18

2.5K 173 12
                                    

Typo🙏
HAPPY READING...!!!










Shani mengumpulkan keberanian untuk keluar dari ruangan Chika, dia tidak ingin menyaksikan Cio dan juga Veranda yang sedang berdebat tentang dirinya.

"Mama..." Langkah kaki Shani terhenti karena Chika.
Shani yang akan keluar pun mengurungkan niatnya. Shani kembali ke brankar Chika.

"Haii, nyenyak banget bobonya sampe mama disini dari tadi kamu ga bangun-bangun." Ucap Shani sambil mengusap punggung tangan Chika yang masih terpasang selang infus.

"Mama nungguin Chika?" Chika menatap Shani. Mata itu sungguh memancarkan binar kebahagiaan, Shani tidak mungkin tega membuat tatapan itu kembali redup dengan kepergiaannya. Shani hanya terdiam dia menatap Chika bingung itulah yang ada di benaknya sekarang. Apa dia harus memenuhi permintaan Cio untuk menjauhi Chika, atau dia harus bertahan demi Chika.

"Mama kenapa?" Tanya Chika yang melihat Shani sepertinya sedang melamun.

"Mah..." Panggil Chika lagi.

"I iya kenapa adek mau apa? Minum ya? Mama ambilin dulu."

"Ngga mah, Chika ga mau." Chika meraih tangan Shani, dia genggam erat tangan wanita yang menjadi sumber kebahagiaannya itu.

"Mah..."

"Iya apa?" Ucap Shani.

"Mama jangan pergi lagi ya, Chika mau terus sama mama sampai kapanpun itu. Mama bahagianya Chika, mama jangan ambil kebahagiaan Chika lagi. Mama tau ga selama mama pergi Chika sakit, Chika sedih. Chika ga bisa hidup tanpa mama. Jadi mama ga boleh tinggalin Chika untuk yang kedua kalinya."
Shani terus menahan airmatanya agar tidak jatuh. Bagaimana jika Chika tau apa yang Cio lakukan padanya akan seperti apa Chika nanti.

"Iya sayang, mama akan selalu ada buat Chika. Kapanpun Chika butuh mama, kamu harus sembuh ya jangan sakit lagi. Mama sedih liat kamu kaya gini. Nanti kalo kamu sembuh kita main sama-sama." Ucap Shani, tangannya tak henti mengelus kening Chika.

"Bener mah?" Shani mengangguk dan tersenyum.

"Iya sayang, tapi kamu harus sembuh dulu. Baru nanti kita main."

"Chika udah sembuh ko mah, asal mama ada disini temenin Chika." Ucap Chika.

(Aku bingung harus apa. Yang terpenting sekarang Chika sembuh, urusan Cio biarin aja dulu ) Batin Shani.

"Iya sayang."

Di ambang pintu Veranda dan Cio rupanya sedang mendengarkan percakapan mereka berdua.

"Kamu liat? Gimana Chika kalo sama Shani?" Ucap Ve pada Cio.
Cio terdiam, apa mungkin dia sudah melakukan hal yang salah pada Shani dan juga Chika. Dengan egois nya dia akan merenggut kebahagiaan Chika saat bersama Shani. Cio terus bergelut dengan pikirannya sendiri yang membuat dirinya semakin kebingungan.

"Kamu pikirin lagi baik-baik, jangan sampai apa yang kamu lakukan itu berdampak buruk sama Chika. Toh Shani juga seneng kalo deket sama Chika, dan yang harus kamu tau Shani itu tulus sayang sama anak kamu, Cio. Dia cuman orang lain tapi dia memperlakukan Chika layaknya seperti saudara sendiri bahkan mungkin bisa dibilang anak sendiri. Dia ga masalah Chika manggil dia mama, setulus itu dia sama Chika. Kamu tega pisahin mereka?" Veranda terus menghujani Cio dengan kata-kata agar mata hati Cio bisa terbuka untuk melihat kenyataan yang ada.

"Gimana kalo Chika lupa sama Anin, Mi?" Tanya Cio.

"Cio, dengerin mami. Anin udah lama ga ada di kehidupan kamu dan juga Chika. Anin juga pasti ga mau liat kalian terus ada di masa lalunya dan mami yakin Anin mau kalian bahagia. Kesampingkan dulu ego yang kamu punya, kasian Chika. Kamu ga mau kan liat dia terus sakit? Cukup mami liat dia menderita, mami ingin liat dia bahagia Cio. Mami mohon jangan biarin Shani pergi dari Chika." Ucap Veranda. Cio terus memikirkan apa yang maminya itu ucapkan, mungkin ada benarnya setidaknya sampai Chika sembuh.

"Cio pikirin lagi nanti mi." Ucap Cio, dia mulai masuk ke ruangan Chika.
Veranda menghela nafasnya lega, semoga Cio mengambil keputusan sesuai dengan keinginannya.

"Anak papa udah bangun?" Ucap Cio, pada Chika. Sekilas dia mencium kening Chika. Sadar akan kehadiran Cio Shani yang semula duduk disamping brankar Chika, dia mulai bangkit dari duduknya. Membiarkan ayah dan anak itu berbicara.

"Papa Chika mau pulang, Chika ga mau disini." Ucap Chika.

"Nanti ya tunggu sembuh dulu baru kita pulang."

"Chika udah sembuh pah, Chika mau main sama Mama. Iya kan mah?" Tanya Chika pada Shani.

"I iya sayang..." Ucap Shani gugup karena dia menjanjikan kepada Chika sesuatu yang belum tentu Cio akan mengijinkannya.

"Iya nanti kita main sama-sama ya, tapi anak papa yang cantik ini harus sembuh dulu." Shani memicingkan matanya, bukankah Cio tidak mengijinkannya untuk dekat dengan Chika? Tapi apa yang barusan dia dengar dari mulut Cio, apa itu hanya sekedar untuk membuat hati Chika senang saja atau bagaimana.

"Sama mama pah?" Tanya Chika.
Cio melirik Shani sekilas, sementara Shani memalingkan wajahnya.

"Iya sayang."

"Yeeaayy, makasih pah..." Ucap Chika pada Cio.

"Mama..." Panggil Chika pada Shani sambil mengulurkan tangannya.

"Iya sayang kenapa?"

"Makasih ya mah, Chika sayang sama mama." Chika merentangkan tangannya pada Shani.

"Mama juga sayang sama Chika."

(Gue egois, bisa-bisanya gue mau ngambil kebahagiaan anak gue. Meskipun dalam hati gue belum ikhlas kalo Chika ngelupain Anin, tapi buat sementara gue bakal biarin Shani deket sama Chika sampe dia sembuh.) Batin Cio.

(Tante tau Shan, kamu memang anak yang baik. Hati kamu sangat tulus, Chika bisa seperti itu karena kamu. Tante yang udah lama ngurusin dia belum pernah melihat dia sebahagia itu.) Batin Ve.

Drrrttt drrrttt

Ponsel Shani bergetar.

"Mm... Tante, Pa Cio saya permisi dulu mau angkat telpon." Ucap Shani.

"Iya Shan." Ucap Veranda.
Shani keluar dari ruangan Chika.

"Halo pah?"

"Kamu dimana Kak?"

"Kakak di rumah sakit Pah."

"Ngapain kamu disana?"

"Mmm ... Itu Pah kakak jengukin Chika sakit."

"Pulang sekarang! Tadi Anrez telpon papa katanya dia chat kamu tapi ga dibales, telpon juga ga diangkat. Gimana sih kamu kak."

"Hp kakak di silent pah, jadi ga kedengaran. Ini aja papa telpon pas banget Kakak buka hp."

"Pulang sekarang, papa ga mau tau! Kalo sampe papa pulang kerja kamu belum ada dirumah."

"I iya pah, sebentar lagi kakak pulang ko."

"Ga ada sebentar, pulang sekarang! Kamu mau jadi anak yang ga nurut sama orang tua? Kamu udah berani ngelawan perintah papa?"

"Bukan gitu maksud Kakak Pah."

"Udah, papa ga butuh alasan kamu. Yang penting kamu harus pulang sekarang!"

"Iya Pah."

Panggilan terputus....

BersamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang