Kebutaan -(bab 10)

27 9 2
                                    

Rambut yang lembut. Di kedua sisi ada tanduk seperti domba dewasa.

"Karena ada tanduk mu yang lumayan besar, aku jadi tidak leluasa mengelus kepalamu", ucap Mikayla yang sambil mengelus.
"Aku bisa menghilangkan nya", ucap Daikin yang membuat tanduk menghilang di kepalanya.
"Wah sangat ajaib", ucap Mikayla yang terus mengelus kepala Daikin tanpa sadar, karena rambut nya lembut sekali.

Daikin yang dielus kepalanya oleh Mikayla terlihat sangat lucu. Seperti anak kecil yang dielus karena sudah berbuat baik oleh orang tuanya.

"Pfft..", tanpa sadar Mikayla tertawa kecil. Karena melihat Daikin yang tadi cemberut menjadi penurut, itu sangat lucu.
"Kenapa kau tertawa?", ucap Daikin yang melihat ke arah Mikayla.
"Tidak, bukan apa-apa. Hanya saja aku melihat sesuatu yang lucu", ucap Mikayla.
"Bukankah mata mu tertutup lapisan perban?", ucap Daikin keheranan.
"Eh iya juga ya, tapi terlihat. Kayak tembus gitu", ucap Mikayla juga ikut keheranan.

"Ternyata berkembang nya cepat sekali", gumam Daikin.

Mikayla berhenti mengelus Daikin karena tangannya pegal.

"Eh tunggu, bukan kah kau tidak bisa menghilangkan anggota tubuhmu yang mutlak", ucap Mikayla yang teringat kata Daikin yang tidak bisa menghilangkan anggota tubuhnya yang mutlak seperti tanduk dan ekornya.

Wah ternyata dia cepat sadar. Mikayla memang perempuan yang bijak.(Pikir Daikin)

"Ah itu... Mungkin kekuatan ku meningkat jadinya aku bisa melakukan itu", ucap Daikin yang berbohong.
"Oh begitu ya", ucap Mikayla.
"Aku ingin memberitahu kamu sesuatu", ucap Daikin dengan serius.
"Apa itu?", ucap Mikayla.
"Kamu mengalami kebutaan", ucap Daikin dengan ekspresi sedih.
"Oh", ucap Mikayla dengan ekspresi yang datar.
"Apa-apaan dengan ekspresi mu itu?", ucap Daikin dengan sedikit kesal.
"Aku sudah tahu", ucap Mikayla.
"Bagaimana kau bisa tahu?", ucap Daikin keheranan.
"Aku tahu saat aku ingin mengintip diluar perban. Ternyata semuanya gelap, tapi saat aku tutup kembali perbannya aku seperti melihat seperti biasanya, tapi samar dan tidak jelas", ucap Mikayla menjelaskan.
"Oh begitu ya... Nanti kuberikan penutup mata yang membuat kamu melihat menjadi jelas!", ucap Daikin dengan senyum.
"Memang ada benda seperti itu?", ucap Mikayla yang penasaran.
"Ada, nanti aku akan membuatnya", ucap Daikin yang berekspresi seperti serahkan semuanya kepadaku.
"Yasudah. Terimakasih", ucap Mikayla tersenyum tipis.
"Sama-sama! Aku akan melakukan semuanya untuk majikan ku!", ucap Daikin tersenyum dan bersemangat.
"Jangan memanggilku majikan. Panggil saja aku dengan namaku", ucap Mikayla.
"Baiklah... Mikayla!", ucap Daikin dengan bersemangat.
"Anak baik", ucap Mikayla yang mengelus lagi kepala Daikin.
"Hehe. Aku senang sekali", ucap Daikin yang selalu terlihat manja ketika dielus Mikayla.
"Terserah mu saja. Aku mengelus mu karena rambutmu sangat lembut seperti wol", ucap Mikayla.
"Hoo... Begitu ya. Aku akan mengurus rambut ku lebih baik, agar bisa selalu dielus olehmu!", ucap Daikin nyengir.
"Ya, terserah mu saja", ucap Mikayla yang dari tadi mengelus kepala Daikin.
"Hehe", ucap Daikin nyengir.

Hari sudah sore, langit terlihat jingga karena matahari yang mau tenggelam. Dahan pohon yang bergoyang ke sana kemari karena angin. Cahaya matahari yang sayu. Tidak terik tapi masih terasa hangat.  Mikayla yang sedari tadi mengelus kepala Daikin akhirnya tertidur. Tangannya berhenti mengelus, tapi masih ada di atas kepala Daikin. Daikin yang menyadari bahwa Mikayla tertidur, meletakkan tangan Mikayla ke samping nya.

"Aku pergi dulu", ucap Daikin dengan pelan dan menuju jendela dan pergi ke rumah Mikayla.

Dokter, Raka dan Bu Alea masuk ke ruangan Mikayla.

"Apakah Mikayla tertidur? Dia tidak bicara apapun", ucap Raka.
"Mungkin dia lelah", ucap dokter.
"Bu guru dan nak Raka bisa pulang. Perawat yang akan menemani Mikayla", ucap dokter.
"Baik dok", ucap bu Alea yang membungkuk dan berterimakasih.
"Tapi... Bolehkah saya menemani Mikayla?", ucap Raka.
"Bukankah besok kau harus bersekolah?", ucap dokter.
"Ah iya juga... Baiklah dok kami pamit pulang", ucap Raka.

Bu Alea dan Raka pulang. Tapi mereka berdua harus ke sekolah dahulu. Raka harus mengambil tas nya. Dan Bu alea akan melaporkan kejadian tadi kepada pak kepsek.

"Hmm... Bagaimana perasaan Mikayla saat tahu bahwa dia buta?", ucap Raka yang hendak mengambil tasnya.
"Oh, tas Mikayla juga masih disini. Aku akan mengantar tasnya ke rumahnya.", ucap raka yang juga mengambil tas Mikayla.

••••••••••

Raka pun menuju rumah Mikayla yang agak jauh dari sekolah.
Raka berjalan, dan mengingat ingat jalan yang waktu itu pulang bersama Mikayla.

"Kalau tidak salah lewat jalan ini ya?", ucap Raka yang memastikan.
"Ah benar, itu rumahnya!", ucap Raka yang menemukan rumah Mikayla.

"Aku harus cepat! Sebentar lagi malam tiba", ucap Raka.
Raka berlari menuju rumah Mikayla yang ada di depannya.

"Huh.. akhirnya sampai", ucap Raka yang berhenti sejenak karena lelah berlari.

"Tok tok tok... Halo? Apa ada orang? Aku teman Mikayla, aku membawa tas Mikayla yang tertinggal di sekolah", ucap Raka yang mengetuk pintu.

Daikin yang sedang mencuci piring kaget karena ada yang mengetuk pintu dan bilang seperti itu.

Waduh, bagaimana ini. Aku harus menyamar dulu kali ya? Aku juga harus menghilangkan ekor dan tandukku. (Pikir Daikin)

Daikin membuka pintu yang masih memakai celemek nya.

"Ah terima-", ucap Daikin yang tiba-tiba berhenti berbicara karena melihat Raka. Yang mengingat kembali bahwa ia orang tadi di elus oleh Mikayla.
"Ada apa?", ucap Raka keheranan Karena melihat orang yang tidak dikenal itu tiba-tiba berhenti berbicara dan bengong.
"Bukan apa-apa, terimakasih telah membawa tas Mikayla ya", ucap Daikin yang tersenyum paksa jengkel.

Dasar bedebah gila! Kok dia tahu rumah Mikayla. Sok sok an bawa tas nya Mikayla. Cih dasar manusia rendahan. Dia juga orang pertama yang dielus oleh Mikayla. Aku iri sekali!. Ah gapapa lah. Aku dielus Mikayla sampai Mikayla tidur.(Pikir Daikin)

"Ya, sama-sama. Apakah anda saudara nya Mikayla?", ucap raka.

Hah apa?(Pikir Daikin)

"A-ah iya... Aku abang Mikayla", ucap Daikin yang terpaksa berbohong.
"Apakah anda tahu Mikayla sedang di rumah sakit?, saya kira Mikayla tinggal sendiri di rumah. Ternyata ia tinggal bersama saudaranya", ucap Raka tersenyum.
"Ya, aku tahu keadaan Mikayla", ucap Daikin.
"Lalu kenapa anda tidak menjenguk Mikayla atau melihat kondisi Mikayla? Kata dokter, Mikayla mengalami kebutaan", ucap Raka dengan wajah sedih.
"A-ah itu....", Daikin gugup karena tidak tahu apa yang harus ia katakan.

Bersambung ke episode selanjutnya...

Kesendirian berfantasi (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang