74

1.8K 270 25
                                    

Typo 🙏
Happy Reading...!!!






"Kenapa tu muka di tekuk kaya gitu?"tanya Dey pada Gita yang baru saja datang. Mereka berdua bekerja di kantor yang sama. 

Sebelum menjawab, Gita menaruh lebih dulu tasnya di meja, mendudukkan dirinya di kursi.

"Chika lagi?"

"Iya, siapa lagi. Gue takut, gue kehilangan banyak waktu buat dia, Dey."lirih Gita yang merubah posisi duduknya menyamping berhadapan dengan Dey.

"Ya mau gimana lagi Git. Lo juga kan harus kerja."

Gita membuang napas kasar, pikirannya kali ini sangat bercabang. Disisi lain di harus bekerja, tapi disisi lain juga khawatir akan Chika. "Gue juga bingung. Apalagi gue janji sama dia besok gak lembur. Sedangkan lo tau sendiri Pak Martin kaya apaan tau. Dia gak ngebolehin kita pulang sebelum kerjaan kita selesai."

"Iya juga sih, besok gue bantuin kerjaan lo deh. Supaya lo bisa pulang cepet."

"Gak usah Dey, makasih. Kerjaan lo juga banyak. Gue besok bakal dateng pagi-pagi."balas Gita yang kini memulai pekerjaannya.

Gita berusaha untuk konsentrasi dalam pekerjaannya, namun beberapa kali ia harus berhenti karena berbagai masalah yang mengganggu pikirannya saat ini.

Drrrttt... drrrttt...

"Mami?"ucap Gita pelan. Ia mengedarkan pandangannya sebelum menerima panggilan.

"Kenapa mi?" Gita memelankan suaranya. Apa jadinya jika dia ketahuan menelpon saat bekerja. Pasti akan kena teguran.

"Kamu udah sampe?"

"Udah, mami kenapa? Mami gak apa-apa kan? Atau mami sakit lagi?"

"Nggak, mami gak apa-apa. Mami cuman mau ngingetin kamu jangan lupa makan, kamu tadi kan gak sarapan."

"Iya mi, nanti aku makan siang aja. Udah dulu ya mi."

"Ya sudah kalo gitu. Semangat ya kerjanya sayang. Maaf mami..."

"Sut! Mami apaan sih, mulai deh... Udah ya, aku tutup telponnya."

"Iya dek, mami sayang kamu."

"Aku juga mi... Mami jangan lupa minum obatnya."

Gita memutus panggilan tersebut. Menatap layar ponselnya dengan wallpaper keluarganya yang masih lengkap, saat masih ada Shani. Airmatanya jatuh mengenai layar ponselnya. Satu hal yang mustahil untuk kembali terulang dengan keadaan yang sekarang Gita hadapi.

(Tuhan, aku gak minta banyak dari-Mu. Aku hanya ingin, keluargaku kembali utuh. Seperti dulu. Berikan aku kekuatan dan kesabaran dalam menghadapi semua ini. Aku takut, kalo aku menyerah...semuanya berakhir dengan berantakan. Sudah terlalu lama Engkau membiarkan keluarga ini kacau. Kapan bahagia itu kami rasakan kembali? Apa kami tidak pantas untuk itu?) ucap Gita dalam hati.

"Git? Lo gak papa?"

"Nggak, gue gak papa ko Dey."balas Gita sekilas mengusap airmatanya. Dey mengangguk paham. Keduanya kembali melanjutkan pekerjaan, dengan isi kepala Gita yang riuh. Entah sampai kapan ia bisa bertahan dengan situasi seperti itu.


***

Kini jam istirahat sudah tiba, semua siswa berhamburan keluar kelas. Menuju satu tempat untuk mengisi perut mereka. Tapi lain halnya dengan satu siswi yang baru saja masuk ke kelas. Tubuhnya sudah dibasahi oleh keringat akibat sengatan matahari, bagaimana tidak dia berdiri begitu lama di bawah terik matahari. Akhirnya dia bisa menyelesaikan hukuman yang seharusnya tidak ia dapatkan.

Bersama [Greshan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang