"Bos, Mie ayam 2 porsi. Satu tanpa sayur satunya kuahnya dikit!" teriak Janu, pekerja di kedai mie ayam laris di kota H sedang memberitahu pesanan pelanggan pada pemilik. Berbalik untuk menanyai pelanggan lainnya ketika dia sudah menulis note pesanan barusan..
Zehan Rabbani.. Bos pengusaha kecil-kecilan hingga akhirnya sukses dan mienya terkenal di beberapa tempat. "Oke, pesanan akan segera datang!" Zehan begitu semangat. Setiap hari, dia seolah memiliki energi banyak dalam tubuhnya. Melakukan akrobat kecil, memasang mie pada kuah panas, sementara menunggu mie matang, dia menyiapkan toping.
Selang beberapa menit mie ayam selesai. Zehan memanggil Janu. "Ini Jan, sudah selesai!"
Janu pun segera mengambil pesanan tadi dan berkata. "Ada pesanan lagi bos. Tiga porsi mie ayam tanpa bawang." Setelahnya mengantarkan pesanan tadi. Janu merupakan pekerja rajin, Zehan sangat senang karena memiliki pekerja seperti Janu.
Ada lagi satu, namanya kana, lebih muda dari Janu. Pria itu libur dikarenakan sakit. Maka dari itu Janu lebih sibuk hari ini.
Zehan sudah berumur 28 tahun dua hari lalu. Dia juga sudah memiliki pasangan yang akan melangsungkan pernikahan 5 bulan lagi. Sebab itulah, Zehan semakin semangat bekerja. Dia tidak boleh bermalas-malasan karena sebentar lagi dia sepenuhnya akan mempunyai tanggung jawab besar.
Karena Janu juga tengah melihat, Zehan melambaikan tangan. Janu mendekat dan mengambil nampan. "Bos ini pesanan terakhir."
Zehan mengangguk. "Oke Jan." Zehan melepaskan celemeknya. Dia pergi ke belakang untuk cuci tangan dan muka. Lalu keluar dengan wajah fresh. Melihat jam memang sudah waktunya tutup. Pelanggan pun hanya sisa tiga orang. Zehan menuju ke tempat tempurnya. Mengambil barang kotor untuk dibawa ke belakang.
Kedainya bukan jam 8 pagi dan tutup jam 4 sore, buka setiap hari lalu libur akhir pekan. Zehan sangat menikmati pekerjaannya.
"Bos." Janu datang membawa tiga mangkuk kotor. Zehan menatap kebelakang Janu melihat jika sudah tak ada lagi pelanggan. "Taruh disitu Jan. Kamu tutup aja pintunya." Janu melakukan apa yang disuruh Zehan. Dia menutup pintu lalu membereskan meja-meja kotor.
Sedangkan Zehan sendiri, dia mencuci mangkuk dan alat-alat kotor lainnya.
Beberapa saat kemudian akhirnya kedai sudah bersih. Janu pun sudah pamit pulang. Zehan mengambil seluruh penghasilannya hari ini dan menyimpannya di tas. "Alhamdulillah.." Zehan bersyukur atas apa yang dia dapat. Besar kecilnya penghasilan, dia tak pernah mengeluh. Alih-alih mengeluh, Zehan selalu bersyukur.
Dia keluar tak lupa mengunci kedainya.
"Mas."
Zehan tersenyum, ketika calon istrinya datang menyapa. "Halo dek." Dia mendekati Sara, perempuan berjilbab hitam yang amat cantik dimata Zehan. "Sudah selesai ngajar?"
Sara tersenyum. "Iya mas. Kebetulan hari ini hanya nemenin anak-anak hafalan. Jadi tidak terlalu lama." Sara merupakan guru di sekolah anak-anak islami. Perempuan pilihan Zehan itu memiliki senyum lembut serta taat pada agama.
"Mau pulang sama mas? Sekalian kita cari cincin buat nikahan nanti." Zehan tersenyum kikuk. Sungguh, tak menyangka jika dia akan menikah dengan Sara.
"Boleh mas." Zehan sumringah mendengar jawaban Sara, dia mengambil helm cadangannya lalu diberikan pada Sara. Sara pun menerima helm yang disodorkan oleh Zehan. Pria itu segera mengeluarkan motornya.
"Pegangan ya dek." Sara tak ragu memegang pundak Zehan. Karena keduanya memang sudah menjalankan akad terlebih dahulu. Sudah menjadi kebiasaan bagi tempat mereka jika pasangan melakukan akad dahulu sebelum resepsi. Secara agama, mereka sah. Hanya secara hukum, Zehan dan Sara belum sah suami istri.
Keduanya pulang menggunakan motor matic milik Zehan. Lalu mampir ke toko perhiasan. Setelahnya Zehan mengantarkan Sara kerumah dan lanjut pulang.
Zehan tak kunjung sampai, karena dia masih menikmati momen perjalanannya. Pemandangan asri serta pepohonan rindang. Sang surya pun ingin segera menyelam kelautan. Ketika dia melewati jembatan, tak sengaja dia melihat seseorang hendak melompat dari jembatan.
Zehan lantas menepikan motornya. Berlari kencang untuk menarik orang yang sudah setengah meloncat. "Hey!!" Tetapi karena terlambat, tubuhnya malah ikut ketarik. "Ya Tuhan!!" Zehan berseru, selain dia takut pada kedalaman, dia tak bisa berenang.
Zehan menyebut nama Tuhannya. Dia memegang dada yang terdapat kalung pemberian Sara. Menutup kedua mata bersama air yang sudah keluar dari pelupuk matanya. Dia sangat takut, ketakutan Zehan pada kedalaman sangat besar.
Dia ingin menyelamatkan seseorang, namun dia terkena imbas. Di sela-sela ketakutannya, Zehan mengingat setiap momen hidupnya. Kenangan bersama orang-orang terkasih, terutama pujaan hatinya, Sara.
"Sara."
***
"Tuan, kenapa anda memejamkan mata anda?"
Suara lain di dengar oleh Zehan. Dia membuka kelopak matanya untuk mengetahui siapa yang berbicara. Pemandangan pertama yang dia lihat adalah seorang pria sekiranya berusia 40 an keatas, melambai-lambaikan tangan di depan wajahnya.
"Maaf?" Zehan bertanya bingung. Untuk apa pria itu melakukan hal demikian. Zehan menatap sekeliling, ruangan luas berisikan sofa lengkap, lemari berisikan wadah dokumen. Dia menunduk melihat dirinya sendiri, sepasang paha berbalut celana hitam serta sepatu pantofel. Mengangkat tangan dan terpatri kulit putih, halus serta urat-urat menonjol.
Tunggu, yang terpenting.. Bukankah dia terlempar kedalam air? Mengingat itu, Zehan lantas berdiri. Apakah dia diselamatkan oleh orang di depannya. Zehan pun segera beranjak menuju pria yang menyapanya tadi. "Tuan, anda yang membantu saya?" ujarnya bertanya.
Pria tersebut terkejut bukan main, dia sedikit mundur satu langkah. Mengapa tuannya sangat aneh, terlebih.. Atasan congkaknya berwajah panik serta lega bersamaan. Menggenggam kedua tangannya berucap terimakasih.
"Tuan Lorenzo, apakah ada baik-baik saja? Apakah kepala anda terbentur sesuatu?" pria itu, Jiorgino kerap dipanggil Jio merupakan asisten pria bernama Lorenzo.
"Ya aku baik-baik saja, terimakasih karena sudah menyelamatkan aku tuan." Zehan merasa sangat beruntung. Dia tidak berhenti Bercerosos mengucapkan terima kasihnya. Pria didepannya telah menyelamatkan dirinya dari maut.
Jio merasa aneh, dalam sekejap tuannya berubah. Apakah sang tuan sedang melakukan prank? Itu jelas tidak mungkin. Mengetahui sikap sang tuan, pastinya hal itu tak akan pernah terjadi. "Menyelamatkan anda dari apa tuan?"
"Tuan, anda membuat saya bingung. Mengapa anda memanggil saya 'tuan'." Jio menyeruakan pendapatnya.
Zehan juga nampak bingung. "Tuan, saya baru saja tenggelam, anda yang menemukan saya kan?"
Jio semakin menatap tuannya aneh. "Apa anda salah makan tuan? Atau anda sedang berhalusinasi? Anda berada disini seharian ini. Tenggelam? Anda bisa berenang?" Dia menjadi khawatir, raut wajah atasannya begitu serius hingga membuat Jio percaya jika saja dia tidak tau bagaimana sikap sang tuan.
"Kenapa-Ugh!" Ketika Zehan hendak bertanya kembali, kepalanya berdenyut sakit. Memori asing memaksa masuk hingga pusing dia rasakan. Zehan limbung dan akan terjatuh jika saja Jio tak menahannya.
"Sebenernya apa yang.." gumam Zehan sebelum dia berakhir tak sadarkan diri.
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Father - END
Teen Fiction[ Beberapa part telah di hapus ] Zehan Rabbani merupakan pria lajang yang akan melangsungkan pernikahan lima bulan kedepan. Dia juga merupakan pemilik kedai Mie ayam populer di daerahnya. Lalu, bagaimana ketika kehidupan damainya berubah 100% saat...