Kekasihku dimakan monster -(bab 13)

42 9 13
                                    

Setelah selesai mandi dan memakai baju. Mikayla membaca novel di sofa.

"Kau sedang apa?", tanya Daikin.
"Baca novel", jawab Mikayla yang fokus ke buku novel nya.
"Judulnya apa?", tanya Daikin.
"Kekasihku dimakan monster", ucap Mikayla.
"Apa-apaan dengan judulnya itu? Kau sedang bergurau?", ucap Daikin menahan tawa.
"Aku serius. Liat nih.", ucap Mikayla yang menunjukkan cover buku nya ke Daikin.
"Judul nya aneh", ucap Daikin.
"Aneh kenapa?", ucap Mikayla.
"Penulisnya keselek apa ya", ucap Daikin.
"Keselek jengkol", gumam Mikayla.
"Tapi seru kok", ucap ucap Mikayla.
"Menceritakan tentang apa?", tanya Daikin.
"Tentang seorang kekasih tokoh utama yang dimakan monster", ucap Mikayla dengan datar.
"Penjelasan mu jelek banget", ucap Daikin.
"Sengaja. Aku lagi males ngomong. Jangan ganggu aku membaca", ucap Mikayla yang fokus membaca novel nya itu.
"Yasudah, pinjamkan aku novel mu yang lain", ucap Daikin.
"Ambil saja di kamar, disitu ada rak buku, isinya novel semua", ucap Mikayla.
"Genre nya apa?", ucap Daikin.
"Gore, Thriller, drama, horor, mystery, petualangan, fantasy", ucap Mikayla dengan wajah datar.
"Kau menyukai buku yang seperti itu? Kukira kau menyukai buku genre romantis", ucap Daikin tidak menyangka.
"Asal kau tahu aku bukan bocah penikmat genre romantis. Aku liat scene yang sedikit romantis saja novel nya langsung ku buang karena jijik", ucap Mikayla.
"Ah ternyata ini juga sama", ucap Mikayla yang menutup buku itu dan menuju keluar.
"Kau buang begitu saja?", ucap Daikin dengan heran.
"Tentu saja", ucap Mikayla yang menuju keluar rumah karena ada tempat sampah.

Tidak ku sangka ternyata selama ini Mikayla tidak menyukai hal yang berbau romantis. Pantas saja saat aku memujinya cantik dia terlihat biasa saja dan terlihat tidak peduli dengan hal yang kukatakan. Sebaiknya aku tidak melakukan itu lagi. Bisa bisa yang dibuang bukan novelnya, tapi aku! (Pikir Daikin)

"Apakah kau tetap ingin membaca novelku?", ucap Mikayla.
"Ya", ucap Daikin menuju kamar Mikayla.

Mikayla hanya duduk di sofa dan melamun.
Daikin datang menghampiri Mikayla yang sedang duduk di sofa, sembari membawa satu novel milik Mikayla. Daikin pun duduk di samping Mikayla.

"Kau baca yang mana?", ucap Mikayla.
"Judulnya... Kematian sang pembaca pikiran", ucap Daikin yang melihat cover buku nya yang agak menyeramkan.
"Wah itu salah satu judul favorit ku!", ucap Mikayla.
"Ceritanya tentang apa?", ucap Daikin.
"Aku malas bicara. Kau baca saja", ucap Mikayla.
"Aku pengin ngemil", gumam Mikayla yang menuju lemari yang berisi makanan ringan.

"Baiklah mari kita baca", gumam Daikin yang membuka buku itu dan mulai membaca nya.

Mikayla membawa banyak camilan dari lemarinya.

"Untuk apa kau membawa camilan sebanyak itu?!", ucap Daikin yang kaget.
"Untuk dikubur di dalam peti", ucap Mikayla dengan datar.
"Kau serius?", ucap Daikin dengan kaget.
"Ya enggak lah. Pake nanya kan camilan buat dimakan", ucap Mikayla dengan tersenyum paksa.
"Kukira kau bakal mengubur nya", ucap Daikin yang melanjutkan membaca novelnya.

Mikayla kembali duduk. Lalu memakan camilan yang ia bawa.

Hening. Hanya ada suara makanan yang sedang dikunyah. Daikin hanya membaca novel dengan fokus.
Mikayla menuju kamar nya. Dan membawa salah satu novel yang belum ia baca. Mikayla kembali ke sofa sembari membawa novel nya itu. Dan membacanya sambil memakan camilan, dia terlihat seperti pengangguran yang sudah handal.

"Buk...", suara buku yang ditutup Daikin.
"Kenapa? Kau sudah selesai membacanya?", ucap Mikayla yang melihat Daikin meletakkan buku novelnya ke meja.
"Belum.", ucap Daikin dengan wajah datar.
"Lalu kenapa kau menutup bukunya?", ucap Mikayla yang memiringkan kepalanya.
"Kau seorang psikopat ya?, ucap Daikin yang memandang ku dengan wajah penasaran.
"Ha?... Apa maksudmu", ucap Mikayla kebingungan.
"Begini. Apa kau sudah selesai membaca novel ini?", ucap Daikin yang menunjukkan novel yang tadi ia baca kepada Mikayla.
"Iya, sudah. Itu kan salah satu novel kesukaan ku", ucap Mikayla dengan wajah datar.
"Kau serius", ucap Daikin dengan kenaikan alis nya.
"Memangnya aku harus berbohong? Aku serius." ,ucap Mikayla yang kebingungan.
"Kau menyukai buku ini?", ucap Daikin.
"Ya, tentu saja. Memangnya kenapa?", ucap Mikayla yang masih kebingungan apa maksud perkataan Daikin.
"Sepertinya aku belum mengenalmu lebih dekat", ucap Daikin.
"Aku punya duniaku sendiri", ucap Mikayla yang juga menutup buku novelnya
"Maksudmu?", ucap Daikin.
"Maksudku, aku punya duniaku sediri, dimana aku menyukai buku yang ber genre thriller dan lainnya itu. Menurutku tidak seburuk itu, tentu saja selera orang tentang buku berbeda-beda dan ada juga yang tidak menyukai membaca buku. Aku senang dengan duniaku sendiri. Aku bebas, tidak terikat dengan apapun. Membayangkan nya saja sudah membuatku senang. Apa kau ingin masuk ke duniaku yang penuh misteri ini?", ucap Mikayla menjelaskan.

Dia memang perempuan yang aneh. Tapi aku penasaran seperti apa dunianya!.(Pikir Daikin)

"Kau tertarik?", ucap Mikayla.
"Aku tidak tahu. Tapi kau cukup aneh dari yang kupikirkan", ucap Daikin.
"Ya. Aku memang aneh. Banyak yang bilang seperti itu padaku. Dingin, tidak berempati, tidak peduli terhadap siapapun dan sangat egois. Itulah yang orang lain pikirkan tentangku. Aku tidak peduli dengan semua itu, karena bisa saja itu benar adanya pada diriku. Disukai atau dibenci aku tidak peduli ini hidup ku. Tidak perlu diurus oleh mereka yang tukang gosip, membicarakan urusan orang lain.", ucap Mikayla.

Daikin hanya terdiam. Mencerna kata-kata yang keluar dari mulut Mikayla.


"Apa kau pernah menyukai seseorang?", ucap Daikin yang memikirkan hal lain.
"Hmm... Menyukai itu.. seperti apa?", ucap Mikayla.
"Menyukai itu seperti kau ingin tahu lebih banyak tentang dia", ucap Daikin.
"Bukankah itu lebih tepatnya... Penasaran?", ucap Mikayla.
"Penasaran? Aku tidak tahu. Tapi, ketika kau didekat nya kau merasa ada getaran di dalam hatimu", ucap Daikin.
"Bukankah yang berdetak itu jantung? Bukan hati.", ucap Mikayla dengan wajah datar.
"Ha... Iya kau benar. Jadi jantung mu itu berdebar lebih kencang", ucap Daikin.
"Oh... Begitu ya", ucap Mikayla.
"Dan juga, kau selalu ingin di dekatnya.", ucap Daikin.
"Kenapa pula?", ucap Mikayla.
"Karena kau merasa nyaman di dekatnya", ucap Daikin dengan senyum.
"Hmm kurasa aku pernah merasakan hal itu", ucap Mikayla.
"Apa? Kepada siapa?!", ucap Daikin yang terkejut.
"Saat aku melihatnya, aku ingin mendekatinya. Saat di dekatnya aku berdebar-debar. Lalu, aku juga ingin berada di sisi nya. Aku selalu berdebar-debar saat membaca novel yang aku lihat terlihat menarik. Aku ingin tahu isi buku nya.", ucap Mikayla dengan tersenyum.

Seketika Daikin membatu.

"Maksudku bukan buku. Tapi orang", ucap Daikin dengan wajah kesalnya.
"Oh. Tidak pernah.", ucap Mikayla.
"Begitu ya", ucap Daikin.

Bersambung ke episode selanjutnya...

Bantu vote!

Kesendirian berfantasi (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang