39

240 38 17
                                    

Hari-hari berlalu setelah hari pernikahan kedua ku, dan setelah hari itu aku seringkali menghabiskan waktu di perusahaan entah itu bekerja ataupun hanya untuk melamun sepanjang malam.

Perlakuan yang sering aku lakukan kepada Becky kini aku lakukan kepada Rose bukan karena ingin melakukannya tapi aku suka setiap kali melihat penyesalan dari mata indah Becky.

"Papa" Sapa Awan yang telah duduk manis di meja makan bersama ibunya juga Rose.

"Hai sayang... Ingin ikut Papa?" Tanyaku dengan mengusap kepalanya juga ciuman lembut di keningnya.

Setelah itu aku menghampiri Rose dan memberikan sehelai dasi untuk membantu memasangkannya.

Rose berdiri dari duduknya menghadap ku dan memasangkan dasi itu dengan telaten.

"Aku ingin ikut, dan Papa aku juga ingin memiliki itu" Tunjuk Awan pada dasi yang sedang Rose pasangkan.

"Jika kamu menginginkannya kamu juga bisa mendapatkannya sayang" Kataku dengan menatap Becky dan tanpa mengatakan apapun dia melangkah pergi untuk mengambilkan dasi kupu-kupu milik anaknya itu.

Sementara itu Awan terus menikmati sarapannya sesekali melihatku mungkin karena dia masih heran dengan keberadaan Rose di rumah ini, walaupun aku sudah menjelaskannya tetep saja dia masih terlalu kecil untuk bisa memahaminya dan tidak mudah baginya untuk membiasakan diri dari segala bentuk perubahan.

Becky menyiapkan sepiring makanan di hadapanku, aku memakannya dengan tenang tanpa mengucapakan pujian apapun seperti apa yang biasa aku lakukan padanya.

Semua telah siap, seperti biasa Becky selalu mengikuti ku sampai teras rumah menemaniku dan melihatku sampai aku hilang dari pandangannya.

Dan bisa di tebak hari-hari berikutnya sangat berbeda, tidak hanya Becky aku juga memiliki Rose yang setiap hari mengantarku, merapikan dasiku bahkan sesekali aku membawanya ke kantor bukan untuk memanjakannya tapi sekali lagi aku suka membuat Becky merasa menyesal dan kehilangan. Juga, aku suka melihat bagaimana reaksi Rose ketika melihat adiknya tertekan dan hampir gila karena tekanan dari pekerjaannya.

Tidak akan selamat jika aku menganggu fisik Nutt mengingat bagaimana ayahnya berkuasa tapi ketika aku menganggu mental anak itu atas dasar kewajibannya tidak akan ada yang melihatnya bagaimana perlakuan buruk ku untuk membuatnya menderita.

Beberapa gelas champagne telah habis, menghilangkan kesadaranku hampir 80%, terbiasa hidup bersih dan sehat lalu mencoba hidup dengan sesuatu yang kotor tentu saja itu membuatku mudah tumbang tapi ketika aku masih bisa membuka mataku itu tidak terlalu buruk apalagi dengan ini aku lebih bisa menikmati hidup.

22.47 dan semalam ini seseorang mengetuk ruang kerjaku. Apa mereka gila? Tidak bisakah mereka menungguku hingga hari esok.

"Tidak apa-apa Freen, mungkin sudah saatnya kamu melihat hantu" Kataku pada diri sendiri dengan berjalan tak beraturan untuk membukakan pintu.

Ketika pintu telah terbuka, samar-samar aku melihat Becky berdiri di balik pintu lalu memelukku dengan begitu erat.

"Apa yang kamu lakukan disini Becky? Tanyaku dengan parau juga mata yang setengah terpejam tanpa membalas pelukannya.

"Kamu terlalu mabuk" Balasnya.

Dia benar aku mabuk tapi aku benci ketika dia mengatakan itu langsung di telingaku. Aku mendorongnya, tidak hanya dia yang terhuyung namun aku juga, rasanya sulit sekali untuk menjaga keseimbangan ku sendiri.

Becky membantu ku untuk duduk dengan nyaman di sofa yang jauh lebih besar dari sofa yang berada di ruangan ku sebelumnya ketika aku harus berbagi ruangan dengan Jorin.

