Perasaan -(bab 14)

36 9 7
                                    

"boleh kutanya satu hal lagi?", ucap Daikin dengan menunduk.
"Ya? Boleh saja", ucap Mikayla.
"Bagaimana perasaan mu padaku?", ucap Daikin dengan malu malu.
"Perasaan seperti apa?", ucap Mikayla kebingungan.
"A-ah ti-tidak jadi", ucap Daikin dengan gugup.
"Jangan membuat ku penasaran", ucap Mikayla dengan wajah datar.
"Ah begini... Bagaimana perasaan mu saat bersamaku?", ucap Daikin dengan gelagapan.
"Biasa saja", ucap Mikayla dengan wajah datar.
"Oh begitu ya", ucap Daikin dengan wajah murung.
"Kenapa kau terlihat murung begitu?", ucap Mikayla yang mengintip wajah Daikin yang sedang menunduk.
"A-ah tidak apa-apa", ucap Daikin dengan kaget.

Seketika hening. Mikayla melanjutkan membaca novel nya sambil makan camilan.

"Apa hal yang kau sukai?", ucap Daikin yang memecahkan keheningan.
"Coba tebak", ucap Mikayla.
"Baiklah. Kau menyukai bunga?"
"Tidak"
"Kue stoberi?"
"Tidak"
"Camilan?"
"Ya"
"Game?"
"Tidak"
"Kucing?"
"Ya, sangat"
"Novel?"
"Tergantung genre nya"
"Anime?"
"Sedikit"
"Langit?"
"Ya"

"Hmm apalagi ya", ucap Daikin yang mengusap dagunya.

"Apa kau menyukai ku?"
"Tidak"
"Wah rasanya tuh jleb banget ke hati", ucap Daikin yang mengusap dadanya.
"Kenapa pula kau menanyakan hal itu", ucap Mikayla yang fokus ke novel nya.
"Aku penasaran saja", ucap Daikin dengan kecewa.

"Mau kuberi tahu apa saja yang kusukai?", ucap Mikayla dengan senyum paksa.
"Boleh!", ucap Daikin dengan mata berbinar-binar.
"Tidak ada", ucap Mikayla dengan wajah dingin.
"Eh? Tadi saat ku bilang apa saja yang kau suka, ada yang kau jawab "Ya"", ucap Daikin dengan kebingungan.
"Aku berbohong", dusta Mikayla.
"Kau memang aneh", ucap Daikin.
"Kemarin kau bilang aku aneh, sekarang lagi?", ucap Mikayla.
"Iya", ucap Daikin.

"Huh...", Mikayla menghembuskan nafas.

"Mulai sekarang kau memanggilku Kay saja", ucap Mikayla yang menatap Daikin dengan wajah datar.
"Eh? Kenapa tiba-tiba?", ucap Daikin mengangkat alisnya.
"Tidak apa-apa. Hanya saja aku ingin dipanggil begitu", ucap Mikayla.
"Baiklah... Kay!", ucap Daikin dengan tersenyum.

"Omong-omong, apa kau merasa nyaman memakai penutup mata itu?", ucap Daikin.

Mikayla tidak menyadari bahwa dia sedang memakai penutup mata itu karena ia melihat dengan jelas seperti biasanya.

"Oh! Aku tidak sadar. Kukira aku tidak memakai penutup mata ini", ucap Mikayla yang mengusap penutup matanya itu.
"Baguslah jika kau nyaman", ucap Daikin dengan tersenyum.
"Iya, ini memang nyaman. Walaupun baru kali ini aku memakainya tapi aku merasa sudah memakai ini bertahun-tahun", ucap Mikayla.
"Ah... Begitu ya", ucap Daikin yang teringat sesuatu.

"Apa besok kau akan bersekolah?", ucap Daikin.
"Iya. Tentu saja. Aku sudah tidak merasakan sakit lagi", ucap Mikayla.
"Coba kau lepas penutup mata itu", ucap Daikin.
"Baiklah", ucap Mikayla yang melepas penutup mata itu dengan perlahan.

"Wow. Tidak terlihat apapun", ucap Mikayla membuka matanya yang hitam.
"Sudah kuduga. Kau buta", ucap Daikin dengan nada rendah.
"Oh? Begitu? Yasudah", ucap Mikayla yang tidak peduli.
"Kau menerimanya begitu saja?", ucap Daikin keheranan.
"Mungkin saja aku ditakdirkan buta. Aku bersyukur masih hidup", ucap Mikayla.
"Jangan berbicara seperti itu. Kau membuatku sedih", ucap Daikin.
"Kenapa kau merasa sedih? Sedangkan aku yang buta bukan kau", ucap Mikayla yang entah melihat kemana. Karena tidak terlihat apapun.
"Tidak. Bukan begitu... Hanya saja..", ucap Daikin kata-kata nya terhenti begitu saja.
"Hanya saja kenapa?", ucap Mikayla.
"Ah bukan apa-apa", ucap Daikin yang menunduk dengan kecewa.
"Yasudah. Bolehkah aku memakai kembali penutup mata ini?", ucap Mikayla.
"Ya. Pakai saja sesukamu", ucap Daikin.
"Baiklah. Terimakasih", ucap Mikayla yang memakai kembali penutup mata itu.

Kesendirian berfantasi (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang