Mimpi -(bab 12)

21 10 1
                                    

"Tapi, disaat aku ingin melihat sang rembulan, aku tak perlu menatap ke langit, cukup ku alihkan pandanganku kepadamu", ucap Daikin dengan tersenyum.
"Apa maksudmu?", ucap Mikayla dengan bingung.
"Ah tidak bukan apa-apa. Aku hanya tiba-tiba ingin mengatakan itu saja. Oh, kau terlihat sangat cantik saat cahaya rembulan menerpa wajahmu yang cantik itu.", ucap Daikin dengan tersenyum.
"Terserah mu saja", ucap Mikayla dengan wajah datar.
"Hey, aku serius loh", ucap Daikin dengan riang.
"Aku tidak peduli", ucap Mikayla dengan wajah datar.

Wah sakit juga(pikir Daikin)

"Apa-apaan wajahmu yang murung itu", ucap Mikayla dengan menunjuk ke wajah Daikin.
"Memangnya kenapa?", ucap Daikin dengan cemberut.
"Ah sudahlah tidak jadi", ucap Mikayla dengan mengalihkan pandangannya.

Haha, lucunya(pikir Daikin)

Keduanya terdiam. Tanpa sadar Mikayla tertidur.
Melihat Mikayla yang tertidur, Daikin tersenyum, seperti sedang melihat anak burung yang tertidur.

••••••••••

Sesampainya di rumah, Daikin membaringkan tubuh Mikayla ke kasur.

"Bahkan saat tidur pun kau terlihat sangat cantik. Tapi sayangnya...", gumam Daikin tidak melanjutkan dan pergi meninggalkan kamar Mikayla dan menutup pintu.

"Haah... Bagaimana kedepannya? Apa aku harus tetap seperti ini? Kekuatan nya juga sudah mulai muncul", gumam Daikin yang berbaring di sofa.

"Lebih baik aku tidur saja. Aku lelah.", ucap Daikin yang memejamkan matanya.

Hening. Di rumah itu hanya ada Daikin dan Mikayla yang sudah tertidur.

••••••••••

Ruangan yang kosong. Aku memakai jubah hitam. Tidak ada siapa-siapa disini. Ini dimana?. Tiba-tiba ada suara yang menyeramkan yang tertuju padaku.

"HAHAHAHA!. DIA SUDAH DATANG"
"Tapi dia terlihat lemah sekali, aku jadi kasihan kepadanya."
"Iya juga ya. Dia terlihat sangat lemah"

Eh? Apa? Siapa yang datang? Dan... Siapa yang lemah? Kenapa tubuhku tidak bisa bergerak? Sebenarnya tempat apa ini?!

"Hey! Sebenarnya ini tempat apa?", teriak Mikayla kepada orang-orang yang tadi bercakap-cakap.

"Tempat ini? Aku pun tidak tahu nona. Kukira kau sudah mengetahuinya lebih dulu", ucap laki-laki tinggi berseragam rapi. Ia memakai kacamata, rambut nya tertata rapi, terlihat ada pedang yang sedang menggantung.
"Apa maksudmu?", ucap Mikayla kebingungan. Dan mencari cara agar bisa menggerakkan tubuhnya.
"Maksudku, aku juga tidak tahu. Kenapa kau bertanya kepada kami?", ucap laki laki itu.
"Karena hanya ada kalian disini. Dan kenapa pula aku tidak bisa bergerak? Apakah ini sihir atau semacamnya?", ucap Mikayla.
"Aku tidak tahu nona. Tapi dapat dipastikan bahwa kau sangat LEMAH", ucap laki laki itu menyeringai.
"Lalu? Jika aku lemah, aku harus apa? Apa itu ada hubungannya dengan kalian?", ucap Mikayla menyeringai.
"Kau pintar berbicara. Aku menyukai nya. Tapi, kekuatan adalah segalanya.", ucap laki-laki itu.
"Aku tidak peduli dengan perkataan mu. Tapi apa kau yakin kekuatan adalah segalanya?", ucap Mikayla membalas dengan senyum kecut.
"Dasar manusia munafik", ucap laki laki itu menghunuskan pedangnya dan menggerakkan ujung pedang ke wajahku.
"Iya. Kau benar, manusia memang munafik. Tapi aku juga munafik seperti yang kau katakan", ucap Mikayla yang menatap tajam laki laki itu dan tidak memedulikan tentang pedang yang tajam itu berada tepat di depan wajahnya.
"Kau manusia pertama yang tidak takut dengan pedang ku yang sakti ini", ucap laki laki itu.
"Lalu?", ucap Mikayla dengan dingin.
"Lalu.... Aku akan membunuhmu dalam waktu dekat", ucap laki-laki itu yang mendekatkan wajahnya kepada ku dengan senyum yang mengerikan.
"Oh. Apa alasan kau ingin membunuhku?", ucap Mikayla dengan dingin.
"Aku ingin menjadi raja iblis", ucap laki-laki itu.
"Hah? Lalu apa hubungannya denganku?!", ucap Mikayla kebingungan.
"Kau belum tahu ya?, bahwa kau adalah keturunan ratu iblis ke 10", ucap laki-laki itu.
"Apa?, apa maksudmu? Aku tidak paham. Aku hanya manusia biasa, tidak ada hubungannya dengan kalian.", ucap Mikayla dengan bingung.
"Waktunya sudah habis. Sampai jumpa, dihari aku membunuhmu!", ucap laki-laki itu dengan bersemangat.
"Eh apa?"

Kesendirian berfantasi (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang