Daikin menuju ke dapur dan segera menyiapkan sarapan. Yaitu membuat mie goreng.
Mikayla pergi mandi. Dia berencana bersekolah. Walaupun ia tak bisa melihat, ia terpaksa memakai penutup matanya itu ke sekolah.
"Sarapannya sudah siap?", ucap Mikayla yang keluar dari kamarnya dan terlihat ia sudah memakai seragam dan penutup mata.
"Ya, mie goreng ini terlihat enak," ucap Daikin yang hendak meletakkan sarapannya ke meja makan.
"Woah... Kau benar, ini terlihat enak. Aku tidak sabar untuk mencobanya," ucap Mikayla yang menghampiri meja makan dan duduk.Mereka berdua memakan mie goreng itu dengan lahap.
"Sudah habis...," ucap Mikayla yang meletakkan garpu nya diatas piring.
"Apa kau masih belum kenyang?," ucap Daikin.
"Aku sudah kenyang, ini sangat enak. Sebenarnya aku mau mencobanya lagi, tapi perutku tidak akan muat," ucap Mikayla yang mengusap-usap perut nya.
"Hahaha, biar aku bereskan," ucap Daikin yang membawa piring untuk mencucinya di wastafel."Apa kau akan memakai itu ke sekolah?," ucap Daikin yang sembari mencuci piring.
"Penutup mata? Ya, aku memakainya. Bagaimana aku bisa melihat jika aku tidak memakai ini. Jika aku tidak bisa melihat aku tidak bisa melihat apa materi yang di tulis di papan tulis," ucap Mikayla menjelaskan alasannya.
"Kau benar, tapi bukankah kau tidak suka jika kau memancing perhatian?," ucap Daikin yang sudah selesai mencuci piring nya.
"Oh! Aku lupa soal hal itu, terimakasih sudah mengingatkan. Tapi, aku tidak akan menyerah untuk belajar di sekolah!," ucap Mikayla dengan tegas.
"Kau murid yang ambisius ya," ucap Daikin yang hendak duduk di kursi meja makan lagi.
"Haha, begitukah?," ucap Mikayla dengan sedikit malu.
"Iya, kau pasti pintar di sekolah mu," ucap Daikin.
"Oh, entahlah tapi semuanya terlihat mudah," ucap Mikayla.
"Mudah? Kau sungguh mengatakan itu?," ucap Daikin.
"Iya, aku serius. Aku pernah mengikuti olimpiade matematika dan aku mendapat juara ke satu," ucap Mikayla yang menunjuk lemari yang penuh dengan sertifikat dan piala penghargaan.
"Seharusnya aku tidak mengatakan itu. Kau sangat pintar," ucap Daikin.
"Yasudah, aku berangkat dahulu," ucap Mikayla yang beranjak dari kursi nya dan menuju ke kamar untuk mengambil tas sekolahnya.
"Ya, jika ada apa-apa, panggil aku," ucap Daikin.
"Bagaimana caranya?," ucap Mikayla yang memiringkan kepalanya.
"Kau tinggal memanggil-manggil namaku di dalam pikiran mu, atau memikirkan ku," ucap Daikin.
"Sungguh tidak masuk akal," ucap Mikayla.
"Tapi memang begitu," ucap Daikin yang mengangkat bahunya."Baiklah-baiklah, aku berangkat dahulu," ucap Mikayla yang beranjak dari rumahnya dan berjalan meninggalkan Daikin.
"Ya, selamat jalan. Hati hati," ucap Daikin yang melambaikan tangan."Nah, sekarang aku harus melakukan apa?," ucap Daikin yang melihat ke sekeliling rumahnya yang terlihat rapi dan bersih.
"Apa mungkin aku membaca novel Mikayla saja ya?," ucap Daikin yang menuju ke kamar Mikayla untuk mengambil buku novel nya.
"Baiklah! Waktunya membaca," ucap Daikin yang membuka novelnya.••••••••••
Baru saja masuk gerbang aku sudah memancing perhatian, semua orang melihat kepadaku. Benar kata Daikin, seharusnya aku tidak memakai ini. Ah sudahlah tinggal jalan saja, lalu masuk ke kelas dan belajar sebelum masuk kelas.
"Hey, apakah dia sedang cosplay?,"
"Walaupun dia memakai penutup mata, tapi ia tetap terlihat cantik,"
"Apa dia sengaja memakai itu?,"
"Oh! Apa dia sengaja memakai itu karena matanya sakit?. Dua hari yang lalu aku melihat matanya berdarah,"Bisikan terus menghantuiku. Walaupun tidak ada komentar negatif, tapi aku tetap terganggu.
Bisa bisa aku pingsan lagi kalau begini.
Raka yang sedari tadi di belakang Mikayla, sekarang menghampirinya.
"Oh!, halo Mikayla! Selamat pagi," sapa Raka dengan senyuman.
"Ya, pagi," balas Mikayla.
"Apa kamu sudah sembuh? Saat aku mau jenguk kemarin, kata dokter kau sudah pulang bersama saudaramu. Oh! Kenapa kau memakai penutup mata itu?," ucap Raka dengan penasaran.Apa? Saudara? Aku tidak punya adik ataupun kakak. Apa maksud dia Daikin? Tapi Daikin tidak bilang kepada ku kalau dia sudah berbicara dengan dokter.
"Ah... Iya aku di jemput oleh kakak, aku memakai ini karena mata ku sakit," dusta Mikayla.
"Apa sekarang mata mu tidak apa-apa?," ucap Raka yang melihat ke arah wajah Mikayla.
"Ya, berkat ini," ucap Mikayla.
"Tapi.. ini terlihat seperti kain biasa," ucap Raka.
"Entahlah aku tidak tahu, kakak ku memberikan ini," ucap Mikayla.
"Apa kau bisa melihat?," tanya Raka tiba-tiba.
"Iya," jawab Mikayla.Huh?.. bukankah kata dokter Mikayla buta? Lalu kenapa ia bilang dia bisa melihat?(Pikir Raka).
"Eh?," Mikayla kaget ketika membaca pikiran Raka. Ia lupa tentang hal itu.
Hmm.. tapi dokter juga sempat bilang bahwa Mikayla hanya buta beberapa hari. Bila dihitung.. 3 hari? Ya, waktunya pas. Mungkin sudah sembuh, tapi belum total.(Pikir Raka)
Ya ya benar begitu. Anggap saja begitu.
Tak berselang lama mereka berdua datang ke kelas dan duduk.
Loera menghampiri Mikayla yang baru saja sampai.
"Mikayla! Selamat pagi!," sapa Loera.
"Pagi," balas Mikayla.Wah... Mikayla membalas sapaan ku! Selama ini jika bertemu di jalan tidak pernah dibalas. Hari ini aku beruntung sekali!(Pikir Loera)
Begitukah? Aku tidak tahu maaf. Mungkin aku tidak dengar
"Kenapa kamu memakai itu?," tanya Loera yang mendekat kepada Mikayla.
"Agar mataku tidak sakit," jawab Mikayla.
"Oh ternyata begitu. Apakah kamu tidak apa-apa? Aku takut ketika melihat mata mu berdarah," ucap Loera dengan wajah memelas.
"Kau takut ya? Maaf," ucap Mikayla yang merasa bersalah.
"Eh tidak! Tidak! Kamu tidak salah, aku aja yang lebay," ucap Loera."Apa kau datang bersama si jangkung¹ ini," ucap Loera dengan melihat ke arah Raka yang sedang diam.
"Apa? Jangkung? Siapa?," ucap Mikayla kebingungan.
"Itu yang duduk di samping mu," ucap Loera dengan wajah meledek.
"Oh? Raka? Ya, dia menghampiri ku," ucap Mikayla."Siapa yang kau sebut jangkung dasar cebol," ucap Raka dengan kesal dan menatap tajam Loera.
"Dasar tiang listrik," ledek Loera.
"Dasar botol Yakult," balas Raka.
"Hey sudah, jangan bertengkar," lerai Mikayla.Raka beranjak dari kursinya, lalu menghadap Loera di depan.
"Diam, dasar cebol," ucap Raka dengan melihat ke bawah karena Loera sangat pendek (tingginya 151 cm sedangkan Raka 174 cm).
"Hey kau rajin makan tiang listrik ya? Pantesan kamu tinggi kayak tiang listrik, HAHA," ledek Loera dengan tertawa.
"Makanya makan tiang listrik biar tinggi. Gak pendek kayak kamu," balas Raka.
"Ck, kalian ini kenapa sih. Sudah jangan bertengkar," lerai Mikayla.Mikayla tidak dipedulikan, Loera dan Raka masih saja bertengkar tentang tinggi badan.
"Cebol,"
"Tiang listrik,"
"Cebol!"
"Tiang listrik!,"Huh.. berisik.
"Hey berhenti, teman-teman,"
"Dasar botol Yakult,"
"Dasar tiang listrik,""HEY TEMAN-TEMAN TOLONG LAH! JANGAN BERTENGKAR!," Tegas Mikayla tapi tidak berteriak.
Itu membuat seluruh kelas terdiam, karena baru melihat ekspresi marah dari Mikayla.
"Baiklah aku diam," ucap Loera dan Raka bersamaan karena takut.
"Sekarang duduk di bangku masing-masing," ucap Mikayla yang masih dengan ekspresi marah nya.
"Baik...," ucap Loera dan Raka bersamaan, lalu mereka pergi ke tempat duduk mereka. Dan Raka kembali duduk di samping Mikayla.Bersambung ke episode selanjutnya...
Bantu vote!
¹(Tinggi)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesendirian berfantasi (Tahap Revisi)
FantasyMikayla kalalian adalah seorang siswi SMA biasa. Dan ia adalah siswi terpintar di sekolahnya, walaupun ia tak mempunyai teman tapi ia tak memusingkan hal itu karena ia menyukai kesendirian, ia bahkan tinggal sendiri di rumah, tidak ditemani oleh sia...