Getaran ponsel di kantung celananya memotong ucapan Cio. "Aldo? Ngapain dia nelpon? Udah berapa kali gue bilang, jangan hubungi gue kalo lagi di rumah sakit." gumam Cio sambil mematikan panggilan tersebut. Lalu Cio kembali mengajak Shani interaksi.
Drrrttt drrrttt... Ponselnya kembali berbunyi. "Apa si? Gue udah bil__"ucap Cio saat menjawab panggilan tersebut.
"........"
"Gue gak bisa Do, gue lagi di rumah sakit. Gue kan udah ngasih tanggung jawab kantor sama Lo, selama gue nungguin Shani."
"........"
"Gak ada yang lebih penting dari Shani."
"........"
Seketika Cio bangkit dari duduknya, dadanya naik turun saat mendengar kabar buruk dari Aldo. Cio sedikit menjauh dari ranjang Shani. "Lo kalo ngomong jangan sembarangan Do!"ucap Cio pelan namun penuh penekanan.
"........"
Aldo pun memutuskan panggilan. Tubuh Cio mematung seketika, kenyataan apalagi yang harus dia hadapi. Belum selesai soal Shani, masalah lain pun datang. "Sayang, aku pergi dulu. Nanti aku kesini lagi." pamit Cio pada Shani. Dengan tergesa-gesa Cio keluar dari ruangan.
"Ada apa Cio?"
"E...Om, Tante Cio harus ke kantor sekarang. Ada yang harus Cio urus sebentar."ucap Cio gugup, ia tidak mungkin mengatakan hal yang sebenarnya pada Keenan dan Imel.
"Ya sudah, hati-hati."ucap Keenan.
"Iya, om. Cio permisi dulu."pamit Cio sambil berlalu. Berjalan sedikit cepat, agar ia bisa segera sampai di parkiran.
"Cio kenapa ya pah? Ko kaya buru-buru gitu?"tanya Imel sambil memandang punggung Cio yang semakin menjauh.
"Mungkin ada masalah di kantornya mam."
"Semoga gak ada hal yang serius."lirih Imel.
Cio melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, dia tidak bisa membayangkan bagaimana kondisi kantornya sekarang. Perusahaan yang di amanatkan oleh sang papa kini dalam taruhan. Bahkan mungkin kehancuran.
"Sialan!"umpat Cio saat terjebak macet. Untung saja tidak terlalu lama Cio mengalami kendala di perjalanan, dengan cepat ia berusaha menyalip kendaraan yang ada didepannya.
Saat perjalanan mendekati kantornya, terlihat dari kejauhan asap hitam membumbung tinggi. Dan benar saja ternyata Aldo tidak main-main dengan ucapannya. Cio semakin kencang menginjak pedal gas mobilnya.
Sesampainya disana, puluhan mobil pemadam berjejer di depan kantor Cio. Para petugas pemadam kebakaran sibuk menaklukkan si jago merah yang melalap habis sebagian dari kantornya. Para karyawan sudah berada diluar menyelamatkan diri. Dengan kepanikan yang melanda mereka semua.
Cio mengacak-acak rambutnya frustasi, kenapa ini semua bisa terjadi. Dengan cepat ia berlari agar bisa melihat lebih dekat lagi kondisi kantornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersama [Greshan]
RomanceKehilangan seseorang akan selalu menjadi luka terdalam.