2. Aku jatuh cinta kepada senja

88 25 195
                                    

setidaknya saat aku dihapus oleh waktu aku tidak akan melupakan bagaimana senja yang senantiasa menemaniku.

~Catrin

Saat matahari naik ke atas, langit mulai dipenuhi dengan cahaya terang yang memancar dari sinar matahari. Warna langit bertransisi dari kegelapan pagi menjadi biru cerah yang semakin terang seiring dengan kenaikan matahari. Pemandangan ini menggambarkan awal dari aktivitas di pagi hari dan memberikan energi serta semangat baru bagi banyak orang.

Sinar matahari yang hangat dan menyilaukan mulai menyinari segala yang ada di bawahnya. Bayangan panjang dari benda-benda di permukaan bumi mulai menyusut seiring dengan ketinggian matahari yang semakin meningkat. Cahaya matahari yang memancar memberikan kehangatan alami dan kehidupan bagi semua makhluk di bumi.

Pada saat matahari naik ke atas, suasana sekitar menjadi terang dan jelas. Warna-warna alam seperti hijau dedaunan, biru langit, dan warna-warna lainnya mulai terlihat dengan lebih tajam dan nyata. Keindahan alam yang terungkap oleh cahaya matahari pagi menciptakan pemandangan yang memukau dan mempesona.

Matahari yang naik ke atas juga menandai awal dari aktivitas sehari-hari. Manusia mulai bergerak aktif, hewan-hewan keluar mencari makan, dan kehidupan sehari-hari mulai bergulir. Sinar matahari yang memancar memberikan semangat dan kehangatan, menciptakan suasana yang menyegarkan dan membangkitkan semangat untuk memulai hari dengan penuh energi.

Dengan keindahan dan kehangatan yang dibawa oleh matahari yang naik ke atas, pagi hari menjadi saat yang penuh harapan dan kesempatan baru. Ini adalah momen yang membangkitkan semangat dan memancarkan keindahan alam yang tiada tara, menciptakan suasana yang mempesona dan menginspirasi bagi siapa pun yang menyaksikannya.

Di dalam kamar yang tenang, seorang wanita terlihat tengah tertidur pulas di atas tempat tidurnya. Wajahnya yang damai dan tenang mencerminkan kedamaian dalam tidurnya. Tubuhnya terbujur lurus dengan selimut yang menutupi sebagian tubuhnya, menunjukkan betapa dalamnya tidur yang sedang ia alami.

Meskipun di sekitarnya sudah terang karena matahari telah naik ke atas, wanita itu tetap dalam tidurnya tanpa terganggu oleh pergantian waktu. Napasnya yang teratur dan wajahnya yang terlihat begitu damai menunjukkan betapa nyamannya ia dalam tidur yang tengah memeluknya.

Tidak ada yang bisa mengganggu kedamaian wanita itu, seolah ia tenggelam dalam alam mimpi yang begitu mendalam. Suara gemericik air dari luar jendela dan cahaya matahari yang masuk pelan-pelan ke dalam kamar tidak mampu membangunkannya dari tidurnya yang begitu lelap. Baginya, waktu seakan berhenti saat ia terlelap dalam tidur yang begitu nyaman.

Dengan suara alaram yang berdering keras, wanita itu, yang bernama Catrin, terbangun dari tidurnya yang pulas. Matanya yang masih setengah terpejam mencoba meraih ponsel yang terletak di samping tempat tidur. Dengan gerakan lambat, Catrin meraba-raba ponselnya untuk mematikan suara yang mengganggu ketenangan tidurnya.

Setelah sedikit kesulitan, akhirnya Catrin berhasil meraih ponselnya dan menatap layar yang terang. Jam digital di layar ponsel menunjukkan pukul 09.30 WIB, menandakan bahwa waktu telah berjalan cukup lama sejak ia tertidur. Wajahnya yang masih sedikit terlelap mulai sadar akan kenyataan bahwa ia harus segera bangun dan memulai aktivitas hari itu.

Dengan perasaan yang masih sedikit mengantuk, Catrin mematikan alaram di ponselnya dan duduk di tepi tempat tidur. Ia meraih gelas air di meja samping tempat tidur untuk menghilangkan rasa kantuknya. Sinar matahari yang masuk melalui jendela mulai membangunkan seluruh ruangan dengan cahayanya yang hangat, menciptakan suasana pagi yang menyegarkan.

Dengan perasaan sedikit panik namun tetap bersemangat, Catrin menyadari bahwa ia terlambat bangun untuk ujian Fonem yang akan dimulai dalam waktu singkat. Dengan cengiran kecil, ia mengucapkan, "Aduh, gak bisa dibiarin aku bangun kesiangan. Jam 09.30 WIB, ujian pukul 10.10 WIB! Benar-benar pagi yang membuat kacau."

Tanpa banyak waktu untuk bersantai, Catrin segera bergerak cepat. Ia memutuskan untuk mengganti bajunya dengan cepat tanpa membuang waktu. Setelah memilih pakaian yang tepat, ia mulai bersiap-siap untuk berangkat, sambil memikirkan masalah sarapan dan mandi yang harus diatur dengan efisien.

"Sarapan dan mandi belakangan saja, tidak ada waktu untuk itu sekarang," gumam Catrin sambil bergerak cepat di sekitar kamar. Ia memutuskan untuk fokus pada persiapan ujian terlebih dahulu. Namun, ia sadar bahwa penting untuk tetap segar dan wangi meskipun tidak sempat mandi.

Dengan cepat, Catrin mengambil beberapa botol parfum favoritnya dan menyemprotkan sedikit aroma wangi ke tubuhnya. Ia memastikan bahwa farpum yang digunakan cukup untuk memberikan kesan segar sepanjang hari. Meskipun tidak sempat mandi, Catrin yakin bahwa parfum akan membantunya.

Dengan napas tersengal-sengal dan hati yang berdebar, Catrin tiba di kampus hanya untuk menemukan bahwa ujian sudah dimulai dan ia terlambat. Dengan wajah penuh penyesalan, Catrin mendekati ruang ujian hanya untuk disuruh menunggu di luar oleh dosen pengawas ujian, yaitu Bu Erla.

Meskipun kecewa dengan keterlambatannya, Catrin patuh dan duduk di luar ruangan ujian sambil menunggu giliran masuk. Suasana hatinya campur aduk antara kegelisahan karena keterlambatan dan kekhawatiran akan ujian yang sedang berlangsung di dalam ruangan.

Sementara itu, di dalam ruangan, Bu Erla sedang mengawasi jalannya ujian dengan cermat. Ia menyadari bahwa Catrin telah tiba terlambat dan memutuskan untuk memberikan kesempatan pada Catrin untuk tetap mengikuti ujian, meskipun dengan syarat untuk menunggu hingga ujian selesai dan masuk ke ruangan pribadinya setelah itu.

Dengan rasa percaya diri yang tinggi, Catrin memandang situasi yang sedang dihadapinya. "Aih, bagaimana mengkopek kalau ceritanya seperti ini," gumamnya dalam hati. Meskipun terlambat dan harus menunggu di luar ruangan ujian, Catrin tetap yakin bahwa ia mampu mengatasi segala rintangan yang ada di depannya.

"Tapi tidak apa-apa, aku kan pintar. Lagian, cuma mata kuliah Fonem. Toh, aku kan juga selalu meraih nilai tertinggi," pikir Catrin sambil tersenyum yakin pada dirinya sendiri.

Meskipun terlihat percaya diri di luar, sebenarnya di dalam hati, Catrin merasakan kegelisahan dan keraguan yang mendalam. "Sebenarnya aku hanya terlihat songong. Aslinya, aku juga tidak yakin dapat menjawab soal-soal yang ada di kertas ujian, apalagi jika Bu Erla membuat soal yang beranak pinak hingga membahas ke cucu cicit nenek moyangnya. Satu soal bisa bercabang menjadi sepuluh," pikir Catrin dengan cemas.

Ketidakpastian akan kemampuannya dalam menghadapi ujian Fonem semakin menghantui pikiran Catrin. Ia merasa tertekan dengan kemungkinan soal yang sulit dan berbelit-belit yang mungkin akan muncul dalam ujian. Bayangan soal yang kompleks dan rumit membuatnya semakin gelisah dan khawatir tidak mampu menjawab dengan baik.

An eternity (SEBAGIAN PART DI HAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBIT.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang