Bab 21

1K 160 21
                                    


Ali kembali ke kediamannya dan melihat kedua orang tuanya serta Aurelia dan Kenzio yang sedang berkumpul di ruang keluarga. Mereka tampak sedang tertawa entah membicarakan apa Ali tidak tahu.

Pria itu melanjutkan langkahnya berniat untuk ke kamarnya langsung. Moodnya sedang tidak bagus sehingga ia terlalu malas untuk berbasa-basi namun sayangnya suara cempreng Kenzio terpaksa membuat Ali menghentikan langkahnya.

"Om Ai mau kemana? Enak aja main kabur-kabur aja. Sini gabung dulu sama kami." Teriak Kenzio yang membuat seluruh atensi keluarga Ali kini tertuju pada laki-laki itu.

Ali berbalik dan menyapa Tante dan Om-nya yang turut hadir atas undangan orang tua Ali. Anggia dan Fahmi tersenyum lembut saat Ali menyalami punggung tangan mereka.

"Kamu terlihat lelah sekali Nak." Kata Anggia penuh perhatian. "Aku baik-baik saja Tante." Jawab Ali dengan senyum kalemnya.

Kenzio sedang nyemil kerupuk yang dia bawa sambil menatap Ali dengan mata bulatnya. "Katanya Om Ai mau ngenalin calon Tante buat Zio. Mana Om Ai?" Tanya Kenzio yang sengaja menyebut namanya supaya terdengar menggemaskan dihadapan Kakek dan Neneknya juga Oma dan Opa kesayangannya.

Padahal biasanya ia kerap bersikap kurang ajar pada Adik sepupu Ibunya itu.

Kenzio menyipitkan matanya menatap Ali dengan penuh perhitungan begitu juga yang lain hingga akhirnya Ali hanya bisa menghela nafasnya. "Aku tidak membawa siapapun untuk malam ini." Ucap Ali yang sontak membuat Rahayu mendesah kecewa. "Tapi kata kamu tadi siang kamu akan membawa calon menantu Mama malam ini." Protes Rahayu yang membuat Ali kembali menghela nafasnya.

"Dia masih butuh waktu." Hanya itu yang bisa Ali jawab untuk saat ini. "Kalau dia sudah siap untuk berkenalan dengan kalian, aku janji akan segera membawanya kemari." Lanjut Ali lagi.

"Om Ai payah banget masa ngerayu cewek aja nggak bisa!" Suara cempreng Kenzio terdengar memecah kesunyian. "Bagaimana kalau Zio duluan yang menikah?" Tiba-tiba bocah itu bertanya pada Ibunya dengan ekspresi polosnya. "Mami udah pengen punya menantu nggak?" Tanyanya lagi pada Aurelia.

Anggia dan Fahmi hanya bisa menghela nafasnya sementara Rahayu dan Fahlevi terkekeh pelan, Kenzio memang selalu bisa membuat suasana kembali hangat.

"Mami potong anumu ya Zio kalau kamu berani membawa Mami menantu sekarang!" Ancam Aurelia memperagakan jari telunjuk dan tengahnya seperti gunting lalu ia arahkan pada selangkangan putranya.

Kenzio relfeks menutup selangkangannya sambil menatap Ibunya ngeri. "Mami agak lain nih!" Katanya lalu berlari meninggalkan Ibunya yang sudah siap memukul kepalanya.

Kenzio berlari menuju meja makan, ia sudah kelaparan sejak tadi namun semua menahannya untuk makan karena Ali belum pulang.

Kini suasana diruang keluarga kembali sepi karena sudah tidak ada Kenzio. Aurelia menatap Adiknya lalu beranjak dan memeluk Ali. "Mbak udah liat berita hari ini. Kamu sabar ya? Ini cara Tuhan nunjukin kebusukan wanita itu supaya kamu tidak salah mengambil langkah." Ucap Aurelia yang diangguki oleh Ali.

Ali membalas pelukan Aurelia dengan tak kalah erat. Sementara para orang tua tersenyum bahagia melihat Aurelia dan Ali dalam mode akur seperti ini.

Masih memeluk Adiknya, Aurelia mendekatkan telinganya pada telinga Ali lalu berbisik pelan meskipun harus berjinjit namun ia tetap melakukannya. "Apa gadis yang kamu maksud malam ini adalah gadis yang sama tempo hari? Wali kelasnya Zio?" Tanya Aurelia begitu detail sehingga mau tidak mau Ali mengangukkan kepalanya. "Benar. Gadis itu yang akan menjadi bagian dari keluarga kita." Jawab Ali dengan volume suara yang cukup kecil.

Aurelia sontak melepaskan pelukannya lalu menatap Adik sepupunya dengan mata terbelalak. "Jangan sampai kamu dan Zio terlihat cinta segi tiga Dek!" Serunya yang relfeks membuat Ali menoyor kening Aurelia hingga membuat wanita itu menjerit tak terima.

Duka CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang