aku yang mengundangnya kemari, jadi sudah tugasku untuk memperlakukannya sebaik mungkin"
"Tapi kamu melupakan tugasmu kepadaku" Keluh ku tak terima dengan apa yang dia katakan.
"Jangan marah Freenky, lebih baik kita tidur sekarang, aku akan memelukmu sepanjang malam"
"Freen ..Freen Mamaaa"
"Oh benarkah tapi kamu terlihat seperti Freenky bagiku" Ucap Becky mencubit pipiku gemas.
"Hentikan Mama pipiku sakit" Aku mulai merengek persis seperti Awan.
"Ayo tidur aku akan memelukmu" Dia membuatku berbaring di tengah-tengah ranjang kami dengan Becky yang menelusup masuk ke dalam pelukanku.
"Sekarang siapa yang memeluk siapa" Kataku dengan ringan.
"Kita saling memeluk sayang. Ayo diam dan pejamkan matamu sekarang juga" Perintahnya dengan sedikit terkikik.
Malam semakin larut, aku terbangun dan tidak mendapati Becky di sisiku, mungkin dia pergi ke dapur untuk mengambil minum, aku yang juga merasakan haus beranjak dari tempat tidurku dan pergi menyusulnya secepat mungkin.
Setelah sampai aku melihat dia yang sedang meneguk air minumnya dengan santai masih menghadap lemari pendingin yang sedikit terbuka, rasanya tumben sekali dia meminum air dingin dimalam hari, tapi biarkan saja aku terlalu terkesima dengan baju tidurnya yang berwarna merah muda itu, itu benar-benar mengusik ketenangan ku sekarang.
Aku mendekat memeluknya, menyandarkan kepalaku pada bahu seksinya dengan memejamkan mata, tak ada sedikitpun niatku untuk menatapnya langsung. Sungguh jika itu aku lakukan aku tidak yakin untuk tidak memakannya sekarang juga.
Aku mencium bahunya perlahan menelusuri setiap inci kulit halusnya hingga ciumanku berakhir di leher jenjangnya.
"Sayang" Kataku tanpa membuka mata.
Tidak ada jawaban yang aku dapatkan darinya tapi dia menuntun kedua tanganku ke payudaranya. Dan lagi, aku tidak ingin membuka mataku, karena sungguh ini adalah sesuatu yang aku inginkan sejak lama dan tentunya ini memberikan sensasi yang luar biasa bagiku.
Aku meremas kedua payudaranya dengan kuat, tidak ada desahan yang aku dengar darinya tapi dia mencengkram pinggangku dengan tak kalah kuatnya, mungkin dia sengaja menahan desahannya untuk menggodaku.
Aku semakin terbakar karenanya tidak hanya remasan ku yang semakin kuat tapi ciumanku pada lehernya berganti dengan hisapan-hisapan yang tak terkendali tapi tidak juga menyakitinya.
Dia menutup mataku dengan satu tangannya, itu benar-benar tertutup sehingga aku tidak bisa mengintip barang sedikit pun.
"Sayang kau menggodaku" Kataku dengan Hasrat yang memuncak.
Di membalikan badannya dengan tangannya yang masih menutupi mataku, hingga ciuman kasar aku dapatkan darinya, aku membara ternyata tidak hanya aku saja Becky pun merasakan hal yang sama sepertiku. Ya, sama-sama terbakar.
Tangan yang satunya lagi tidak dibiarkannya diam, dia sibuk menelusuri setiap bagian dari tubuhku, dari mengusap dadaku, perutku hingga turun dan turun untuk membelai pahaku dengan perlahan. Sungguh aku bisa membayangkan betapa seksinya gerakan istriku saat ini.
Aku yang tidak ingin kalah darinya kembali meremas payudaranya, namun berbeda, kali ini remasan ku lembut dan perlahan menciptakan slow motion yang sempurna untuk percintaan kami saat ini.
"Ahhh"
"Freen....."
Teriakan itu terdengar bersamaan dengan desahan yang aku dengar dari wanita yang berada di pelukanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendilion (FreenBecky)
RomanceBagian yang seharusnya tergenggam erat dan penyempurna kisah bahagia, tapi sayangnya cinta tak selalu berakhir bersama, kadang kala melepaskan adalah solusi terbaik untuk sesuatu yang sulit digenggam.