All about him:Husen kadang suka merokok tau, sebelum motoin orang dia bakalan ngerokok minimal 1 batang atau 2 batang.
Hasil jepretannya Husen juga kren kren, aku selalu bangga sama dia terkadang juga iri tapi dikit.
Selain itu Husen emang sekeren itu.Kalau dia dijadiin sebuah novel tau ga siapa orang yang paling cemburu? Aku sendiri apalagi kalau dia banyak disukai para pembaca Perempuanku.
Gambaran nya emang rada rada soalnya aku engga terlalu jago fan art, kan aku jagonya cuma merangkai kata biar jadi indah.
Beda sama Husen, dia jago moto hasilnya ga perlu ditanya sudah aku jelasin, apalagi kalau masalah motoin langit aduh.
Ga kerasa sudah dua minggu aku mengenal lelaki itu, ga kerasa juga setiap harinya aku selalu naksir dengannya.
Hanyalan terus ingin bersamanya itu besar bangat bahkan saat dia tidak ada aku merasa menjadi wanita yang paling kesepian.
***
"Kak Fina," ujarku menghampiri meja Kak Fina.
Kak Fina merupakan seorang desain grafis pembuatan cover di penerbit ini. Selaku pembuatan cover, kerjaannya pasti menggambar sesuai dengan permintaan penulis yang akan terbit.
"Kenapa, Catrin?" tanya Kak Fina.
"Kak, aku mendapat pesan dari penulis ini. Katanya, dia minta revisian cover karena kurang sesuai," ujarku sambil menunjukkan pesan dari penulis tersebut," helasku.
"Yah, kok nggak dari semalam sih konfirmasinya? Ini kerjaan kakak banyak, loh. Harusnya lay outing satu-satu buat cover. Kalau gini, dia harus ngantri belakangan. Paling nggak minggu depan jatahnya keluar," balasku.
"Kok, nggak bisa apa besok atau 3 hari lagi?"
"Ya nggak bisa lah, Cat, kakak juga harus merangkai sketsanya dulu terus ngepas pasin sama apa yang diminta oleh penulis."
"Sketsanya aku aja yang buat, biar kakak tinggal gambarnya aja."
"Kamu yakin? Pekerjaan kamu masih banyak, loh. Naskah yang lain udah selesai kamu kerjain? Nanti yang ada kamu dimarahin Kak Citra loh. Masalah covernya kalau dia mau nunggu antrian di Minggu depan. Ya emang minggu depan bisanya. Jangan cuma karena satu penulis minta perbaharui, kita jadi kalang kabut dan kececeran gini," tegasku.
"Kakak yakin deh sama aku, aku bisa kok. Lagian kasihan juga, dia udah tidak sabar menunggu bukunya untuk terbit."
"Udah Cat, nggak usah dipaksain. Lagian kan kamu bukan dibagian ini, kamu kan di bidang editor naskah. Kamu cukup merevisi naskah-naskah mereka aja."
"Masalah ini biar kakak aja yang ngatasinya," lanjutku.
Kak Fina membalikkan badannya kembali ke laptop. Ia mendisain untuk cover buku yang akan dicetak.
"Kak Fin."
"Apaan?"
"Kakak ajariin aku dong caranya yang warnain. Aku itu pengen banget gitu bikin gambaran kayak bikin cover sendiri. Terus kan aku niatnya juga mau nerbitin buku. Permasalahannya, aku nggak bisa ngewarnainnya, kak. Aku cuman bisa hitam putih."
"Astaga, anak ini. Ada-ada saja. Tinggal ngewarnailoh, gampang itu mah. Kamu atur aja sesuai yang kamu mau, shadingnya."
"Susah, kak. Aku udah nyoba."
Bahkan aku rela bolak-balik keluar YouTube dan melihat tutorial dari video-video lainnya demi mewarnai, namun hasilnya tetap aja zong. Entah aku yang bodoh atau emang tanganku yang salah.
"Nih, lihat," aku mengarahkan laptopku ke Catrin. Kebetulan pada saat itu aku juga sedang mewarnai untuk gambar di dalam cerita tersebut. Aku sekalian memberikan tutorial bagaimana caranya aku mewarnai dan shading di aplikasi yang digunakan untuk menggambar.
"Ngertikan sekarang?" tanyaku untuk memastikan bahwa Catrin paham dengan apa yang sudah ku jelaskan barusan.
"Engga," sahutku bingung juga gimana.
"Haiss," aku hanya pasrah, tidak bisa berkata apa-apa lagi.
"Kak tapi gambaranku Kren krenloh," smirk.
"Mang eak?"
"Ia kak, aku itu jago ngegambar ya gak jago jago amatlah masalahnya aku gak bisa mewarnainya."
"Udahlah belajar lagi."
***
"Tumben cepat datang gak telat lagi?" ungkapan pertama yang aku dengar dari Nasya.
"Ga, entar aku ujian di ruang buk Erla lagi males ah gak bisa ngopek," sahutku.
"Ngomong ngomong ujian hari ini elu pasti tau dongkan, apa lagi ini ujian Aksara.
"Gak tau gw, gw juga bingung."
"Aku ada ide," sambung Yaya.
"Apaan?"
"Gimana kalau kita itu ngambil soalnya sekarang toh mumpung penitia ujian juga belum ada yang datang."
"Kerja gila, kau ini betul betul sajalah mana bisa cok, soalnya pasti di simpan di tempat yang udah diamankan gak sembarang gitulah," sahutku membantah ide gila Yaya ini.
Sejujurnya aku sendiri juga gak bakalan tau apa apa mengenai mata kuliah yang satu ini karena aku sering cabut, absen, dan jarang mengikuti pertemuan mata kuliah Aksara.
"Udahlah aku deluan ke ruangan, kalian mau ikut atau mau ke kantin dulu?"
"Mau sarapanlah kami dua saja belum ada sarapan," sahut Yaya.
Hal biasalah buat kamu tidak sarapan pagi ke kampus, dan ujungnya bakalan sarapan di luar karena lebih ringkas apalagi buat kami yang anak kos kosan ini.
Siapa sangka saat aku masuk ke dalam ruangan aku mengira aku akan jadi orang pertama yang ada di dalam ruangan itu ternyata sudah ada Maya.
"Catrin," panggilku, aku melambaikan tangan supaya Catrin datang ke mari.
Aku pun menghampiri temanku itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
An eternity (SEBAGIAN PART DI HAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBIT.)
Teen FictionNamun kamu menjadi tokoh yang begitu sempurna yang harus aku pamerin ke semua orang bahkan untuk semesta karena yang terbaik itu cuma kamu.