78

1.1K 232 11
                                    

Typo🙏
Happy Reading...!!!












Di ruangan yang sangat sunyi, dengan lampu temaram menerangi ruangan tersebut. Selama bertahun-tahun tidak ada yang berani masuk ke sana. Bagaimana tidak, Cio selalu menguncinya jika sedang keluar rumah.

Cio duduk termenung di sudut ruangan. Memainkan bibirnya dengan tangan gemetar. Tatapan kosong itu menyiratkan sejuta luka, yang mungkin tak pernah ada habisnya. Meratapi setiap inci jalan takdir yang terlalu menyakitkan. Membuatnya semakin larut dalam kehilangan mendalam.

Hatinya kosong, tak bertuan. Dulu Shani-lah pemilik hatinya. Tapi sekarang sekeping hati itu pecah berkeping-keping. Menjadikan luka yang teramat dalam. Separuh jiwanya telah pergi, meninggalkan sejuta rasa sakit. Meskipun sudah 5 tahun lamanya, tapi Cio selamanya akan mengingat hari terkelam dalam hidupnya.

Cio berdiri dari duduknya, lalu berjalan menuju sebuah lemari kaca. Lemari tersebut berisi berbagai macam jenis minuman. Satu botol ia keluarkan dari sana. Dengan langkah pelan Cio mendudukkan dirinya di sofa. Membuka botol tersebut, lalu meneguknya. Seketika merasakan panas saat perlahan minuman haram itu lewat tenggorokannya.

Namun, itu adalah suatu kenikmatan untuknya. Sejak hari dimana Shani meninggal, inilah cara Cio menghilangkan sejenak rasa sakitnya. Tidak ada seorang pun yang tau. Tubuhnya yang dulu gagah, kini terlihat kurus dan juga tidak terawat. Selain Cio yang tidak peduli, juga efek dari minuman yang hampir setiap hari Cio konsumsi.

Dengan "minum", Cio bisa menghadirkan Shani dalam angannya. Kembali merasakan hangatnya pelukan Shani dan juga indahnya senyuman Shani yang selalu membuat Cio candu. Tidak ada yang lebih bahagia daripada itu.

Seperti saat ini, Cio sudah menghabiskan satu botol tersebut kurang dari 5 menit. Pusing di kepalanya seketika datang, ini yang selalu ditunggu-tunggu olehnya. Karena setelah pusing itu datang, dan di  saat itu juga Shani akan hadir.

Cio menyandarkan kepala di sofa. Memejamkan matanya sejenak.

"Sayang, akhirnya kamu datang juga." gumamnya saat merasakan satu kecupan di pipi.

Cio tersenyum bahagia melihat seseorang yang selalu ia rindukan itu, kini hadir di sampingnya. Dengan senyuman tipis, Shani menatap Cio. Matanya yang teduh, menyentak manik mata Cio.

Tanpa berkata-kata Cio memeluknya erat. Tidak ada tangisan atau racauan dari mulutnya seperti saat di kantor. Cio terus menikmati pelukan hangat itu. Sentuhan lembut Shani, mampu menyirami hatinya yang gersang.

Hampir setiap malam Cio seperti itu, menyakiti diri sendiri dengan angan yang tak kunjung henti. Terpenjara dalam sepi dan bayang-bayang Shani yang enggan untuk pergi.




***



"Maa...mamaa..."

Gita yang tidur di samping Chika terkejut dengan suara Chika yang tiba-tiba mengigau.

"Maafin Chika maa... Chika udah robek foto kita. Chika sayang mama ko."

Perlahan Gita bangun, lalu menyesuaikan pandangannya. Lebih dulu ia mengatur napasnya. Sakit di dadanya kini telah hilang. "Syukurlah." gumamnya.

Tanpa berusaha membangunkan Chika, Gita kemudian turun dari tempat tidur. Mencari foto yang Chika maksud.

Sebuah foto yang telah terbagi menjadi beberapa bagian, Gita kumpulkan di tangannya. Gita tau, ini hanya emosi Chika sesaat. Dan dia tidak benar-benar benci akan Shani. Buktinya di alam bawah sadarnya saja, Chika masih tetap memikirkan Shani.

Gita mencari sebuah lem atau apapun itu yang bisa kembali membuat foto tersebut utuh. Namun ia hanya menemukan sebuah solatip. Gita mulai menyusun ulang foto tersebut, meskipun tidak utuh setidaknya jika suatu saat Chika menanyakan atau rindu akan Shani, Gita bisa memberikan foto tersebut. Untuk sementara Gita akan menyimpannya saja.

Bersama [Greshan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang