Bab 4

1K 130 7
                                    

Ali mengembuskan nafasnya, ia sudah cukup pusing dengan pekerjaan di kantornya dan sekarang Aurelia kembali berulah dengan mendatangi kantornya dan memerintahkan Adik sepupunya untuk membelikan makan siang untuknya.

"Suami lo nggak mampu lagi kasih lo makan hah? Mending lo cerai deh!" Umpat Ali yang sontak membuat Aurelia melayangkan buku tebal yang dipegangnya hingga menghantam kepala Ali.

Sontak kedua mata Ali terpejam dan kembali menghembuskan nafasnya. Jika ia tidak pandai mengatur emosi mungkin sebentar lagi Aurelia sudah ia lempar dari atap gedungnya. Untung Ali sangat menyayangi Kakak sepupunya ini jika tidak orang pertama yang akan mencekik Aurelia adalah dirinya.

Sungguh sejak dulu Aurelia ini sangat gemar menganggu dirinya dan sifat pengganggu itu tidak berubah meskipun wanita itu sudah menikah dan memiliki anak.

"Cepetan dong Dek!" Seru Aurelia sebelum beranjak meraih buku yang ia lempar tadi.

"Gue sibuk! Dan stop manggil gue Adek! Gue bukan anak kecil." Ali mengacungkan jari telunjuknya kearah Aurelia yang sudah duduk nyaman di sofa mahal yang ada di ruangan Ali.

"Sampai matipun lo tetap anak kecil di mata gue!" Bantah Aurelia menjulurkan lidahnya kepada Ali. Jika memiliki tang mungkin sudah Ali tarik putus lidah Kakak sepupunya itu.

"Eh Mbak liat-liat mobil di showroom kamu makin banyak aja Dek." Aurelia berceletuk yang sama sekali tidak ditanggapi oleh Ali.

Ali memang menjalankan perusahaan keluarga Chandrawinata namun ia juga memiliki usaha pribadi yaitu showroom mobil. Pamannya menolak pengurus perusahaan keluarga dan memilih menjalani kehidupan bebas seperti keinginannya sehingga mau tidak mau Ayah Ali-lah yang mengambil alih perusahaan dan sekarang perusahaan itu dipimpin oleh Ali semenjak Ayahnya memilih untuk pensiun.

Abraham suami dari Aurelia juga memiliki usaha sendiri jadi mau tidak mau memang Ali yang harus memimpin perusahaan keluarga Chandrawinata.

"Mbak mau dong satu!" Kembali suara cempreng Aurelia terdengar yang diabaikan oleh Ali. Merasa tak ditanggapi Aurelia beranjak dan mendekati Adiknya. "Mbak mau mobil Dek!" Rengeknya yang kembali membuat Ali menghela nafas panjang.

"Kalau mau beli Mbak!" Tanpa sadar Ali jadi ikut memanggil Aurelia dengan panggilan Mbak yang sontak membuat wajah Aurelia sumringah, Adik sepupu kesayangannya ini sangat sulit mengeluarkan panggilan itu dari mulutnya.

"Berhubungan kamu udah manggil aku Mbak jadi hadiahnya adalah satu buah mobil di showroom kamu untuk Mbak! Yey!" Pekik Aurelia sambil bertepuk tangan sementara Ali nyaris menepuk kepala Kakaknya ini.

Aurelia tampak menjerit-jerit heboh sementara Ali lagi-lagi hanya bisa menghela nafasnya. Ali terlihat meraih ponselnya berniat menghubungi Abraham untuk melaporkan istrinya namun tangan Aurelia lebih sigap menarik ponsel milik Adiknya lalu menyembunyikannya.

"Mbak nggak akan kasih ponsel kamu sebelum kamu belikan apa yang Mbak minta tadi!" Ancam Aurelia lalu beranjak kembali menuju sofa. Aurelia langsung mengabarkan berita heboh dirinya yang diberikan mobil secara cuma-cuma oleh Ali di dalam group keluarga mereka.

Hanya Anggia sang Ibu yang memarahi Aurelia karena memoroti Adiknya sementara yang lain termasuk Rahayu Ibu kandung Ali justru mendukung penuh kegilaan Aurelia yang jelas-jelas merugikan anaknya.

Tidak salah bukan jika Ali bertanya sebenarnya yang anak kandung Rahayu itu dia apa Aurelia?

Dengan berat hati Ali beranjak dari kursinya, jika tidak ia turuti maka sampai sore nanti Aurelia akan berada di kantornya dan menganggu pekerjaannya jadi lebih baik ia turuti kemauan perempuan itu supaya ia bisa menjalani harinya yang sudah berat ini dengan tenang.

Duka CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang