25

324 41 13
                                    

"Kamu bangun Freen"

Suara itu lagi yang pertama kali menyambut kesadaranku, kenapa setelah hampir tiga bulan dia pergi kemudian ia kembali dengan keadaanku yang seperti ini? Sungguh mengenaskan.

"Dimana Jorin?" Kataku setelah benar-benar sadar akan semua hal.

"Sekretaris mu pamit pulang setelah dia membantuku untuk membawa kalian ke kamar ini" Ucapnya menyiapkan bubur hangat dan siap menyuapiku. "Kamu baru bangun jangan terlalu banyak bertanya, lebih baik makanlah bubur ini setelah itu minumlah obatnya"

Melihat di sebelah kiriku terbaring lelaki kecil dengan kain lembab yang menempel di dahinya membuat rasa bersalahku semakin besar.

"Jangan khawatirkan dia Freen, keadaanya lebih baik darimu dan lagi, aku juga sudah menyuapinya bubur yang sama denganmu, untuk saat ini dia hanya butuh tidur saja" Katanya walau terkesan dingin namun penuh perhatian. "Jadi makanlah" Lanjutnya.

"..."

"Makan Freen" Paksanya, ketika aku tidak merespon apapun.

"Aku tidak suka bubur" Balasku dengan membuang muka.

Sejujurnya bukan aku tidak suka hanya saja aku merasa dejavu dengan keadaan ini dan membuat hati serta pikiranku terbang ke masa lalu, namun yang sedikit membuat berbeda adalah kehadiran lelaki kecilku.

"Kamu selalu suka dengan apa saja yang aku buat untukmu, jangan mengada-ada cepat makanlah"

"Aku tidak suka apapun yang kamu buat, tolong jangan memaksaku" Kataku lirih.

Marissa meletakan mangkuk bubur itu dengan sedikit keras lalu dengan emosi yang memuncak dia meninju dadaku dan berkata. "Kamu lemah, kamu payah, kamu mudah sakit, kanapa kamu malah sengaja bermain hujan Freen"

Tangisnya memecah kecanggungan kami, tangan yang tidak berhenti meninju itu kian melemah dengan deraian air mata yang mungkin sengaja ia undang.

"Aku tidak suka kamu sakit, aku tidak suka melihatmu seperti ini, apalagi sekarang kamu memiliki Freen kecil, kenapa kamu masih saja kekanak-kanakan" Tinjunya terhenti terganti dengan kepalanya yang bersandar tepat di dada kiriku

Aku diam merasakan bagaimana air mata itu terus menetes di dadaku.

"..."

"Tolong berhentilah membenciku sayang, aku masih Marissa mu yang sama, aku masih bisa kamu andalkan dan akan terus selalu seperti itu"

"Kenapa kembali?" Kataku tanpa berusaha menyingkirkan Marissa yang memelukku. Bukan karena apa tapi aku benar-benar masih sangat lemas bahkan untuk sekedar mengangkat kedua tanganku.

"Aku tidak pernah pergi, aku selalu mengawasi mu, selalu berada di dekatmu hanya saja aku malu jika harus menampakan diriku di depanmu" Jawabnya mengangkat kepalanya untuk bersitatap denganku. "Namun ketika aku melihat mu seperti ini, aku tidak bisa lagi mengabaikan perasaanku. Kamu tahu kekhawatiran ku masih sama, rasa takutku masih sama, semuanya sama sayang"

"Tapi menurutku tidak, sekarang sudah tidak sama lagi, aku sudah memiliki Becky wanita yang sempurna di hidupku" Kataku yakin dan masih mempertahankan tatapan kami, tapi tatapan yang aku isyaratkan berbeda aku tidak suka keadaan ini, aku benci semuanya.

"Lalu dimana wanita sempurna mu itu sekarang?"

"..."

"Apakah wanita yang mendesak mu dan mencoba menyaingi mu yang kau maksud sempurna Freen" Balasnya mencengkram kerah kemejaku. "Wanita yang mementingkan pekerjaannya dari pada suami dan anaknya sendiri? Mana wanita sempurna mu ketika kamu lemah seperti ini?" Lanjutnya bahkan hampir berteriak.

Dendilion (FreenBecky)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang