Tubuh yang terkoyak oleh pedang-(bab 20)

28 7 18
                                    

Harap kebijakannya saat membaca bab ini! Jangan menangis! Ini hanya karangan fiksi

Sudah siap? Selamat membaca.

"Ayo serang!!!," seru mereka berempat.

"Wah! Kalian bersemangat sekali," ucap Mikayla yang segera melompat ke atas untuk menghindari serangan mereka berempat.

Mereka berempat mendongak keatas melihat Mikayla yang melompat sampai jauh keatas.

"Eh? Kapan aku turun?! Sebenarnya seberapa tinggi ruangan ini? Kukira ini ruangan bercat putih dan berbentuk kotak ternyata ini tidak ada dasarnya?," ucap Mikayla yang masih terbang keatas.

Chester, Charles, Cassius dan Henry sudah tidak kelihatan, berarti Mikayla sudah lompat terlalu jauh. Ya, sangat jauh.

"Apakah dia terbang?," ucap Cassius yang mendongak keatas melihat Mikayla yang sekarang sudah menjadi titik kecil, itu berarti ia sudah sangat tinggi seperti terbang terus keatas di ruangan tanpa batas.
"Hey, gak masuk akal. Kan dia tadi cuma melompat, kok bisa dia kayak terbang gitu? Memangnya disini tidak gravitasi? Dan dia juga tidak punya sayap untuk terbang," ucap Chester yang sudah kesal dengan tingkah Mikayla.

"Kau benar Chester, ini sangat tidak masuk akal," ucap Charles yang mendekati Chester.

"Oh! Sepertinya ia akan jatuh, siap-siap untuk menyerangnya dari bawah," ucap Henry memberikan aba-aba untuk menyerang Mikayla dengan menjulurkan pedangnya ke atas dengan bertujuan Mikayla akan tertusuk kayak sate lalu mati.

Sedangkan Mikayla yang sedang bersiap untuk turun, memikirkan bagaimana cara agar ia selamat mendarat ke bawah.

Tetap tenang, wahai diriku. Aku ingat, Daikin pernah mengatakan bahwa aku punya kekuatan kebatinan, berarti aku punya kekuatan di setiap indera. Tapi, indera yang mana yang harus ku gunakan untuk selamat mendarat ke bawah?.

Di setiap manusia mempunyai masing-masing indera, semuanya ada lima. Indera penglihatan, indera pendengaran, indera peraba, indera penciuman, indra pengecapan.

Aku sudah mencoba yang indera penglihatan yaitu dengan melihat aura sendiri di cermin, lalu indera pendengaran yaitu dengan mendengar pikiran orang lain, lalu... Tadi saat aku mencoba menyuruh mereka berhenti, itu indera apa? Indera pengecap? Bukan! Indra pengecap itu mungkin saat aku mencoba sesuatu kedalam mulut... Lalu tadi itu apa? Ah sudahlah! Tidak ada waktu untuk itu.

Yang belum kucoba masih ada tiga. Dan mungkin yang paling berpengaruh... Hmm.. oh itu! Baiklah akan kucoba!

Mikayla melihat kebawah, ada cahaya mengkilap dan itu berasal dari pedang mereka berempat.

Baiklah akan kucoba sekarang! Aku sudah mendekat ke daratan.

Mikayla mengulurkan tangannya dan membuka nya dan ia berpikir, dan berharap bahwa pedang-pedang nya itu melekat kepada tangannya seperti magnet.

Mikayla menutup mata dan ternyata...

Oh, itu tidak berhasil. Dia tertusuk oleh keempat pedang tepat, di dada nya di kaki, kepala dan perutnya.

Harapan Henry berhasil, ia telah membuat Mikayla tertusuk seperti sate, hanya saja oleh empat tusuk sekaligus.

Ah.. aku gagal. Mungkin kekuatan ku masih belum waktunya untuk muncul, aku terlalu memaksakannya.

Sakit. Sesak. Kukira aku tidak akan merasakan sakit seperti saat tadi. Apakah itu hanya keberuntungan? Mereka benar, aku lemah. Hanya saja aku sok kuat.

Pandangan ku keatas, sekarang pandanganku sudah mulai kabur. Apa aku akan mati disini?.

"Wah kalian berhasil membunuhku, hebat sekali," ucap Mikayla dengan mulutnya yang penuh dengan darah.
"Kami tidak hebat, kau saja yang lemah," ucap Cassius.
"Ya, kau benar," ucap Mikayla dengan menutup mata.

Kesendirian berfantasi (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang