Bab 14

998 162 10
                                    


"Loh kamu kembali ke sini Dek?" Aurelia terkejut bukan main saat mendapati Adiknya sudah berdiri dibelakangnya dengan wajah tenang seperti tidak terjadi apa-apa.

Aurelia dan Kenzio sedang menunggu pesanan makanan mereka datang disalah satu restoran favorit mereka.

"Terus Ibu Prilly kemana?" Tanya Kenzio saat tidak mendapati Prilly dibelakang pamannya. Kenzio terus mencari keberadaan Prilly hingga membuat Ali pusing dan menjitak kepalanya.

Kenzio mengaduh namun tidak berani membalas jitakan pamannya terlebih saat ia menyadari jika ekspresi Ali begitu dingin. Kenzio kembali duduk tenang sementara Aurelia menarik kursi disebelahnya untuk sang Adik.

Tanpa berkata-kata Ali menghempaskan tubuhnya disana. Aurelia dan putranya saling berpandangan namun tidak ada satu orangpun diantara mereka yang berani mengeluarkan suara.

Ali menatap datar kearah meja namun aura yang menguar dari tubuh pria itu cukup mampu membuat orang-orang disekitarnya seperti tercekik. Kenzio bahkan sampai meneguk air mineral miliknya.

Mereka tidak tahu jika saat ini Ali sedang memutar kembali kejadian yang baru saja ia alami beberapa saat yang lalu. Cumbuan dan lumatannya yang begitu panas ternyata tak mampu membuat Prilly membalasnya justru gadis itu tiba-tiba tersadar dan menendang kuat tulang keringnya.

Ali tidak sampai mengaduh namun seketika cumbuan mereka terlepas. Prilly menatap tajam kearahnya dengan mata yang terlihat berkaca-kaca. "Brengsek!" Umpatnya sambil menyeka bibirnya berkali-kali.

Ali hanya diam menatap datar gadis yang menyeka mulutnya itu, seolah-olah cumbuan Ali adalah najis baginya. Ali jelas terluka namun ia biarkan saja Prilly terus menggosok bibirnya hingga bibir tipis itu semakin membengkak.

"Lo beneran brengsek Mas!" Maki Prilly yang berusaha keras menahan air matanya. "Lo bisa nyium gue disaat lo sendiri sadar kalau gue sahabat pacar lo!" Prilly ingin berteriak nyaring namun yang keluar dari mulutnya justru suara berupa rintihan yang menandakan jika dirinya benar-benar terluka dan merasa terhina sekarang.

Tanpa mengatakan apapun lagi, Prilly segera beranjak meninggalkan Ali yang hanya bisa menatap kepergian gadis itu dengan tatapan dalamnya. Ali tahu apa yang ia lakukan salah tapi dia sama sekali tidak merasa menyesal.

Ali menyentuh bibirnya, ia masih bisa merasakan lembut dan kenyalnya bibir Prilly yang masih tersisa disana.

"Dek!"

Kedua mata Ali sontak mengerjap saat Aurelia menyentuh bahunya. "Kenapa?" Tanyanya dengan suara yang terdengar berat dan sangat seksi.

"Kamu mau makan apa?" Ali menatap menu makanan yang diletakkan Aurelia didepannya. "Gue kenyang. Lo balik sama anak lo, gue ada urusan!" Kata Ali lalu beranjak meninggalkan Aurelia dan Kenzio yang menatap kepergian pria itu dengan kening berkerut.

"Kayaknya beneran ada apa-apa deh antara Om kamu sama wali kelas kamu itu." Celetuk Aurelia tanpa mengalihkan pandangannya dari punggung lebar Ali yang menghilang dibalik pintu keluar restoran.

Pria itu entah pergi kemana namun Aurelia yakin Adiknya itu pasti mencari Mario untuk menceritakan kejadian hari ini. Ali dan Mario sudah seperti rahim dan janin, tidak bisa dipisahkan.

"Kayaknya Bu Prilly suka deh sama Om Ai." Suara Kenzio terdengar lesu bahkan putra tunggal Aurelia itu tampak menghela nafas lalu membenturkan kepalanya ke meja hingga membuat Ibunya tersentak kaget.

Aurelia menatap gemas putranya yang terlihat begitu frustasi. "Kamu kenapa sih Zio?"

Kenzio kembali menghantukkan keningnya pada meja lalu menggelengkan kepalanya berkali-kali. "Zio patah hati Mi! Astaga kenapa saingan cinta Zio harus Om Zio sendiri sih Mi?" Tanya pemuda itu dengan suara yang begitu merana sementara Aurelia hanya bisa tertawa sambil menepuk-nepuk kepala putranya.

Duka CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang