Setelah sekian kali berkeliling akhirnya aku menemukan Awan dia terduduk di tanah dengan mengukir gambar abstrak di air yang sedikit menggenang, tidak langsung menemuinya aku memperhatikan bagaimana anak itu menikmati tetesan hujan yang menyembunyikan bulir airmata di pipinya.
"Apa yang kamu lakukan sayang"
Awan mendongak menatapku sekilas sebelum kembali menundukkan kepalanya dan melanjutkan pekerjaannya sebelumnya.
"Baiklah kalau begitu, ayo bermain hujan bersama, rasanya Papa juga sudah sangat lama tidak bermain hujan. Papa bosan jika harus bekerja, bekerja dan bekerja saja" Kataku dengan semangat ikut duduk bersamanya dan melakukan hal yang sama.
"..."
"Kenapa harus melukis di atas air?" Namun anak itu masih mengabaikan ku. "Bagaimana kalau kita membuat perahu dari daun itu!" Tunjuk ku pada bunga calathea.
"Apa yang kalian lakukan?" Tegur Rose yang tiba-tiba datang dan memayungi kami berdua.
Secepat kilat Awan beranjak dari duduknya dan memeluk paha Rose dengan erat. Ia berjongkok mensejajarkan dirinya dengan Awan dia mengusap kedua pipi Awan dan merapihkan rambutnya tanpa melepaskan payung di tangan kirinya.
"Apa yang kamu lakukan sayang, kamu akan sakit jika seperti ini?"
Awan tidak menjawab apapun, anak itu malah merentangkan tangannya selebar yang dia bisa, dengan senyum teduhnya Rose memberikan apa yang Awan inginkan, dia memeluk Awan membawanya ke dalam pelukan hangatnya itu.
"Tidak apa-apa sesekali kamu harus marah ketika kamu merasa kecewa. Tapi sayang, jangan pernah melakukan sesuatu yang bisa merugikan diri kamu sendiri"
"Merugikan diri sendiri?" Tanya Awan bingung, dia menatap Rose yang mengusap lembut kepalanya dan mulai tertarik dengan sesuatu.
"Ayo berteduh dan aku akan memberitahumu sesuatu"
Awan menganggukkan kepalanya dengan cepat entah dia penasaran dengan sesuatu yang di katakan Rose atau mungkin anak itu sudah mulai tenang dengan perhatian yang selama ini ia inginkan walaupun itu datang bukan dari ibunya sendiri namun dia terlihat sangat menikmatinya.
Tapi lagi-lagi aku tidak bisa menyalahkan Becky, semua terjadi karena aku sendiri, jadi mau bagaimanapun aku harus memperbaiki keadaan dengan menjadikan Becky ratu dan menjadikan dirinya sendiri seperti yang dia inginkan serta Awan yang tidak akan aku biarkan dia kesepian, akan aku penuhi hari-harinya dengan cinta dan pengertian yang melimpah.
"Kanapa hanya diam, ikuti kami Freen"
Rose berbicara tanpa menoleh ke arahku ia terus berjalan dengan Awan di gendongannya.
Kami cukup menjadi perhatian setiap orang yang kami temui, aku tahu betul ini akan menjadi cerita yang berbeda ketika ribuan mulut mulai berbicara, tapi ya sudahlah toh ini sesuatu yang tidak disengaja.
Setelah sampai di ruang kerjanya, Rose membawa Awan ke kamar mandi pribadi miliknya, aku melihat dia membasuh Awan dengan telaten, mengeringkan rambutnya hingga menggantikan pakaian Awan dengan yang baru.
"Apa yang kamu lihat? Cepat ganti bajumu, kamu membuat ruanganku basah Freen" Ucapan Rose membuatku takut, dia tidak pernah semarah ini, lagi pula dimasa salahku, aku hanya mengikuti apa yang dia katakan.
"Tapi Nona..."
"Tapi apa? Saya juga sudah menyiapkan pakaianmu kamu hanya tinggal menggantinya" Perintahnya lagi dengan menunjuk sebuah paper bag di atas sofa besarnya.
"Mami tidak ganti baju? Lihat baju Mami basah juga!" Seru bayiku menyela pembicaraan orang dewasa.
"Tentu saja Mami juga akan melakukannya, tapi sebelum itu biarkan Papa yang terlebih dahulu mengganti bajunya" Balas Rose dengan kembali mengusap rambut Awan. "Lihat nak! Papamu mengotori lantainya" Lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendilion (FreenBecky)
RomansaBagian yang seharusnya tergenggam erat dan penyempurna kisah bahagia, tapi sayangnya cinta tak selalu berakhir bersama, kadang kala melepaskan adalah solusi terbaik untuk sesuatu yang sulit digenggam.