Dengan sangat lembut Becky mengusap kepalaku lalu membuka dua kancing atas kemejaku ketika dia tahu bahwa aku tidak merasa nyaman dengan itu.

"Aku sangat merindukanmu sayang" Ucapku dengan pandangan yang buram.

Setelah mengatakan itu aku memberinya ciuman lembut dibibir ciuman yang bahkan tidak pernah aku lakukan setelah pesta ulang tahunnya, tapi kali ini berbeda aku benar-benar ingin menunjukan semuanya seperti bagaimana aku menunjukannya di awal.

Hingga tanganku bergerilya tidak bisa membiarkan apa yang aku lihat. Wajahnya, bibirnya semua menggoda bahkan lekuk tubuhnya tidak berubah walaupun sekarang terlihat sedikit lebih kurus dari biasanya.

"Sayang bisakah malam ini kita menghabiskan waktu bersama? Aku menginginkanmu!"

Tanpa aba-aba Becky mendorongku membuatku bersandar di sandaran sofa, melucuti apapun yang menghalangi tubuhku, aku tidak yakin bagaimana caraku untuk membalasnya sedangkan tenagaku terasa hilang bahkan ketika aku hanya menatap wajahnya.

Becky memegang penisku, mengurutnya dengan pelan membuatku mengerang tak tertahankan, Mata yang semakin berat membuatku sulit untuk melihat bagaimana tangan-tangan itu memanjakan bagian tubuhku yang paling sensitif.

Dengan mata yang setengah terpejam aku melihat Becky yang membuka setiap kain yang melekat pada tubuhnya membuatku semakin panas dan terbakar, apa lagi bayang-bayang Becky yang meniduri Nutt tidak sama sekali terlintas di kepalaku, itu membuatku semakin terbakar dan membakar.

"Duduklah sayang" Ucapku dengan menempuk pahaku agar dia mendudukkan dirinya di pangkuanku

"Yeahhhh..." Desahnya ketika aku menelusuri setiap bagian tubuhnya yang halus. Juga, ciuman lembut yang aku daratkan di antara kedua payudaranya.

"Malam ini kamu sangat panas sayang" Kataku lagi ketika dia memulai menggesekkan vaginanya pada penisku.

Saling mengeratkan pelukan dengan tangan yang tidak berhenti untuk saling mengusap membuatku hampir meledak hanya karena gesekannya.

Aku membalik posisi kami, hingga aku berada tepat diatasnya mencari jalan dimana aku bisa memasukinya. Tekanan-tekanan kecil aku berikan sebagai awal menuju ledakan besar. Malam ini aku tidak ingin menyakitinya, bercinta dengan ribuan umpatan tidak membuatku untuk merasakan apa yang biasa aku rasakan ketika aku pendapatan klimaks darinya.

"Ahhh...Freennn...." Desahnya lagi dengan menjambak rambutku kuat ketika aku berhasil melesakkan apa yang aku miliki pada pintu masuknya.

Aku hampir tidak memiliki tenaga ketika aku mendengar desahannya, itu sangat pelan namun juga sangat memanjakan indra pendengaranku.

"Kamu baik sekali malam ini, tidak ada isak kan yang aku dengar darimu" Aku mulai menghunjamnya lebih dalam lagi rasanya aku mengambil kembali sesuatu yang telah lama jatuh dari genggamanku. "Ahh... Kenapa sangat sempit sayang?" Tanyaku lagi ketika penisku di remas dengan kuat olehnya.

Tekanan semakin dalam dan tak terkendali ketika aku dekat dengan kepuasanku, mataku terpejam, sangat sulit bagiku hanya untuk membuka mata menikmati setiap ekspresi seksi yang saat ini Becky tunjukan kepadaku.

Becky mulai menegang dengan tangan yang semakin kuat mencengkram punggungku memberikan sensasi luar biasa pada diriku.

"Ahh..." Erangannya mengiringi pelepasan kami.

Aku ambruk di atasnya dengan nafas tersengal, aku pikir aku akan mati saat ini juga.

Becky ku sangat baik malam ini tidak ada isakan, umpatan dan kata-kata menjengkelkan lainnya yang membuatku marah ketika kami bercinta. Dia sangat baik dan penurut tahu bagaimana caranya memperlakukan dan memanjakan ku.

"Terima kasih sayang" Katanya sebelum aku tak sadarkan diri di atasnya.








Dendilion (FreenBecky)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang