Bab 5

1.1K 136 8
                                    


Prilly masih terisak lirih saat Ali menyerahkan botol minuman kepadanya. Prilly mengambilnya tanpa melihat Ali yang begitu fokus menatap gadis disebelahnya. Mereka sudah ada di dalam mobil Ali sekarang ini.

Prilly berusaha membuka tutup botol mineral yang Ali berikan namun karena sedang menangis gadis itu menjadi tidak fokus dan kesulitan membukanya. Ali meraih botol mineral itu lagi lalu membuka tutup kemasannya dan menyerahkannya kembali pada Prilly.

Tanpa mengatakan apapun Prilly langsung meneguk air itu langsung dari tangan Ali. Ali jelas terkejut namun ia biarkan saja gadis ini melakukan apapun keinginannya, tangan Ali bergerak mempermudah Prilly meminum air mineral dari botol yang ia pegang. Prilly menjauhkan kepalanya setelah meneguk air mineral yang ada ditangan Ali.

"Sudah lebih baik?" Tanya Ali yang dijawab anggukan kepala oleh Prilly. Ali menutup kembali botol minumannya lalu menaruhnya ditempat tadi ia ambil. Minuman itu miliknya dan ia tidak keberatan jika Prilly yang meminumnya.

Tanpa sadar Ali telah mengizinkan Prilly berbagi 'ciuman' dengannya.

"Kenapa nangis?" Tanya Ali setelah tangisan Prilly mereda. Dengan wajah sembab Prilly menoleh menatap Ali lalu bibirnya kembali mencibir bersiap untuk menumpahkan kembali air matanya. "Jangan nangis nanti mata kamu meledak." Canda Ali sambil menyeka air mata di wajah gadis didepannya ini.

Interaksi mereka terjalin begitu saja tanpa dibuat-buat.

"Mas."

"Ya?"

"Jawab jujur!"

"Heum?"

Prilly menarik ingusnya sebelum kembali bersuara sementara Ali terlihat geli sendiri. Gadis ini kenapa menggemaskan sekali?

"Apa ada yang salah dengan wajahku?" Kening Ali berkerut tak mengerti maksud pertanyaan Prilly namun pria itu tetap menggelengkan. "Tidak ada."

"Apa aku cantik?" Ali mengangukkan kepalanya. "Kamu cantik." Jawab Ali yang membuat kedua mata Prilly kembali berkaca-kaca dan Ali semakin kebingungan.

"Aku--cantik atas dasar apa? Wajahku atau ini." Dengan diiringi tetesan air matanya Prilly menyentuh payudaranya dengan kedua tangannya. Mata Ali nyaris melompat keluar melihat kekacauan Prilly.

"Kamu ini kenapa? Apa hubungannya cantik dengan dada kamu?!" Ali tidak bermaksud marah hanya saja ia sedang salah tingkah. Bagaimana tidak salah tingkah selama ini ia dan Prilly hanya berkomunikasi karena Raina, meskipun sudah dekat namun interaksi mereka tidak pernah sampai seperti ini.

Prilly menyeka air matanya yang terus mengalir, sungguh ia sudah lama merasakan merasa terbebani dengan bentuk tubuhnya namun ia berusaha untuk terlihat santai dan mencoba menikmatinya tetapi setelah mendengar perkataan Arsen secara terang-terangan melecehkan fisiknya seketika perasaan bodo amat yang selama ini ia bangun runtuh seketika.

"Dia bilang aku dipuji cantik karena dadaku besar!" Pekik Prilly lalu kembali menangis sementara Ali hidung sudah kembang kempis setelah mendengar perkataan Prilly.

Sekuat tenaga pria itu menahan diri untuk tidak melirik bagian besar yang sedang Prilly bicarakan ini. Sialan! Ukurannya memang lumayan besar ternyata.

"Dia siapa yang ngomong begitu?" Ali bertanya dan berusaha fokus pada Prilly dan melirik kearah yang besar itu.

"Rekan kerja aku tadi." Jawab Prilly sambil menyeka air matanya.

"Manusia setengah tembok itu?" Prilly tersedak tawanya saat mendengar perkataan Ali. Ia menoleh menatap Ali lalu terkekeh meksipun air matanya masih mengalir.

Duka CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang