Dalam kehangatan-(bab9)

32 11 8
                                    

"e-eh? Apa yang kau lakukan? Kau siapa? Kenapa kau memelukku?", ucap Mikayla dengan kesal.

Dokter dan Bu alea seketika bengong dan mengerti situasi ini.

"Ah. Kalau begitu ibu keluar dulu ya ibu mau tunggu kalian selesai mengobrol", ucap Bu alea yang menuju keluar ruangan
"Saya juga pamit keluar dulu", ucap pak dokter dengan senyum, lalu meninggalkan ruangan.

"HEY! CEPAT KATAKAN SIAPA DIRIMU. DAN LEPASKAN AKU!", ucap Mikayla sambil memberontak.
"Syukurlah kau bangun", ucap Raka Ter Isak Isak.
"Eh kenapa kamu menangis?", ucap Mikayla yang kebingungan.
"Aku menangis karena takut kehilanganmu", ucap Raka yang masih memeluk erat tubuh Mikayla.
"Hah... Aku bukan siapa-siapa kamu. Aku hanya teman sebangku mu, masa kek gitu aja nangis.", ucap Mikayla menghela nafas.
"Kamu tidak mengerti, pokoknya aku takut kehilanganmu", ucap Raka yang masih Ter Isak Isak sambil memeluk Mikayla.
"Baiklah baiklah, tapi bisakah kau melepaskan ku? Nanti baju ku basah gara gara air matamu itu", ucap Mikayla yang mendorong kepala Raka dan membuat nya melepaskan pelukannya.
"Ah maafkan aku", ucap Raka yang mengusap air matanya.

Nafasnya tersendat- sendat mencari udara yang tak lagi manis. Matanya menatap kosong, seolah dunia telah kehilangan warna. Setiap tetes adalah racun, menggores pipinya yang pucat pasi seperti porselen retak, meninggalkan bekas luka yang tak akan pernah sembuh. Aliran mata itu bukan sungai kecil nan tenang, tapi arus deras penuh amarah dan penyesalan, menghanyutkan serpihan-serpihan dirinya yang telah hancur.

"Sudah jangan menangis, aku tidak apa-apa", ucap Mikayla yang mengelus rambut Raka yang acak-acakan.

Seketika kehangatan kembali menyertaiku. Pipi yang pucat itu kembali berwarna. Rasa gelisah yang terus mengganggu seketika menghilang. Seolah terlahir kembali ke dunia yang indah ini. Rasa senang yang tak terhingga. Tatapan mata kembali kepada orang yang kucintai. Aliran mata yang arusnya deras yang tak terhenti itu menjadi berhenti terhadap kehangatan ini. Aku ingin sekali mendekap orang yang kucintai sekali lagi. Tapi aku mengerti dia orang yang tidak suka disentuh. Dia orang yang dingin. Tapi dia orang yang sangat aku cintai. Tak peduli sikap dinginnya dan tidak kepedulian nya terhadap orang lain. Tapi, aku mencintaimu dengan tulus. Aku mencintaimu saat pertama kali melihatmu. Tak apa jika aku tidak menjadi milikmu. Yang penting, aku akan mencintaimu seumur hidup walaupun aku melihat mu bahagia dengan orang yang kau sukai.

"Baiklah terimakasih", ucap Raka yang berhenti menangis.
"Kenapa kau berterimakasih padaku? Aku sudah melakukan apa padamu?", ucap Mikayla keheranan.
"Aku hanya ingin", ucap Raka dengan tersenyum.
"Bukankah matamu di perban dan tidak bisa melihat diluar perban?", ucap Raka yang penasaran.
"Iya. Ini gelap sekali aku tidak bisa melihat apapun, mungkin dokter melapis perbannya banyak sekali sehingga darah ku tidak tembus perban lagi", ucap Mikayla menjelaskan.
"Lalu kenapa kau tadi bisa tahu dimana letak kepalaku saat mengelusnya?", ucap Raka.
"Pake khodam", ucap Mikayla nyengir.
"Yang bener aja kamu", ucap Raka yang menahan ketawa.
"Haha, aku juga tidak tahu. Tapi aku kayak tau gitu dimana letak kepalamu", ucap Mikayla menjelaskan.
"Begitu ya", ucap Raka tersenyum.

Daikin yang dari tadi memandang mereka berdua tertawa.

Terasa sakit, namun tak berdarah. Seolah hidung ku tak membiarkan udara masuk. Sesak, sangat sesak.
Aku dan kamu adalah cinta yang tak pernah dirayakan. Aku ingin marah, tapi aku bukan siapa-siapa kamu, kamu hanya majikanku, sedangkan aku peliharaan mu.
Tidak apa-apa, aku tetap mencintaimu walaupun kau tidak mencintaiku.
Dunia ini sudah tidak menarik lagi bagiku. Aku hanya ingin melihat mu bahagia dan selalu tersenyum.

"Hey, sakit banget tau", ucap Daikin yang berbicara melalui telepati nya.

Mikayla yang kaget karena tiba-tiba ada suara tapi entah dimana asalnya. Dan ia tiba-tiba teringat dengan cerita novel yang dibacanya. Orang yang bisa menggunakan sihir, ia juga bisa menggunakan telepati.
Mikayla pun mengerti dengan situasi ini.

"Sakit? Kenapa? Apa kau terluka?" Ucap Mikayla yang berbicara melalui telepati nya.
"Iya, aku sangat terluka. Tapi aku tidak tahu harus bagaimana. Rasanya sangat sakit. Tapi tidak ada darah sedikitpun" ucap Daikin.

Katanya dia terluka, tapi tidak berdarah? Apa maksudnya itu?

"Lalu aku harus bagaimana agar aku bisa membantu mu?" Ucap Mikayla yang sedikit khawatir.
"Berhenti mengobrol dengan laki laki itu. Itu yang membuat ku sakit. Karena kau majikanku, kau hanya boleh berkomunikasi dengan laki-laki yaitu hanya aku." Ucap Daikin yang berbohong.
"Hoo... Begitu ya, baiklah",  ucap Mikayla.

"Ehm, Raka bolehkah kau sekarang keluar aku ingin beristirahat sendiri saja", ucap Mikayla.
"Kau ingin istirahat ya... Baiklah, besok aku akan menjenguk mu", ucap Raka.
"Besok aku akan sekolah kok", ucap Mikayla.
"Tidak kau tidak boleh sekolah dulu. Luka mu parah sekali, Bu Alea sedang membicarakan apa penyebab dan apa penyakit mu dengan dokter", ucap Raka.
"Huh... Baiklah", ucap Mikayla.
"Baiklah sampai jumpa!", ucap Raka yang berjalan menuju keluar ruangan.
"Ya, sampai jumpa", ucap Mikayla.

Raka pun keluar ruangan. Terlihat ekspresi Bu Alea yang sedih. Raka pun menghampiri Bu Alea.

"Ada apa Bu?", ucap Raka.
"Mikayla mengalami kebutaan", ucap bu Alea dengan sedih.
"A-apa? Ibu bohong kan?", ucap Raka dengan kaget.
"Ibu tadi mendengar keterangan dari dokter, bahwa Mikayla mengalami kebutaan", ucap bu Alea menjelaskan.
"Apa penyebab kebutaan nya itu?", ucap Raka yang penasaran.
"Dokter masih mencari tahu apa penyebabnya", ucap bu Alea.
"Begitu ya", ucap Raka yang khawatir.
"Tapi, kata dokter kebutaan nya tidak permanen. Mungkin hanya beberapa hari", ucap bu Alea menjelaskan.
"Syukurlah", ucap Raka dengan lega.
"Iya", ucap bu Alea.

Daikin pun masuk ke ruangan Mikayla melalui jendela yang terbuka. Ia datang dengan wajah murung.

"Ada apa?", ucap Mikayla.
Daikin hanya diam dan memalingkan wajahnya dari Mikayla.
"Kenapa kamu diam saja", ucap Mikayla.
"Kenapa kamu tahu jika aku ada disini?", ucap Daikin yang masih cemberut dan memalingkan wajahnya.
"Gatau, tau aja kamu itu Daikin yang lewat jendela", ucap Mikayla.
"Insting mu bagus sekali", ucap Daikin.
"Kenapa kamu cemberut?", ucap Mikayla.
"Kenapa pula kamu tau bahwa ekspresi ku sedang cemberut?", ucap Daikin keheranan.
"Dari nada bicaramu, sedikit berbeda. Seperti sedang menahan rasa marah kepada ku", ucap Mikayla menjelaskan.
"Apa kau tahu dari bau emosi?", ucap Daikin.
"Sepertinya iya. Aku merasakan bau cemburu darimu", ucap Mikayla.
"Kau cemburu kepada siapa?", ucap Mikayla yang melanjutkan.
"E-eh itu... Enggak kok. Aku gak cemburu", ucap Daikin.
"Bohong. Kau cemburu kepada Raka?", ucap Mikayla.
"Iya", ucap Daikin dengan cemberut.
"Wah. Tidak bisa dipercaya, padahal aku hanya asal menebak saja", ucap Mikayla dengan sedikit kaget.
"Jangan cemberut begitu. Aku akan mengelus rambut mu seperti Raka, mendekat lah", ucap Mikayla.

Daikin pun mendekat ke Mikayla.

"Jangan cemburu, kami hanya teman sebangku", ucap Mikayla yang mengelus kepala Daikin yang bertanduk.

Bersambung ke episode selanjutnya...

Kesendirian berfantasi (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang