Bab 8

997 147 7
                                    


Sepanjang perjalanan Ali dan Prilly banyak bercerita ya meskipun cerita Prilly lebih mendominasi percakapan mereka. Ali termasuk laki-laki pendiam namun terkadang pria itu bisa bersikap receh juga hingga membuat tawa Prilly terdengar.

Prilly sedikit penasaran dengan kantong belanjaan yang berisi eskrim yang pria itu belikan tadi sebelum mereka benar-benar pergi dari supermarket. Namun, Prilly hanya bisa menahan rasa penasarannya karena bukan kapasitasnya untuk bertanya tetapi tetap saja ia merasa sedikit curiga.

Apa mungkin Ali memiliki pacar yang lain selain Raina?

Prilly segera mengenyahkan pikirannya, tidak mungkin pria seperti Ali memiliki sifat murahan seperti itu walaupun sekarang hubungannya dengan Raina sudah sangat merenggang tetapi Prilly yakin jika Ali tidak akan melukai sahabatnya.

"Ngomong-ngomong kamu mengajar di sekolah itu sudah berapa tahun?" Tanya Ali saat mobil yang dikemudikan olehnya berhenti di lampu merah.

"Sekitar 3 tahunan kayaknya Mas." Jawab Prilly tak pasti karena ia sendiri juga sudah lupa kapan tepatnya ia mulai bekerja disana.

Ali menganggukkan kepalanya. "Enak ya kerja disana?"

"Lumayan sih Mas. Gajinya gede!" Jujur Prilly yang sontak membuat Ali tertawa dan akhirnya Prilly pun ikut tertawa.

Mereka tampak begitu akrab berbincang hingga sebuah mobil yang cukup familiar di mata Prilly berhenti tepat di sebelah Ali. Kaca mobil yang cukup transparan membuat Prilly bisa melihat dengan jelas orang yang ada di dalam mobil sedan itu.

Tatapan Prilly mulai kosong tidak ada lagi keceriaan diwajah gadis itu hingga membuat Ali kebingungan, dengan kening berkerut pria itu menatap Prilly lalu mengikuti arah pandangan mata Prilly yang tertuju pada mobil yang ada disebelahnya.

Terlihat seorang wanita dan pria yang sedang bercanda gurau bahkan pria yang duduk dibalik kemudi itu tak segan-segan mencium wanita yang duduk di sebelahnya. Mereka terlihat sangat bahagia bak pasangan suami istri.

Dan yang membuat Ali penasaran adalah kenapa Prilly terlihat sangat terluka saat melihat mereka. Ali menoleh kembali menatap Prilly dan betapa terkejutnya ia saat melihat wajah cantik Prilly sudah bersimbah air mata. Ali baru akan bertanya namun lampu sudah berubah hijau. "Mas tolong ikuti mobil itu!" Perintah Prilly sambil menyeka air matanya.

Tanpa bertanya Ali segera menekan pedal gas mobilnya mengikuti sedan hitam yang melaju didepan mereka. Prilly menyeka air matanya berusaha untuk kuat namun tetap saja hatinya terasa sangat sakit.

Jadi ini meeting yang dimaksud oleh kekasihnya?

Benar, yang Prilly lihat tadi adalah Rafael kekasihnya. Bagaimana mungkin pria itu bisa mencium wanita lain disaat hubungan mereka masih terjalin? Kenapa Rafael bisa setega itu menyakiti hatinya?

Ali terus memacu mobilnya hingga akhirnya ia begitu mengikuti sedan hitam itu yang kini hanya berjarak beberapa meter dari mobilnya. Saat mobil itu berbelok, Ali juga menghidupkan lampu sennya berbelok kearah yang sama dengan mobil itu.

Dan akhirnya aksi membuntuti mereka berakhir saat sedan hitam itu berhenti di salah satu apartemen yang cukup elit. Tatapan Prilly berubah membara saat dirinya melihat Rafael turun dari mobil dan langsung berpelukan dengan wanita itu.

Prilly terus menatap aksi bejat pacarnya yang tanpa malu bercumbu dengan wanita yang tak ia kenali itu bahkan diarea terbuka seperti itu Rafael bisa senafsu itu mencumbui sang wanita.

Jika fokus Prilly tertuju pada Rafael berbanding terbalik dengan Ali yang terus menatap Prilly berusaha membaca ekspresi wanita itu. Meskipun terlihat kuat namun Ali bisa melihat sirat luka dari manik mata madu milik Prilly.

Duka CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang