Bonus part II

2K 146 8
                                    


Sepanjang malam Prilly tidak bisa memejamkan matanya. Ia terlihat gelisah diatas ranjang dengan berkali-kali mengganti posisi tidurnya namun tetap saja kedua matanya enggan terpejam.

Setelah cumbuan panas yang dilakukan Ali padanya tadi membuat jantung Prilly berdebar begitu kencang bahkan ketika ia kembali mengingat bayangan percumbuan mereka tadi jantungnya sontak terpacu hingga membuat Prilly kewalahan meredamnya.

Ali dan Prilly menempati kamar yang berbeda dan untungnya jarak kamar mereka cukup berjauhan karena Ali menempati kamar yang ada dilantai atas. Prilly bersyukur dengan luas apartemen ini sehingga ia bisa melarikan dari Ali setidaknya untuk malam ini.

"Pergilah ke kamar dan jangan lupa kunci pintunya! Saya tidak yakin saya bisa menahan diri malam ini." Bisik Ali dengan suara yang masih tersengal-sengal pasca cumbuan panas mereka terlepas.

Prilly menangkup wajahnya yang terasa memanas. "Ngapain gue balas isap lidahnya juga tadi?" Prilly memukul kepalanya dengan kepalan tangannya sendiri. Ia sungguh merasa begitu 'mudah' untuk Ali, alih-alih melakukan  perlawanan ia justru balik menghisap lidah dan mulut Ali dengan tak kalah bersemangat.

"Kayaknya gue benar-benar harus refreshing. Otak gue butuh suasana baru untuk mengenyahkan segala pikiran dan aura negatif." Monolog Prilly sambil mengangukkan kepalanya sendiri.

Prilly sudah ingin memejamkan matanya saat perasaanya sudah tenang setelah memutuskan untuk pergi liburan namun tiba-tiba pikirannya sontak mencetuskan berita viral tentang dirinya yang dituduh sebagai pelakor.

"Sialan gue lupa!" Prilly kembali memukul kepalanya. Ia lupa jika dirinya saat ini sedang dibenci oleh nyaris seluruh warga negaranya karena berita palsu yang tengah beredar.

Jangan kan pergi berlibur besok saja ia belum tentu bisa menginjakkan kakinya disekolah. Prilly yakin para pemburu berita itu pasti akan menunggu dirinya di sekolah besok pagi dan Prilly telah memutuskan untuk mengambil cuti sehari.

Rekan-rekan gurunya juga banyak yang memberinya dukungan meskipun sebagian dari mereka terlihat mempercayai berita yang sedang beredar. Prilly sendiri memilih untuk tidak perduli toh nanti juga Tuhan akan memperlihatkan kebenarannya.

Helaan nafas Prilly kembali terdengar. Beranjak dari tempat tidurnya, ia berjalan menuju pintu kamar. Prilly ingin mengambil air minum di dapur karena tenggorokannya yang terasa kering.

Perlahan gadis itu membuka pintu kamar lalu melangkah keluar dari kamarnya, pencahayaan di ruang tengah apartemen Ali terlihat remang-remang sehingga Prilly tidak begitu memperhatikan seorang pria yang bersandar di dekat tangga.

Ali memang sedang menuruni tangga ketika pintu kamar Prilly terbuka, setelah ciuman panas mereka tadi ternyata laki-laki itu juga kesulitan memejamkan matanya. Dari tempatnya Ali terlihat memfokuskan tatapannya pada sosok gadis yang mengenakan piyama kebesaran miliknya.

Ali belum sempat menyiapkan persiapan wanita itu namun besok pagi Mario akan datang untuk mengantarkan semua keperluan Prilly, sahabatnya itu juga yang akan mengurus perihal kosan Prilly karena mulai hari ini Prilly akan menempati apartemen ini bersama dengan Ali.

Ali sudah memutuskan jadi tidak ada satu orang pun yang bisa menghentikannya.

"Dimana tombol lampunya." Terdengar suara lembut Prilly dari arah dapur. Ali berjalan mendekati gadis itu yang terlihat kesulitan mencari tombol lampu dapur.

Apartemen milik Ali didesain dengan canggih sehingga menghidupkan lampu saja harus menekan tombol atau tepukan tangan Ali. Setelah pria itu menepukkan tangannya dua kali seantero ruangan lampu menyala hingga mengejutkan Prilly.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Duka CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang